Kaskus

Hobby

ketek.bersahajaAvatar border
TS
ketek.bersahaja
[Orifict] Arothellisius
[Orifict] Arothellisius

Daftar Isi

Karakter

Bagian Pertama "Bunga Perang"
01E01
01E02

Bagian Kedua "Pasir dalam Gengaman"
02E01
02E02

Bagian Ketiga "Api Beku"
03E01
03E02
03E03

Bagian Keempat "Akar Ilalang"






Diubah oleh ketek.bersahaja 27-12-2014 00:16
0
2.1K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
Fanstuff
KASKUS Official
1.9KThread343Anggota
Tampilkan semua post
ketek.bersahajaAvatar border
TS
ketek.bersahaja
#9
kaskus-image


Penjaga keamanan kedai itu memungut sutra Marandhier dari lantai kedai,”ini sama, kau jangan mengada – ada, kau terima atau kau yang harus ganti rugi karena wanita – wanita kami tidak dapat bekerja.”

“Tidak begitu pun memang wanita – wanitamu tidak dapat diandalkan, mengapa harus menyalahkan aku,”sahut Marandhier mengejek.

Penjaga keamanan kedai akan menghadiahinya sebuah pukulan di wajahnya, namun Marandhier mengelak dan langsung menangkap tangan yang hendak mengenai wajahnya. Marandhier langsung mematahkannya. Penjaga keamanan kedai lainnya pun berniat membantu sang rekan namun nasibnya tak lebih baik daripada rekannya. Kedai itu pun jauh lebih kacau dari sebelumnya. Seorang wanita cantik yang warna matanya berbeda satu sama lain menghampiri Marandhier.

“Berhentilah dan ikuti aku,” kata wanita itu tanpa memandang wajah Marandhier.

Wanita itu kemudian membawa Marandhier melewati koridor kamar – kamar penginapan meninggalkan kedai yang kacau. Mereka memasuki ruangan yang dihiasi oleh kain – kain berwarna merah gelap.

“Siapa namamu,” tanya wanita itu dengan tanpa memandang wajah Marandhier.

“Apa namaku penting,” jawab Marandhier acuh menghela nafas.

Wanita itu menamparnya, ”aku tak butuh bantahanmu.”

Marandhier memegangi pipinya yang pedas terkena tamparan, ”begitukah cara wanita istimewa berbicara, benar – benar kurang berpikir panjang,” ia tertawa mengejek. Tiba – tiba wanita pemarah itu sudah menempelkan pedang pendek ke lehernya. Dalam hati, Marandhier mengakui kemampuan wanita itu, namun ia tetap saja menertawakan sikap wanita pemarah itu, “kau wanita, kau menyusahkan dirimu sendiri dengan sikapmu seperti ini.”

Seorang wanita yang sangat cantik keluar dari sebuah ruangan tak jauh dari tempat mereka berada. Dari penampilannya terlihat wanita itu bukanlah lagi wanita muda. Namun wanita itu sangatlah cantik untuk ukuran wanita seumurannya.

“Lepaskan dia Eara, jika kau putuskan lidahnya seperti yang lain, maka ia tak akan dapat menjawab pertanyaanku,” kata wanita cantik itu sembari duduk di kursi berlapis beledu berisi bulu angsa. Wanita pemarah yang ternyata bernama Eara itu pun menurut sambil memberi pandangan mengancam. Ia mendorong Marandhier kemudian menyuruhnya duduk di kursi yang lain. Ia sendiri tetap berdiri di belakang Marandhier dengan tatapan mata yang jeli mengawasi setiap kejadian.

Marandhier mendengus sambil membetulkan kerah bajunya, ”anjing penjagamu memang mentah namun lebih menarik dari pada wanita – wanitamu yang berkeliaran di luar itu,” Marandhier melirik Eara yang memandangnya penuh ancaman, "lebih baik kau ganti anjingmu, ia kurang berpikir panjang."

Seorang pelayan wanita cantik itu masuk dan menuangkan minuman kemudian pergi lagi setelah membawakan beberapa mangkuk dari beberapa jenis kacang dan senampan buah – buahan. Wanita itu mempersilahkan Marandhier untuk mengambil jamuan yang ia suka sambil menyalakan pengharum ruangan yang dibakar.

“Tidak adakah kesepakatan yang dapat kita ambil berkenaan dengan kerugian kita masing – masing ?” ujar wanita cantik itu.

Kini Marandhier mengira-ngira bahwa tujuannya tercapai, andai benar wanita cantik itu adalah Sang Ratu, ia harus membuatnya mengaku bahwa memang ia adalah Sang Ratu yang dimaksud. Marandhier lalu melengkapi kepura – puraannya, ia menceritakan kehidupan seorang saudagar muda seakan – akan itulah hidupnya. Di setiap penawaran yang diajukan untuk mencapai kesepakatan bersama, Marandhier selalu berkilah atau keberatan sehingga tidak ada kesepakatan yang tercapai.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan Tuan Saudagar Edzaw,” wanita itu telah kesal dibuatnya.

Marandhier menjelaskan dengan mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Marandhier mengeluarkan beberapa butir batu – batu dusta yang dibawanya dan mengatakan ingin menghadiahkan batu – batu itu pada Sang Ratu serta melihat sendiri kecantikan Sang Ratu yang telah tersohor ke mana – mana.

“Anda begitu cantik, tak dapat diragukan pasti andalah Sang Ratu,” puji Marandhier memancing.

“Untuk apa kau melihat dan mencari Sang Ratu, dia tidak suka bertemu sembarang orang yang keperluannya tidak jelas,” wanita itu memalingkan wajah.

Marandhier terkekeh, kini ia yakin bahwa wanita yang dihadapannya itu adalah Sang Ratu yang dimaksudkan Alika, ”aku mencari seorang wanita yang sekitar delapan belas tahun lalu membuang bayinya di sebuah pasar rakyat, apa kau mengenal wanita itu ? Ada yang mengatakan namanya Mesya.”

Wanita cantik itu masih memalingkan wajahnya, menghadap dinding tempatnya berdiri. Tiba – tiba ia berpaling menghadap Marandhier.
“Bawalah batu – batumu pulang, anggaplah kita impas telah mencapai kesepakatan bersama,” wanita cantik itu berbalik pergi hendak meninggalkan Marandhier, namun Marandhier menangkap bahunya. Eara dengan cepat melempar pisau kearah Marandhier. Ia mengelak namun pisau itu tak dapat berbelok, ia menancap di leher wanita yang sangat cantik itu. Marandhier cepat – cepat menolongnya karena ia belum mendapatkan jawaban yang ia mau.

Karena terjadi kegaduhan di tempat itu antara Marandhier dan Eara, maka para penjaga – penjaga dengan sigap berdatangan. Marandhier cepat – cepat menunjuk ke arah Eara, mengatakan bahwa Eara telah sengaja melempar pisau dan mengenai Sang Ratu. Eara hendak membela diri, namun ia merasa tak ada gunanya. Eara merasa melarikan diri lebih menjamin kehidupannya di masa depan. Setelah Eara meloloskan diri, Marandhier kembali mendapatkan tatapan tidak senang dari para penjaga – penjaga.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.