Kaskus

Hobby

ketek.bersahajaAvatar border
TS
ketek.bersahaja
[Orifict] Arothellisius
[Orifict] Arothellisius

Daftar Isi

Karakter

Bagian Pertama "Bunga Perang"
01E01
01E02

Bagian Kedua "Pasir dalam Gengaman"
02E01
02E02

Bagian Ketiga "Api Beku"
03E01
03E02
03E03

Bagian Keempat "Akar Ilalang"






Diubah oleh ketek.bersahaja 27-12-2014 00:16
0
2.1K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
Fanstuff
KASKUS Official
1.9KThread343Anggota
Tampilkan semua post
ketek.bersahajaAvatar border
TS
ketek.bersahaja
#2
kaskus-image
kaskus-image


Menara – menara tinggi istana yang terbuat dari batu putih yang dingin yang atapnya terbuat dari tanah lempung yang dibakar, berbentuk kerucut berwarna hijau tua karena lumut dan di pucuk kerucutnya terpasang bendera hijau dari sutra, keindahannya sungguh sangat menyiratkan kemakmuran negri tersebut. Tanah negrinya berwarna seperti campuran coklat kebanyakan krim susu yang konturnya berlembah – lembah diwarnai hijaunya rumput segar dan ditaburi padang bunga. Semak merambat merayapi dinding – dinding batu berkuncup bunga - bunga kecil, perdu –perdu mawar liar tumbuh tinggi erat bertaut hingga membentuk naungan. Pohon –pohon kayu yang telah tua nan rindang membuai negri tersebut dalam kesejukan. Sedangkan gunung – gunung jauh menjulang menyediakan diri sebagai benteng –benteng alami yang kokoh. Laut nun jauh berbingkai batu cadas yang angkuh, berwarna biru gemerlap secemerlang langit yang cerah menjadi padang bebas bagi satwa –satwa laut dan bagi burung – burung laut pemburu.

Perahu - perahu kayu nelayan, besar ataupun kecil, perahu - perahul pengangkut penumpang besar ataupun kecil yang juga terbuat dari kayu, terlihat sangat sibuk di dermaga itu. Demikian pula perahu - perahu dagang besar ataupun kecil, yang juga terbuat dari kayu, terlihat sangat megah berjajar merapat di dermaga dan diperiksa oleh petugas – petugas jaga. Bingkai batu cadas itu mempunyai dinding benteng batu yang tebal dan kokoh, selasar atasnya dapat dijalani untuk memantau. Beberapa petugas patroli hilir mudik sibuk memantau ke semua arah. Selasar atas tersebut dipagari oleh dinding yang sama setinggi dada laki – laki dewasa. Di bawahnya terdapat beberapa pintu kayu yang juga tebal dan agak lebar. Pintu - pintu itu dijaga oleh petugas – petugas yang mendata, menerima, sekedar mengawasi atau menolak orang – orang yang akan masuk ke dalam di negri itu. Petugas –petugas berjiwa ksatria yang bermartabat tinggi karena mencintai negrinya dan para pemimpinnya sehingga enggan menerima sogokan dalam bentuk apa pun.

Tampak saudagar – saudagar asing yang mengantri pemeriksaan di salah satu pintu kayu. Mereka membawa serta beberapa contoh barang dagangan mereka untuk diperlihatkan pada petugas pintu. Kemudian beberapa orang dari petugas – petugas itu menyidak langsung ke perahu - perahu dagang tempat para saudagar itu menyimpan barang – barang dagangan mereka dan setelah itu baru diputuskan mengenai perijinan, hak dan kewajiban berkaitan dengan hal – hal yang berkenaan bagi para saudagar itu.

Terdapat pula saudagar – saudagar lain. Tetapi mereka ini tidak membawa perahu - perahu dagang yang besar. Mereka biasanya hanya membawa barang dagangan sebanyak satu atau sampai lima kereta kuda saja. Saudagar – saudagar ini datang untuk berdagang dari tempat – tempat yang tidak jauh dari negri tersebut. Mereka datang dengan menaiki perahu - perahu penumpang bersama orang – orang yang pesiar melancong. Saudagar – saudagar ini juga mengantri pada pintu yang sama sementara pembantu – pembantu mereka mengurus kuda – kuda dan juga menunggui barang – barang. Tidak ada saudagar yang tidak membawa serta beberapa contoh barang dagangan mereka saat menuju pemeriksaan. Demikian pula saat mereka akan keluar dari negri tersebut seperti yang terlihat pada pintu kayu lainnya. Para saudagar akan menjual barang dagangan mereka yang mereka bawa dari jauh untuk dijual di negri itu. Pada waktu para saudagar itu kembali untuk berkelana keluar dari negri itu, mereka akan membawa barang – barang dagangan yang berasal dari negri tersebut untuk kemudian dijual di tempat – tempat yang jauh. Begitulah seterusnya para saudagar itu berniaga menikmati hidupnya.

Para pelancong atau bahkan orang– orang yang ingin menetap di negri itu tampak berbaris mengantri pada pintu kayu yang lainnya. Pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh para petugas adalah mengenai alasan untuk bertandang ke negri itu. Dan jawaban yang paling banyak diberikan adalah mengenai alasan karena negri itu adalah negri terbaik dan indah. Pertanyaan dan jawaban ini sudah seperti hafalan bagi orang – orang yang hidup pada masa itu. Bahkan mungkin di dalam mimpi pun dapat teringat.

Pada pintu lainnya tampak para nelayan sibuk dengan tong – tong kayu penuh ikan laut. Ada yang besar dan juga kecil. Tak luput dari petugas pemeriksa, para nelayan itu pun terkena kewajiban melapor agar tidak bersengaja atau ditumpangi penyusup dan selundupan lainnya.
Tetapi siapa yang akan tahu mengenai benak seseorang, yang berkelana datang melancong memuaskan hati di negri makmur tersebut. Ia bukan datang sebagai bayangan yang pengecut bersembunyi dari cahaya. Ia datang laiknya debu yang terhembus. Ringan terbawa bersama kelopak – kelopak bunga yang berterbangan. Yang nyata terlihat namun terpenggal untuk dihiraukan. Yang memiliki niat tersembunyi. Maka dengan leluasa ia menjelajahi negri itu tanpa terhirau berarti. Itu adalah memang hal yang ia inginkan.

Melewati pemukiman penduduk yang tertata rapi dan elok adalah hal yang menyenangkan karena selain penduduknya ramah, sudah menjadi lazim tercium aroma – aroma harum dari tungku – tungku dapur mereka. Aroma – aroma masakannya bermacam – macam. Semua menggambarkan kelezatan dari masing – masing masakannya. Dan aroma – aroma lezat itu membumbung dari cerobong tungku – tungku dapur, menjadi satu terhembus angin sepoi – sepoi membuat suasana hati orang yang menghirupnya menjadi menyenangkan, sebab para penduduk memasaknya dengan rela hati dan rasa senang.

Pasukan - pasukan prajurit berbaris rapi melakukan tugas patroli harian di ibukota dan setiap wilayah.Mereka memakai baju besi yang berwarna abu muda dan pada setiap kepala regu pasukan, terdapat bulu burung merah di pucuk helmnya. Prajurit – prajurit tersebut tidak kasar terhadap penduduk. Raja mereka adalah lembut hati, maka mereka harus menjadi perpanjangan kuasa lembut hati. Prajurit – prajurit itu mengayomi tidak menggerogoti. Banyak penduduk yang memberi masakan mereka seperti roti selai, roti isi daging, keju, dan banyak lagi jenisnya hanya untuk sekedar makanan pada saat istirahat patroli.

“Kau mau roti bagianku, pelancong?” tanya seorang prajurit ramah dengan tiba – tiba,”ini separuh untukmu.”Prajurit itu tersenyum dan pergi. Orang yang diberi roti menyimpan rotinya ke dalam tas dan memperhatikan prajurit itu dengan air muka datar. Prajurit itu menengok kembali ke belakang sambil menggigit rotinya. Orang yang dia beri roti telah pergi secepat debu terhembus angin. “Kasihan pasti pelancong itu kehabisan bekal dan uang lalu kelaparan, mungkin dia malu jadi mencari tempat tersembunyi untuk makan.” Demikian pikir si prajurit sambil menghabiskan rotinya. Prajurit itu sangat menikmati roti pemberian penduduk. Ia tersenyum – senyum sendiri merasa dirinya orang beruntung hingga tak sadar bahwa anak – anak peternak sedang menyodorkannya semangkuk kayu susu kambing segar. Kalau saja para penduduk itu tidak mencintai rajanya,mungkin sekarang ia tidak menikmati roti lezat dan susu kambing itu.

Telah lama secara turun – temurun keluarga kerajaan yang berciri rambut pirang pucat itu memerintah dengan cara mementingkan rakyat. Hal ini membuat negri itu semakin makmur lalu menjadi yang paling makmur serta rakyatnya sangat mencintai pemimpin –pemimpin mereka sekaligus membuat iri banyak raja – raja tamak di negri lainnya. Termasuk raja muda yang berambut coklat pekat hampir terlihat hitam, yang berhati kejam,yang senantiasa sangat dibenci dan disumpahi oleh rakyatnya dalam hati.

Setelah mempelajari seluk beluk negri makmur itu dan mendengarkan penasihatnya bahwa menaklukkan negri haruslah dilihat dari sifat pemimpinnya supaya terbuka celah kelemahannya, dalam hal ini sifat lembut hati haruslah dibujuk dengan cara lembut pula khususnya pada permulaan, dengan demikian bila terjadi pertumpahan darah seharusnya adalah atas kesepakatan bersama bukan karena kerakusan belaka.

“Aku mengerti kau sangat menginginkan negri tersebut. Para raja, bangsawan atau siapa pun, mereka membayar kesombongan dan penghinaan yang dahulu telah mereka berikan padamu, Yang Mulia Raja Marandhier,” penasihatnya Slavig mengingatkan,” tentu sesal kehancuran seperti itu tidak perlu mendatangi hidupmu. Engkau mengambil bukan membayar seperti mereka. Dan raja yang ini, Artosalies atau pun para bangsawannya dan juga rakyatnya, belum pernah menghinamu.”

Marandhier si raja kejam hati itu tidak mungkin mengirimkan wanita secantik apa pun sebagai penyusup, karena si raja lembut hati tak hendak menikah lagi selepas istri cantiknya ratu Hara meninggal dunia. Lagi pula Marandhier merasa tidak pantas menyerahkan urusannya terhadap wanita.

“Lalu kita buat dia menghina,”Marandhier bermuka datar memasang jebakan.

Si raja kejam hati kemudian mengambil langkah pertama, yaitu terpaksa mengirimkan surat yang intinya tersirat untuk penaklukan secara damai disertai hadiah – hadiah batu – batu permata, kain –kain indah, dan banyak lagi melalui utusan – utusan berkuda. Si raja tua lembut hati pun mengirim surat balasan bahwa ia menyiratkan tidak bersedia dan mengembalikan semua hadiah tersebut, ia lebih memilih berkalang tanah membela negrinya. Maka marahlah si raja kejam hati dan mulai menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan langkah siasat tipu daya beserta jebakan. Penasihatnya berusaha mengingatkan bahwa sebenarnya ini adalah hal yang telah ditunggu sedikit mencapai tujuan. Penolakan raja tua Artosalies sesungguhnya adalah undangan perang yang bukan diajukan oleh raja Marandhier, saran sang penasihat seharusnya raja Marandhier harus merasa senang karena sedikit jalan untuk merebut negri makmur itu telah terbuka. Maka dianjurkan untuk mengunjungi si raja tua Artosalies secara langsung dengan membawa lebih banyak hadiah lagi setelah sesudah raja Marandhier berkirim surat kedua kalinya disertai hadiah – hadiah yang jauh lebih baik dari pada hadiah - hadiah kali pertama.

Pada kali kedua itu si kejam hati Marandhier berlipat lidah mengatakan bahwa mungkin hadiah – hadiahnya pada kali yang pertama adalah merupakan hal yang biasa dan tidak ada kekhususannya. Maka sangat dapat dimengerti apabila upayanya untuk menjadi sahabat negri si raja tua lembut hati Artosalies kurang atau bahkan jauh dari pencapaian. Raja Artosalies menanggapinya dengan sikap santun yang sama menolaknya pada kali pertama.

Diubah oleh ketek.bersahaja 24-12-2014 17:56
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.