- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:
Quote:
Quote:
INDEX
Spoiler for ILLUSI: An Innocent Beginning:
Spoiler for ILLUSI: Testament of The Old World:
Spoiler for ILLUSI: Rekindling Fire:
*TS jarang update Indeks,, jadi diharapkan cek page belakang, tenang aja thread ini ga banyak comment spam, jadi di setiap page ada part nya *
Cheers,
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#1024
Blue
Sinar matahari terlihat mulai perlahan menyinari mata gw yang sedang memandangi birunya langit di atas ini, suara burung bernyanyi ditambah dengan gelombang air laut yang bergejolak melewati badan gw dengan harmonis membuat gw sadar betapa indahnya alam laut yang kita punya ini.
Gw dan Andi pun mulai berenang ke arah pantai, ini bukan berenang biasa, kalau memakai istilah lari bisa dibilang ini ‘Marathon’ nya berenang. Tentu saja pertama tama gw memimpin jauh dari Andi, tapi setelah gw melihat muka kewalahan Andi gw pun mengurangi kecepatan gw dan berenang bersebelahan dengan Andi. Sekitar 1 setengah jam telah lewat, Gw dan Andi pun akhir nya sampai di Pantai pulau utama.
Gw pun mengantarkan Andi ke sebuah ruang perawatan di kantor, udah gw duga, otot perut Andi, gak, seluruh otot yang ada di tubuhnya menegang, membuat seluruh badannya sakit dan susah bergerak, sedangkan gw, gw gak nyia nyiain kesempatan ini untuk minta dimasakin Indomie gratis dari suster ruangan ini
, Gw pun menggoda Andi yang tidak boleh makan dahulu dengan memakan Indomie ini didepannya. Terlihat tatapan ‘Please Pol, gw gak tahan, bunuh gw sekarang’ di matanya . Tiba tiba terdengar suara gemuruh langkah kaki seperti orang berlari di lorong menuju ruang perawatan ini.
Gw dan Vania pun berjalan keluar dari ruang perawatan itu, dan bergegas menuju kantin yang terletak di belakang gedung ini. Jujur aja bagian paling indah dari kantor ini adalah kantinnya, makan disini udah serasa makan di restauran paling mahal di Bali, dijejali pemandangan pantia yang indah, mesin besar yang perkasa, dan tentunya dengan harga kaki lima juga.
Gw pun meninggalkan Vania yang masih terdiam mendengarkan ucapan gw tadi, begitu pun juga gw, gw terhanyut oleh lautan pertanyaan seusai mendengar peryataan yang diucapkan Vania ‘gimana kalau gw milih lo?’, apakah dia serius atau dia hanya bercanda untuk mencairkan suasana yang tegang tadi. Ah.. gak mungkin dia serius, tapi... Fuck! Gw gak boleh banyak mikir! Sayang makanan yang baru gw makan kebakar habis nanti.
Gw pun berjalan ke arah dermaga, terlihat banyak orang berkumpul, sepertinya mereka bersiap untuk ke proyek yang masih dikerjakan di tengah laut tadi, seharusnya Andi ikut bersama mereka tapi apa daya, tuh orang tua masih bengek di ruang perawat, jadilah gw yang bertanggung jawab atas team dia. Disaat gw berjalan ke arah speed boat yang tersedia, terlihat Talia sedang berdiri di sisi Dermaga, termenung melihat ke arah laut yang jauh disana.
Gw pun tersenyum dan langsung berpaling ke team nya Andi yang sudah bersiap lepas jangkar. Sebelum berangkat, gw mencoba mengeek barang barang, dan perlengkapan lagi, memastikan tidak ada yang ketinggalan nanti, disaat itu juga, gw mencuri curi pandang ke arah Talia yang mulai termenung lagi memandangi laut, gw senyum lagi dan beranjak berjalan ke arah Talia.
Gw dan Tali pun serentak menyelam, sesuai dengan apa yang gw perintahin ke dia, dia gak menyilangkan tangannya ke tangan gw dengan erat sekali. Beberapa meter ke bawah laut sinar pun semakin hilang, gw memberi tanda ke Tali untuk menyalakan lampu senter di kepala dia, begitu juga pun gw. Beberapa meter ke bawah akhirnya gw menemui team Andi yang gw suruh turun duluan tadi, terlihat bongkahan baja dan besi besar menusuk kebawah laut di depan kami ini, mereka pun mulai mengeluarkan perlengkapan dan mulai melakukan pekerjaan mereka, gw dan Tali pun memutar mengitari pondasi yang besar itu, disaat mata gw tertuju dan mengawasi kerjaan teamnya Andi, Tali pun terkagum kagum melihat ikan ikan yang berlewatan melwati kita, tak jarang tangan kiri dia menunjuk ke berbagai arah dimana ikan ikan itu lewat. Setelah memastikan apa yang di kerjakan Team Andi benar gw pun agak berenang naik ke atas dimana kondisi lebih terang, dan banyak ikan ikan indah yang berlewatan, gw pun memberi tanda ke Tali bahwa boleh buat dia melepaskan gandengannya, dia pun melepaskan gandengannya ke gw dan berenang menuju gerombolan ikan itu, gw pun berenang mengikuti dia dari belakang untuk jaga jaga jika sesuatu yang gak diinginkan terjadi. Disini terlihat bakat yang terpendam dari Tali, dia adalah perenang yang handal, dengan lincahnya dia pindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti ikan ikan yang berlewatan di depan dia. 1 jam sudah lewat tanpa terasa, gw dan Tali yang sedari tadi menyelam kesana kemari mengejar ikan dan balik memeriksa anak buahnya Andi pun memutuskan untuk berenang kepermukaan.
Quote:
“hehehe oy Depol, lo liat deh awan diatas tuh, kaya belahan dada hehehe” ujar Andi membuayarkan lamunan gw
“haaahh, pertama, kenapa gw harus ikut lo nyelem di tengah laut gini, kedua dan kenapa lagi gw harus dengerin fantasi mesum lo bang, ini semua diluar deskripsi pekerjaan gw”
“aahh ayolah, lo gak tau gimana rasa seneng gw bekerja sama orang yang selevel sama gw, gak stress”
“hehehe iya juga tuh awan kaya belahan dada
:”
“ye kampret lu Pol”
*Brum Brum Brum Brum* suara mesin speed boat yang mendekati kami
“udah selesai Bos! ayuk naik, matahari udah mulai naik nih” ujar salah satu orang di speed boat itu
“lo semua angkat tabung gas gw sama Adi aja, kita bakal berenang dari sini” Ujar Andi
“Bang, lo yakin, jauh loh nih dari pantai, nanti lo bengek lagi” ucap gw mengingatkan Andi
“alah, bilang aja lo lemah, udah gw kira 2 tahun di Jakarta ngebuat lo lembek Pol”
“zzzz... oke oke, tapi bakal gw tinggalin lo kalau tiba tiba ga kuat ya”
“oke... dimulai setelah...3 ....2...1...”
*Byuuur*
“haaahh, pertama, kenapa gw harus ikut lo nyelem di tengah laut gini, kedua dan kenapa lagi gw harus dengerin fantasi mesum lo bang, ini semua diluar deskripsi pekerjaan gw”
“aahh ayolah, lo gak tau gimana rasa seneng gw bekerja sama orang yang selevel sama gw, gak stress”
“hehehe iya juga tuh awan kaya belahan dada
:”“ye kampret lu Pol”
*Brum Brum Brum Brum* suara mesin speed boat yang mendekati kami
“udah selesai Bos! ayuk naik, matahari udah mulai naik nih” ujar salah satu orang di speed boat itu
“lo semua angkat tabung gas gw sama Adi aja, kita bakal berenang dari sini” Ujar Andi
“Bang, lo yakin, jauh loh nih dari pantai, nanti lo bengek lagi” ucap gw mengingatkan Andi
“alah, bilang aja lo lemah, udah gw kira 2 tahun di Jakarta ngebuat lo lembek Pol”
“zzzz... oke oke, tapi bakal gw tinggalin lo kalau tiba tiba ga kuat ya”
“oke... dimulai setelah...3 ....2...1...”
*Byuuur*
Gw dan Andi pun mulai berenang ke arah pantai, ini bukan berenang biasa, kalau memakai istilah lari bisa dibilang ini ‘Marathon’ nya berenang. Tentu saja pertama tama gw memimpin jauh dari Andi, tapi setelah gw melihat muka kewalahan Andi gw pun mengurangi kecepatan gw dan berenang bersebelahan dengan Andi. Sekitar 1 setengah jam telah lewat, Gw dan Andi pun akhir nya sampai di Pantai pulau utama.
Quote:
Gw pun mengantarkan Andi ke sebuah ruang perawatan di kantor, udah gw duga, otot perut Andi, gak, seluruh otot yang ada di tubuhnya menegang, membuat seluruh badannya sakit dan susah bergerak, sedangkan gw, gw gak nyia nyiain kesempatan ini untuk minta dimasakin Indomie gratis dari suster ruangan ini
, Gw pun menggoda Andi yang tidak boleh makan dahulu dengan memakan Indomie ini didepannya. Terlihat tatapan ‘Please Pol, gw gak tahan, bunuh gw sekarang’ di matanya . Tiba tiba terdengar suara gemuruh langkah kaki seperti orang berlari di lorong menuju ruang perawatan ini.Quote:
*sreekkk* suara pintu geser ruangan ini terbuka
“hah hah hah... oh Bang Andi toh yang dirawat” suara orang itu memasuki ruangan ini
“hm? Eh lo Van” kata Bang Andi
“pasti kalian berdua dengan bodohnya balapan renang dari sana ya? Baaang... Bang... kalau udah tua jangan sok toh Bang” ucap Vania
“sssut ssssut... gw belum tua kali... masih 33 tahun... masih bujang”
“sssst dieeem... orang sakit gak boleh banyak bicara abaang... ikutin aku... asyhaadualaaailaaa”
“yaelah lo saudaraan dableg berdua emang, pingin banget gw mati apa
“
“hehehe peace bang, eh Di, cari makan yok gw laper nih” ucap Vania ke Gw
“hm? Yah telat lo Van gw udah makan.. nih mangkoke udah ntong”
“yahhh, lo mahh, pantesan aja diem dari tadi... yaudah kalau begitu temenin gw ayuk!”
“tapi gw masih ada..”
“hm? Masih ada apa?” tanya Vania dengan muka pembunuh tanpa dosanya
“Masih ada.... lo yang harus gw temenin makan...
...”
“gitu dong, ayuk jalan”
“hah hah hah... oh Bang Andi toh yang dirawat” suara orang itu memasuki ruangan ini
“hm? Eh lo Van” kata Bang Andi
“pasti kalian berdua dengan bodohnya balapan renang dari sana ya? Baaang... Bang... kalau udah tua jangan sok toh Bang” ucap Vania
“sssut ssssut... gw belum tua kali... masih 33 tahun... masih bujang
”“sssst dieeem... orang sakit gak boleh banyak bicara abaang... ikutin aku... asyhaadualaaailaaa”
“yaelah lo saudaraan dableg berdua emang, pingin banget gw mati apa
““hehehe peace bang
, eh Di, cari makan yok gw laper nih” ucap Vania ke Gw“hm? Yah telat lo Van gw udah makan.. nih mangkoke udah ntong”
“yahhh, lo mahh, pantesan aja diem dari tadi... yaudah kalau begitu temenin gw ayuk!”
“tapi gw masih ada..”
“hm? Masih ada apa?” tanya Vania dengan muka pembunuh tanpa dosanya
“Masih ada.... lo yang harus gw temenin makan...
...”“gitu dong, ayuk jalan”
Gw dan Vania pun berjalan keluar dari ruang perawatan itu, dan bergegas menuju kantin yang terletak di belakang gedung ini. Jujur aja bagian paling indah dari kantor ini adalah kantinnya, makan disini udah serasa makan di restauran paling mahal di Bali, dijejali pemandangan pantia yang indah, mesin besar yang perkasa, dan tentunya dengan harga kaki lima juga
.Quote:
“mmm Ikan bakar kecap, mm dan Udang goreng saus tiram 2” ucap Vania ke ibu ibu kantin
“............” gw terdiam sambil meamndang ke arah laut di depan gw
“lo harus coba udang goreng nya di... ummmh enak banget... lo pasti minta tambah deh”
“selama lo yang bayarin Van, gw bakal minta nambah kok”
“yeee maunya”
“hehehe”
“.......”
“.......”
*BUGH* tiba tiba Vania menyikut bahu gw
“addoh! Apaan sih Van? Aduuuh”
“itu buat 3 tahun lo ngilang di Jakarta”
“iya iya maaf, lagian lo juga kan kuliah Van, jadi gak kayak lo bakal ketemu gw juga kok”
“lo tau gw kuliah dimana?”
“tau! Lo kuliah di fakultas ekonomi”
“itu jurusan bodoh!, gw nanya kuliah dimana kok”
“ooh itu... gw tau... mmmm...ah.. mmmmm”
“kan.. lo gak tau. Gw selama ini kuliah di Jakarta, dan selama itu juga lo gak ngebalas email gw, gw nyariin lo kemana mana. Dan ternyata, lo di sekolah di Jakarta, gak jauh dari Universitas Gw”
“........”
“Gila yah. Sedekat itu lo sama gw dan gw gak sadar.”
“ ya.. maaf Van”
“apa lo udah nganggep gw sebagai orang luar?”
“ha? gak.. gw gak bakal nganggep lo sebagai orang luar Van, mau kayak apapun lo bakal jadi kakak perempuan gw, saudara, sama Timur, dan Ion.. jangan pernah lo coba pikir kayak gitu Van”
“Terus kenapa lo gak pernah ngabarin gw, lo gak pernah cerita ke gw tentang masalah lo? apa gw gak punya nilai untuk ngebantu masalah lo? bertahun tahun lo selalu ngebantu gw yang selama hidupnya terisolasi disini untuk bergaul, lo juga yang udah ngebuat gw menjadi seperti ini” Ucap Vania dengan mata mulai memerah
“Van.. van... cup cup cup.. pertama tama gw minta maaf, gw akui gw salah”
“.......” tetesan air mata mulai berjatuhan dan membasahi pipinya yang mulai memerah
“kedua, lo gak tau betapa berharganya lo buat gw, gw gak mau lo susah dan terbebani oleh masalah yang gw buat sendiri. Gw gak bakal bisa memaafkan diri gw sendiri kalau masalah yang gw hadapi ini akan mengganggu pendidikan dan kehidupan lo”
“.......” diam Vania dengan airmatanya yang mulai bergelinang mendengar ucapan gw
“udah cukup buat gw ngeliat lo sukses dan bahagia Van
, dan gw bangga ngeliat lo sekarang”
“.......”
“ketiga, lo jelek kalo nangis, mata lo ilang hehehe”
“hah? Uuuuh.. sempet sempet nya aja lo...” protes Vania
“keempat, lo melupakan orang penting, orang yang sangat penting juga dalam hidup lo... Timur”
“huh.. Timur.. sepanjang gw inget dia gwcuma bisa inget dia ngusilin gw doang, dan lo! mulai ketularan dia, jauh jauh makanya...uuuh”
“tapi gitu gitu lo rindu kan diusilin sama Timur:”
“apasih... siapa juga yang kangen diusilin...
”
“tuh kan senyum senyum hahaha”
“apa sih! Mau gw cubit lo ya?”
“hahaha ampun... hahaha jadi gimana udah dapet incaran belum?”
“hm? incaran? Incaran apaan maksud lo Di?”
“cowok.. gausah bohong sama gw, lo pasti diincer banyak cowok di fakultas lo”
“sok tau lo Di, emang kenapa kalau gw punya inceran?”
“kalau lo udah punya calon, calon lu harus lewat seleksi gw dulu, baru bisa lanjut”
“hahaha ada ada aja lo”
“lo sering denger pepatah ‘semua cowok itu brengsek’ kan?, nah gw ngepastiin kalau lo dapet calon yang gak brengsek Van”
“waah makasih... kalau gw bilang gw sekarang udah punya calon gimana Di?”
“hmmm mana? Orang sini, sini biar gw nilai”
“, lo”
“jangan becanda ah”
“kenapa harus becanda? Gimana kalau gw dateng ke lo dan gw bilang gw udah yakin sama lo di?”
“.......”
“Di?”
“gw bakal gak lolosin diri gw sendiri Van”
“kenapa? apa karena lo anggap kita saudara? Kita kan gak ada hubungan darah?”
“bukan, gw udah bilang ini adalah tes seleksi kan.. alasannya simple, gw gak baik buat lo”
“........” Vania terdiam mendengar perkataan gw
“oh! Sorry gw masih ada kerjaan lagi Van, thanks ya buat makanannya”
“............” gw terdiam sambil meamndang ke arah laut di depan gw
“lo harus coba udang goreng nya di... ummmh enak banget... lo pasti minta tambah deh”
“selama lo yang bayarin Van, gw bakal minta nambah kok
”“yeee maunya”
“hehehe”
“.......”
“.......”
*BUGH* tiba tiba Vania menyikut bahu gw
“addoh! Apaan sih Van? Aduuuh”
“itu buat 3 tahun lo ngilang di Jakarta”
“iya iya maaf, lagian lo juga kan kuliah Van, jadi gak kayak lo bakal ketemu gw juga kok”
“lo tau gw kuliah dimana?”
“tau! Lo kuliah di fakultas ekonomi”
“itu jurusan bodoh!, gw nanya kuliah dimana kok”
“ooh itu... gw tau... mmmm...ah.. mmmmm”
“kan.. lo gak tau. Gw selama ini kuliah di Jakarta, dan selama itu juga lo gak ngebalas email gw, gw nyariin lo kemana mana. Dan ternyata, lo di sekolah di Jakarta, gak jauh dari Universitas Gw”
“........”
“Gila yah. Sedekat itu lo sama gw dan gw gak sadar.”
“ ya.. maaf Van”
“apa lo udah nganggep gw sebagai orang luar?”
“ha? gak.. gw gak bakal nganggep lo sebagai orang luar Van, mau kayak apapun lo bakal jadi kakak perempuan gw, saudara, sama Timur, dan Ion.. jangan pernah lo coba pikir kayak gitu Van”
“Terus kenapa lo gak pernah ngabarin gw, lo gak pernah cerita ke gw tentang masalah lo? apa gw gak punya nilai untuk ngebantu masalah lo? bertahun tahun lo selalu ngebantu gw yang selama hidupnya terisolasi disini untuk bergaul, lo juga yang udah ngebuat gw menjadi seperti ini” Ucap Vania dengan mata mulai memerah
“Van.. van... cup cup cup.. pertama tama gw minta maaf, gw akui gw salah”
“.......” tetesan air mata mulai berjatuhan dan membasahi pipinya yang mulai memerah
“kedua, lo gak tau betapa berharganya lo buat gw, gw gak mau lo susah dan terbebani oleh masalah yang gw buat sendiri. Gw gak bakal bisa memaafkan diri gw sendiri kalau masalah yang gw hadapi ini akan mengganggu pendidikan dan kehidupan lo”
“.......” diam Vania dengan airmatanya yang mulai bergelinang mendengar ucapan gw
“udah cukup buat gw ngeliat lo sukses dan bahagia Van
, dan gw bangga ngeliat lo sekarang”“.......”
“ketiga, lo jelek kalo nangis, mata lo ilang hehehe”
“hah? Uuuuh.. sempet sempet nya aja lo...” protes Vania
“keempat, lo melupakan orang penting, orang yang sangat penting juga dalam hidup lo... Timur”
“huh.. Timur.. sepanjang gw inget dia gwcuma bisa inget dia ngusilin gw doang, dan lo! mulai ketularan dia, jauh jauh makanya...uuuh”
“tapi gitu gitu lo rindu kan diusilin sama Timur
:”“apasih... siapa juga yang kangen diusilin...
”“tuh kan senyum senyum hahaha”
“apa sih! Mau gw cubit lo ya?”
“hahaha ampun... hahaha jadi gimana udah dapet incaran belum?”
“hm? incaran? Incaran apaan maksud lo Di?”
“cowok.. gausah bohong sama gw, lo pasti diincer banyak cowok di fakultas lo”
“sok tau lo Di, emang kenapa kalau gw punya inceran?”
“kalau lo udah punya calon, calon lu harus lewat seleksi gw dulu, baru bisa lanjut”
“hahaha ada ada aja lo”
“lo sering denger pepatah ‘semua cowok itu brengsek’ kan?, nah gw ngepastiin kalau lo dapet calon yang gak brengsek Van
”“waah makasih... kalau gw bilang gw sekarang udah punya calon gimana Di?”
“hmmm mana? Orang sini, sini biar gw nilai”
“
, lo”“jangan becanda ah”
“kenapa harus becanda? Gimana kalau gw dateng ke lo dan gw bilang gw udah yakin sama lo di?”
“.......”
“Di?”
“gw bakal gak lolosin diri gw sendiri Van”
“kenapa? apa karena lo anggap kita saudara? Kita kan gak ada hubungan darah?”
“bukan, gw udah bilang ini adalah tes seleksi kan.. alasannya simple, gw gak baik buat lo
”“........” Vania terdiam mendengar perkataan gw
“oh! Sorry gw masih ada kerjaan lagi Van, thanks ya buat makanannya
”Gw pun meninggalkan Vania yang masih terdiam mendengarkan ucapan gw tadi, begitu pun juga gw, gw terhanyut oleh lautan pertanyaan seusai mendengar peryataan yang diucapkan Vania ‘gimana kalau gw milih lo?’, apakah dia serius atau dia hanya bercanda untuk mencairkan suasana yang tegang tadi. Ah.. gak mungkin dia serius, tapi... Fuck! Gw gak boleh banyak mikir! Sayang makanan yang baru gw makan kebakar habis nanti.
Gw pun berjalan ke arah dermaga, terlihat banyak orang berkumpul, sepertinya mereka bersiap untuk ke proyek yang masih dikerjakan di tengah laut tadi, seharusnya Andi ikut bersama mereka tapi apa daya, tuh orang tua masih bengek di ruang perawat, jadilah gw yang bertanggung jawab atas team dia. Disaat gw berjalan ke arah speed boat yang tersedia, terlihat Talia sedang berdiri di sisi Dermaga, termenung melihat ke arah laut yang jauh disana.
Quote:
Gw pun tersenyum dan langsung berpaling ke team nya Andi yang sudah bersiap lepas jangkar. Sebelum berangkat, gw mencoba mengeek barang barang, dan perlengkapan lagi, memastikan tidak ada yang ketinggalan nanti, disaat itu juga, gw mencuri curi pandang ke arah Talia yang mulai termenung lagi memandangi laut, gw senyum lagi dan beranjak berjalan ke arah Talia.
Quote:
“mmm mbak, kalau dipikir pikir mbak mending ikut gw deh. Aman kok gw jamin”
“eh eh.. gak usah Di, makasih, nanti gw ngerepo-“
“gak gak, gak ngerepotin kok mbak, daripada mbak bengong disini haha, mbak belom pernah nyelem juga kan? Ikut yuk”
“eh eh ini gapapa? Adi. Tunggu! Eh!”
Gw pun menggenggam tangan Talia dan menariknya untuk mengikuti gw menaiki speed boat yang tersedia. Di perjalanan terlihat perubahan ekspresi di muka Tali, ia terlihat lebih fresh dan senang ketimbang saat di dermaga tadi. Gw gak tau apa masalah dia, tapi gw tau masalah itu mengganggu pikiran dia, terlihat dari kelakuan dia yang sering bengong di mobil kemarin kemarin dan kebiasaan dia yang sering mengecek HP nya, entah apa yang dia lihat disitu. Sekitar 30 menit kemudia kami sampai di rig dan bersiap siap menyelam.
“Di. Lo yakin kan ini aman? Ini tengah laut loh” ujar Talia
“yakin mbak. Tapi dengan satu aturan. Harus terus pegangan sama saya. Jangan dilepas”
“mmmh oke, mmm Di... disini ada... Hiu gak?”
“Ada. Mau liat?”
“hiii yang bener Bos? kita kok gak pernah denger disini ada hiu?” ucap salah satu orang di kapal
“shush!”
“tuh kan Di! Ngeri ah!” protes Tali
“gak kok mbak, tenang aja, itu dulu banget, sekarang udah aman kok, tenang aja”
“... bener lo ya...”
“iya... hmmm jangan lupa mbak, pakai senter, biar bisa liat pemandangan bawah lautnya”
“okay”
“oke mbak tunggu disini, lo semua turun duluan, gw ngajarin basic dulu ke mbak Tali” ucap gw ke mereka
*Byurr* sekapal nyebur ke laut
“oke mbak... latian nafas lewat mulut dulu sebelum nyelam..”
“okay”
*10 menit kemudian*
“cepet juga lo belajar nya mbak”
“hehe gw gitu loh” bangga Tali
“oke kita ke bawah dalam 3, 2 , 1”
“eh eh.. gak usah Di, makasih, nanti gw ngerepo-“
“gak gak, gak ngerepotin kok mbak, daripada mbak bengong disini haha, mbak belom pernah nyelem juga kan? Ikut yuk”
“eh eh ini gapapa? Adi. Tunggu! Eh!”
Gw pun menggenggam tangan Talia dan menariknya untuk mengikuti gw menaiki speed boat yang tersedia. Di perjalanan terlihat perubahan ekspresi di muka Tali, ia terlihat lebih fresh dan senang ketimbang saat di dermaga tadi. Gw gak tau apa masalah dia, tapi gw tau masalah itu mengganggu pikiran dia, terlihat dari kelakuan dia yang sering bengong di mobil kemarin kemarin dan kebiasaan dia yang sering mengecek HP nya, entah apa yang dia lihat disitu. Sekitar 30 menit kemudia kami sampai di rig dan bersiap siap menyelam.
“Di. Lo yakin kan ini aman? Ini tengah laut loh” ujar Talia
“yakin mbak. Tapi dengan satu aturan. Harus terus pegangan sama saya. Jangan dilepas”
“mmmh oke, mmm Di... disini ada... Hiu gak?”
“Ada. Mau liat?”
“hiii yang bener Bos? kita kok gak pernah denger disini ada hiu?” ucap salah satu orang di kapal
“shush!”
“tuh kan Di! Ngeri ah!” protes Tali
“gak kok mbak, tenang aja, itu dulu banget, sekarang udah aman kok, tenang aja”
“... bener lo ya...”
“iya... hmmm jangan lupa mbak, pakai senter, biar bisa liat pemandangan bawah lautnya”
“okay”
“oke mbak tunggu disini, lo semua turun duluan, gw ngajarin basic dulu ke mbak Tali” ucap gw ke mereka
*Byurr* sekapal nyebur ke laut
“oke mbak... latian nafas lewat mulut dulu sebelum nyelam..”
“okay”
*10 menit kemudian*
“cepet juga lo belajar nya mbak”
“hehe gw gitu loh
” bangga Tali“oke kita ke bawah dalam 3, 2 , 1”
Gw dan Tali pun serentak menyelam, sesuai dengan apa yang gw perintahin ke dia, dia gak menyilangkan tangannya ke tangan gw dengan erat sekali. Beberapa meter ke bawah laut sinar pun semakin hilang, gw memberi tanda ke Tali untuk menyalakan lampu senter di kepala dia, begitu juga pun gw. Beberapa meter ke bawah akhirnya gw menemui team Andi yang gw suruh turun duluan tadi, terlihat bongkahan baja dan besi besar menusuk kebawah laut di depan kami ini, mereka pun mulai mengeluarkan perlengkapan dan mulai melakukan pekerjaan mereka, gw dan Tali pun memutar mengitari pondasi yang besar itu, disaat mata gw tertuju dan mengawasi kerjaan teamnya Andi, Tali pun terkagum kagum melihat ikan ikan yang berlewatan melwati kita, tak jarang tangan kiri dia menunjuk ke berbagai arah dimana ikan ikan itu lewat. Setelah memastikan apa yang di kerjakan Team Andi benar gw pun agak berenang naik ke atas dimana kondisi lebih terang, dan banyak ikan ikan indah yang berlewatan, gw pun memberi tanda ke Tali bahwa boleh buat dia melepaskan gandengannya, dia pun melepaskan gandengannya ke gw dan berenang menuju gerombolan ikan itu, gw pun berenang mengikuti dia dari belakang untuk jaga jaga jika sesuatu yang gak diinginkan terjadi. Disini terlihat bakat yang terpendam dari Tali, dia adalah perenang yang handal, dengan lincahnya dia pindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti ikan ikan yang berlewatan di depan dia. 1 jam sudah lewat tanpa terasa, gw dan Tali yang sedari tadi menyelam kesana kemari mengejar ikan dan balik memeriksa anak buahnya Andi pun memutuskan untuk berenang kepermukaan.
Quote:
“fwaah waaaahhh indah banget di dalem tadi Di... lo liat ga? Tadi ada ikan buntal, itu beracun loh tapi lucuu” ucap Tali sumringah
“fwaaah... wahhh gila lo jago nyelem juga ternyata hahaha.. gw udah takut aja lo bakal megang tuh ikan buntal” Ucap Gw sambil melepas kacamata
“waah enak yah kalian bisa ngeliat pemandangan kaya gitu kalau kerja hahaha”
“ya terlepas dimana lo harus bawa perlengkapan dan pekerjaan yang berat, yap, kerjaan kita enak”
“yeee sama aja itu mah hahaha”
“hehehe.. mbak... mbak naik aja ke boat duluan.. gw mau ngebantu anak anak di bawah, di sana ada kotak, buka aja, isinya minuman kok”
“eh.... tunggu.... ikuuutt”
“...”
“fwaaah... wahhh gila lo jago nyelem juga ternyata hahaha.. gw udah takut aja lo bakal megang tuh ikan buntal” Ucap Gw sambil melepas kacamata
“waah enak yah kalian bisa ngeliat pemandangan kaya gitu kalau kerja hahaha”
“ya terlepas dimana lo harus bawa perlengkapan dan pekerjaan yang berat, yap, kerjaan kita enak
”“yeee sama aja itu mah hahaha”
“hehehe.. mbak... mbak naik aja ke boat duluan.. gw mau ngebantu anak anak di bawah, di sana ada kotak, buka aja, isinya minuman kok”
“eh.... tunggu.... ikuuutt
”“...
”
itkgid dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup