- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#467
6.16. Gadis Manis di Depan Gerbang 5
Pernah, suatu kali aku bermimpi di pertengahan tahun ketika aku berjuang habis-habisan melupakannya. Dia menarikku di parkiran sekolah dan aku seperti biasa berusaha berakting cool meski hati ini terasa begitu hot. Dia tersipu-sipu malu di depanku berusaha mengatakan sesuatu.
Dan aku mengintip ke dalam mug tersebut. Di dalamnya terdapat air yang begitu tenang, bisa kulihat jelas pantulan wajahku disana. Disana ada aku.
Aku. Disana hanya ada cerminan wajahku. Mimpi itu seperti harapan yang berusaha kukubur dalam-dalam. Tempat dimana aku berharap dirinya masih menyimpan cinta kepadaku. Dan ketika perasaanku yang bercampur aduk itu meluap-luap, aku terbangun.
Pagi itu hujan gerimis. Titik-titik air terdengar seperti lemparan kerikil di atas genting. Suhu dingin terasa menusuk sampai ketulang-tulangku. Deru angin berhembus riuh. Aku merasakan semuanya seakan-akan seluruh bagian tubuhku berubah menjadi sensitif. Aku baru saja terbangun dari sebuah mimpi yang tak pernah kuinginkan adanya. Mimpi itu seperti sebuah teriakan dari relung hati terdalam meski aku berusaha mengingkarinya. Tubuhku bergetar hebat. Bukan karena sakit demam, namun karena sakit hati. Sakit hati, patah hati, apalah bedanya. Aku berusaha menahan kuat-kuat seakan ada sesuatu yang akan meledak dari hatiku. Segala hal tentangnya seperti ingin kulahap dalam-dalam dan tak pernah kuungkap lagi.
Pagi itu, setetes air mata terjatuh meski aku berusaha menahannya. Aku tak pernah ingin menjadi lelaki lemah, namun perasaan terkhianati itu membuatku seakan rusak parah. Hari itu aku bersumpah akan mengingat-ingat mimpi ini setiap melihatnya. Agar aku sadar, seindah apapun cinta tetap saja dia menyimpan belati di belakangnya.
Sore itu, tampaknya Tuhan ingin mengujiku.
Dan kau tahu Riyani, orang itu adalah dia yang pernah hadir dalam mimpi itu. Orang itu adalah Hanum. Dia masih sama seperti dulu, pendek, sipit, berkacamata. Kecuali dengan rambut yang hitam panjang, kulit kuning langsat, dan mata yang cerah. Dia bagai windows 98 yang sudah diupgrade ke windows seven. Melihatnya, membuatku ingat mimpi itu. Aku muak, bukan muak padanya. Tetapi muak pada diriku sendiri, muak karena aku tak kunjung bisa merelakannya bersama Bernard.
Dia sedang berdiri di bawah rindangnya pepohonan. Tampak sibuk membantu para junior yang sedang mencari bala bantuan. Arah jalan kami pun menuju ke mereka sebentar lagi.
Aku memandangnya sinis. Sesaat sebelum kami berpas-pasan aku pun membuang muka. Akhirnya dua putaran sudah. Si junior pun berterimakasih atas bantuanku. Kemudian di berlari pergi. Aku pun kembali berkumpul dengan teman-teman se-geng.
Tangan si Cepot menunjuk ke kumpulan gadis-gadis di depan kami. Tak begitu jelas, dari samping memang hampir mirip hanya rambutnya lebih panjang. Semirip orangnya, semirip pula nama yang tertulis pada name tag di dadanya. Dia adalah.....
She – Who – Must – Not – be – Named.
Quote:
Dan aku mengintip ke dalam mug tersebut. Di dalamnya terdapat air yang begitu tenang, bisa kulihat jelas pantulan wajahku disana. Disana ada aku.
Quote:
Aku. Disana hanya ada cerminan wajahku. Mimpi itu seperti harapan yang berusaha kukubur dalam-dalam. Tempat dimana aku berharap dirinya masih menyimpan cinta kepadaku. Dan ketika perasaanku yang bercampur aduk itu meluap-luap, aku terbangun.
Pagi itu hujan gerimis. Titik-titik air terdengar seperti lemparan kerikil di atas genting. Suhu dingin terasa menusuk sampai ketulang-tulangku. Deru angin berhembus riuh. Aku merasakan semuanya seakan-akan seluruh bagian tubuhku berubah menjadi sensitif. Aku baru saja terbangun dari sebuah mimpi yang tak pernah kuinginkan adanya. Mimpi itu seperti sebuah teriakan dari relung hati terdalam meski aku berusaha mengingkarinya. Tubuhku bergetar hebat. Bukan karena sakit demam, namun karena sakit hati. Sakit hati, patah hati, apalah bedanya. Aku berusaha menahan kuat-kuat seakan ada sesuatu yang akan meledak dari hatiku. Segala hal tentangnya seperti ingin kulahap dalam-dalam dan tak pernah kuungkap lagi.
Pagi itu, setetes air mata terjatuh meski aku berusaha menahannya. Aku tak pernah ingin menjadi lelaki lemah, namun perasaan terkhianati itu membuatku seakan rusak parah. Hari itu aku bersumpah akan mengingat-ingat mimpi ini setiap melihatnya. Agar aku sadar, seindah apapun cinta tetap saja dia menyimpan belati di belakangnya.
***
Sore itu, tampaknya Tuhan ingin mengujiku.
Quote:
Dan kau tahu Riyani, orang itu adalah dia yang pernah hadir dalam mimpi itu. Orang itu adalah Hanum. Dia masih sama seperti dulu, pendek, sipit, berkacamata. Kecuali dengan rambut yang hitam panjang, kulit kuning langsat, dan mata yang cerah. Dia bagai windows 98 yang sudah diupgrade ke windows seven. Melihatnya, membuatku ingat mimpi itu. Aku muak, bukan muak padanya. Tetapi muak pada diriku sendiri, muak karena aku tak kunjung bisa merelakannya bersama Bernard.
Dia sedang berdiri di bawah rindangnya pepohonan. Tampak sibuk membantu para junior yang sedang mencari bala bantuan. Arah jalan kami pun menuju ke mereka sebentar lagi.
Quote:
Aku memandangnya sinis. Sesaat sebelum kami berpas-pasan aku pun membuang muka. Akhirnya dua putaran sudah. Si junior pun berterimakasih atas bantuanku. Kemudian di berlari pergi. Aku pun kembali berkumpul dengan teman-teman se-geng.
Quote:
Tangan si Cepot menunjuk ke kumpulan gadis-gadis di depan kami. Tak begitu jelas, dari samping memang hampir mirip hanya rambutnya lebih panjang. Semirip orangnya, semirip pula nama yang tertulis pada name tag di dadanya. Dia adalah.....
She – Who – Must – Not – be – Named.
0
