- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#462
6.13. Gadis Manis di Depan Gerbang 2
Satu yang kami sukai dari hari pertama masuk sekolah adalah tidak ada pelajaran dan pulang awal. Pagi itu aku dan teman-teman pun sudah nongkrong bersama di bangku pinggir lapangan sekolah. Kebetulan kelas kami memang berada di sepanjang pinggiran lapangan itu. Aku duduk disamping Eka. Kami mengobrol kesana-kemari tentang banyak hal. Tentu saja bukan tentang teori relativitas Einstein, atau korelasi teori Karl Marx dengan perkembangan sosial dunia, atau mungkin teknologi anti materi oleh C.E.R.N. Namun lebih ke tentang game, komputer, cewek, ya itu doang sih sebenarnya. Kami bukan sekumpulan jenius dalam bidang sains. Kami hanya jenius dalam bidang..ah entahlah.
Langit masih mendung seperti biasa. Bisa dibilang musim hujan ini adalah yang terpanjang yang pernah kurasakan. Hampir mencapai satu tahun. Entah memang karena sedang global warming atau menyesuaikan situasi hatiku yang sedang sendu, ceile. Aku teringat satu tahun yang lalu, di hari pertama masuk sekolah juga. Kenangan yang tak mungkin bisa kulupa. Dimana dia sekarang? Kemungkinan besar memadu kasih dengan yang lain.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, yang baru saja dibatin pun nongol sudah meski dari kejauhan. Dia berjalan berdua bersama dengan kekasihnya, tampak sibuk sekali. Aku meringis, entah tersenyum sinis atau menangis. Dahulu mereka panitia OSPEK, pastilah sekarang juga. Well, mungkin memang mereka pasangan yang cocok dan aku ini hanyalah angin lalu saja. The purgatory phase alias fase penebusan dosa yang ingin kulakukan dahulu itu hanyalah berujung nestapa. Yah mungkin bisa dibilang juga ini karma karena dulu aku menyia-nyiakan cintanya. Nasi sudah menjadi bubur, sudah sebaiknya kuberi bawang goreng, suwiran ayam, dan kerupuk agar menjadi bubur ayam. Tinggal dijual saja di depan gerbang sekolah, mungkin nanti bisa jadi judul FTV “Tukang Bubur Ganteng Sekali.”
Bicara masalah gerbang aku jadi teringat gadis manis tadi pagi. Siapa ya namanya? Sepertinya pernah melihat barang sebentar di suatu tempat. Mengingat bagaimana dia tersenyum membuatku bagai terbang, ngefly broooo. Apakah daku jatuh cinta? Bisakah aku membuatnya menyukaiku? Tentu saja bisa! Batinku optimis.
O em jiii..kalau tak ada urat malu, aku ingin berteriak memanggilnya seperti kebanyakan penggemar histerisku. hooooi!! Gadis manis depan gerbang. Tapi tentu saja aku hanya diam, dan diam-diam mengawasinya dari kejauhan. Menyerap segala keindahan yang dipancarkannya. Meneliti tiap detail dirinya.
“Kayaknya panitia OSPEK Cep,” kataku kemudian.
“Apa iya?”
“Tuh, ngumpul bareng orang-orang sibuk. Bandingkan sama kita.”
“Oh iya.”
“Oke fix aku ada ide.”
“Apaan?”
“Ntar juga tahu, pergi dulu ya.”
“Sok rahasia-rahasian lu.”
Kujawab saja dengan menjulurkan lidah panjang-panjang macam kodok yang bermutasi. Aku berjalan cepat menemui Adi. Dia kan panitia ospek juga.
Dan aku pun berbisik-bisik ke telinga si Adi sambil tengok kanan-kiri, takut ada yang dengar.
Langit masih mendung seperti biasa. Bisa dibilang musim hujan ini adalah yang terpanjang yang pernah kurasakan. Hampir mencapai satu tahun. Entah memang karena sedang global warming atau menyesuaikan situasi hatiku yang sedang sendu, ceile. Aku teringat satu tahun yang lalu, di hari pertama masuk sekolah juga. Kenangan yang tak mungkin bisa kulupa. Dimana dia sekarang? Kemungkinan besar memadu kasih dengan yang lain.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, yang baru saja dibatin pun nongol sudah meski dari kejauhan. Dia berjalan berdua bersama dengan kekasihnya, tampak sibuk sekali. Aku meringis, entah tersenyum sinis atau menangis. Dahulu mereka panitia OSPEK, pastilah sekarang juga. Well, mungkin memang mereka pasangan yang cocok dan aku ini hanyalah angin lalu saja. The purgatory phase alias fase penebusan dosa yang ingin kulakukan dahulu itu hanyalah berujung nestapa. Yah mungkin bisa dibilang juga ini karma karena dulu aku menyia-nyiakan cintanya. Nasi sudah menjadi bubur, sudah sebaiknya kuberi bawang goreng, suwiran ayam, dan kerupuk agar menjadi bubur ayam. Tinggal dijual saja di depan gerbang sekolah, mungkin nanti bisa jadi judul FTV “Tukang Bubur Ganteng Sekali.”
Bicara masalah gerbang aku jadi teringat gadis manis tadi pagi. Siapa ya namanya? Sepertinya pernah melihat barang sebentar di suatu tempat. Mengingat bagaimana dia tersenyum membuatku bagai terbang, ngefly broooo. Apakah daku jatuh cinta? Bisakah aku membuatnya menyukaiku? Tentu saja bisa! Batinku optimis.
Quote:
O em jiii..kalau tak ada urat malu, aku ingin berteriak memanggilnya seperti kebanyakan penggemar histerisku. hooooi!! Gadis manis depan gerbang. Tapi tentu saja aku hanya diam, dan diam-diam mengawasinya dari kejauhan. Menyerap segala keindahan yang dipancarkannya. Meneliti tiap detail dirinya.
“Kayaknya panitia OSPEK Cep,” kataku kemudian.
“Apa iya?”
“Tuh, ngumpul bareng orang-orang sibuk. Bandingkan sama kita.”
“Oh iya.”
“Oke fix aku ada ide.”
“Apaan?”
“Ntar juga tahu, pergi dulu ya.”
“Sok rahasia-rahasian lu.”
Kujawab saja dengan menjulurkan lidah panjang-panjang macam kodok yang bermutasi. Aku berjalan cepat menemui Adi. Dia kan panitia ospek juga.
Quote:
Dan aku pun berbisik-bisik ke telinga si Adi sambil tengok kanan-kiri, takut ada yang dengar.
0
