Golkar akhirnya resmi pecah juga. Dua Musyawarah Nasional (Munas) digelar berurutan dari dua kubu yang berseberangan. Kubu incumbent yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie mengelar Munas lebih dulu di Bali 30 November-3 Desember lalu. Munas Bali melahirkan kepemimpinan Ical untuk periode kedua.

Tak mau ketinggalan, Presidium Penyelamat Partai Golkar yang didirikan oleh penentang Ical menggelar munas 3 hari kemudian. Mereka menggelar Munas di Ancol, Jakarta yang akhirnya menobatkan Agung Laksono untuk memimpin Partai Beringin versi mereka. Hasil Munas Ancol ini sering disebut dengan 'Golkar Tandingan' >> http://bit.ly/1w40yWs

Dua kubu pimpinan Golkar ini pun segera berebut melaporkan susunan kepengurusan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kubu Ical telah lebih dulu menyerahkan daftar kepengurusan. Ical datang langsung ditemani pengurus terasnya 'Golkar Munas Bali' seperti Idrus Marham, Bambang Soesatyo, MS Hidayat, Nurdin Halid dan Cicip Sutarjo.

Sementara kemarin giliran kubu Agung Laksono mengumumkan susunan kepengurusan dan melaporkan ke Kementerian Hukum dan HAM. ( Golkar Ancol Lapor ke MenhukHAM >> http://bit.ly/1wlPZAg ) Dalam kubu Agung Laksono juga banyak nama-nama tenar di golkar seperti Priyo Budi Santoso, Nusron Wahid, Poempida, Agus Gumiwang dan lain sebagainya.

Dua kubu ini pun akan berebut pengaruh untuk segera disahkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM. Seperti diketahui, KemenhukHAM memang berhak mengesahkan kepengurusan sebuah partai politik mengacu pada Undang-undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik yang kemudian diperbarui dengan UU Nomor 2 tahun 2011.

Lalu bagaimana adu kuat dua kubu Partai Golkar ini di kemenhukHAM?

Saya berpendapat pemerintah yang kini dihuni oleh Kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) akan mengulangi intervensi dalam kisruh dua kubu Partai Beringin ini. Campur tangan pemerintah seperti yang dilakukan dalam kisruh PPP akan terjadi pula di Golkar.

Mereka tentu akan membela dengan segala cara agar kubu Golkar Ancol yang menang. Sebab, Golkar Ancol sudah jauh hari mendeklasarikan akan mendukung pemerintahan Jokowi-JK (Golkar Ancol Dukung Jokowi-JK >> http://bit.ly/1u3Y1qQ ). Di parlemen, mereka pun akan berpindah dari kubu Koalisi Merah Putih (KMP). Menangnya Golkar Ancol tentu akan memuluskan jalanya pemerintahan dan memperkuat barisan KIH di Parlemen.

Seperti diketahui, Kubu Golkar yang kini dipimpin oleh Ical sudah sejak awal memang sudah direcoki oleh pemerintah. Mereka pernah dihambat izinnya melalui Menkopolhukam Tedjo Edi yang melarang digelarnya munas di Bali dengan alasan akan mengganggu pariwisata, meski akhirnya keluar juga izin dari kepolisian.

Kini, bola ada di tangan Menteri Yassona Laoly. Rekam jejak menteri itu sudah jelas. Baru sehari menjabat, Ia sudah berani mengesahkan PPP kubu Romahurmuzy yang sedang bersengketa dengan PPP versi Suryadarma Ali. Padahal sudah jelas disebutkan pada pasal 24 UU Nomor 2 tahun 2008 bahwa ketika sebuah partai dilanda perselisihan, maka Kementerian Hukum dan HAM belum bisa mengesahkan kepengurusan sebelum sengketa tersebut diselesaikan secara internal.

Dengan kondisi demikian, saat ini, Kubu Ical sedang dalam kondisi dibawah tekanan. Apalagi, mereka kini bersuara keras dalam menolak Perppu Pilkada Langsung. Sepertinya mereka harus melunak. Jika ingin disahkan, Ical harus cabut penolakan Pilkada Langsung >> http://bit.ly/1saTaDI

Kini kubu Agung Laksono yang sedang diatas angin. Dengan dukungan KIH dan lewat campur tangan pemerintah, sepertinya Golkar Ancol yang akan disahkan Yasonna. Jika itu terjadi, maka siap-siap partai itu akan segera terbelah dan Anak Beringin baru akan segera lahir