- Beranda
- Stories from the Heart
You're Not The One
...
TS
divadivnia
You're Not The One
Terima kasih kamu telah membawaku sejauh ini.
Aku senang berada disampingmu. Tapi terlalu lama kita berjalan, aku lelah.
Semakin jauh kita menyelam, semakin gelap, semakin sulit bagiku untuk bernafas.
Aku memutuskan kembali ke permukaan, melepaskan tanganmu.
Aku senang berada disampingmu. Tapi terlalu lama kita berjalan, aku lelah.
Semakin jauh kita menyelam, semakin gelap, semakin sulit bagiku untuk bernafas.
Aku memutuskan kembali ke permukaan, melepaskan tanganmu.
Spoiler for Part 1:
*mohon maaf kalau tulisannya kurang enak dibaca, maklum ts bukan penulis

*sangat menerima kritik dan saran mengenai penulisan biar lebih ajib

*ini true story dari sudut pandang ts
Spoiler for Index:
Diubah oleh divadivnia 14-12-2014 22:52
anasabila memberi reputasi
1
8.1K
115
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
divadivnia
#91
Part 15
hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari pelantikan, hari terakhir diklat panjang yang berlangsung selama liburan. sebenernya gak bener-bener hari terakhir, karena masih ada hari penyambutan mahasiswa baru, dimana para calon panitia yang kali ini dilantik yang akan menjadi panitia pelaksananya.
hari penyambutan maba akan berlangsung selama satu minggu, artinya masih ada satu minggu lagi kesempatan gue dan wisa bisa tetep ketemu intens, karena selama hari penyambutan, pendiklat masih punya mandat untuk tetap mengawasi panitia dan memberikan evaluasi di akhir acara nanti.
malam pelantikan berlangsung dengan seru. acara pelantikan di bikin pos-to-pos mulai dari flow rendah sampai flow tinggi. wisa menjadi tuan rumah pos terakhir, pos dengan flow paling tinggi, pos terakhir sebelum pelantikan.
seperti biasa, wisa emang paling keren kalau soal ginian, marah-marah depan calon panitia, beretorika. di pos wisa, ga cuma calon panitia yang di 'tampar' pake kritikan wisa, pendiklat pun kena 30 kali push up karena dianggap ga becus dalam menurunkan nilai ke calon panitia (dan ini dia lakukan spontan, tanpa koordinasi dulu. waktu dia nyuruh pendiklat turun posisi push up, semuanya nurut-nurut aja sambil muka bego, kaget
)
disaat pendiklat lain masang muka kesel karena kena push up, gue push up dengan senang hati, sambil senyum-senyum, curi-curi pandang ke arah wisa yang lagi berdiri depan forum 'gilaaa, wisa emang keren banget, pos paling seru!'
selesai dari pos wisa, calon panitia dibawa ke selasar gedung lain yang gak jauh dari lapangan. disana mereka dilantik. ya bagian ini di skip aja ya hehe cuma pelantikan biasa, ga ada yang menarik.
beres pelantikan, pendiklat kumpul dulu di sekre. melepas lelah, ngobrol-ngobrol santai, gak rela rasanya diklat yang berlangsung selama berbulan-bulan ini berakhir. setelah 'membayar utang' push up di pos tadi, wisa berjalan keluar sekre, duduk di pagar beranda selasar gedung.
"eh div, sini" wisa memanggil gue yang lagi nyender di depan pintu sekre sama dua orang pendiklat lain.
suasana di selasar cukup sepi, cuma ada gue, wisa, dan dua orang pendiklat cewe yang tadi duduk bareng gue. pendiklat lain ada di dalem sekre.
"apaan?" tanya gue sambil nyamperin wisa di pagar selasar, cukup jauh dari tempat gue duduk
"bulannya lagi bagus" kata wisa sambil melihat ke langit
kita terdiam beberapa saat, melihat bulan. gue berdiri menyender ke pagar di sebelah wisa, sementara wisa duduk diatas pagar,membelakangi sekre.
"eh gue suka sama puisi lo waktu itu, makasih ya
" gue memecah keheningan.
oh ya, gue belum cerita, wisa ini jago bikin puisi dan karyanya suka muncul di koran kampus. dia pernah ngasih satu puisi buat gue pas kita awal deket. puisinya bagus banget menurut gue, seenggaknya itu sukses buat gue senyum-senyum berhari-hari
"lo suka?
gue ada puisi lagi buat lo"
kemudian wisa membacakan satu puisi. cara bacanya keren banget, gak lebay, gak norak, tapi dalem. suaranya lembut banget, enak di denger, ciri khas wisa
. gue lupa persis puisinya kayak apa. tapi intinya, di puisi itu wisa bilang, dia ga mau gue marah/ kecewa sama dia, soalnya dia ga bisa bayangin gimana kalau dia sampe ga bisa liat senyum gue lagi 
hari penyambutan maba akan berlangsung selama satu minggu, artinya masih ada satu minggu lagi kesempatan gue dan wisa bisa tetep ketemu intens, karena selama hari penyambutan, pendiklat masih punya mandat untuk tetap mengawasi panitia dan memberikan evaluasi di akhir acara nanti.
malam pelantikan berlangsung dengan seru. acara pelantikan di bikin pos-to-pos mulai dari flow rendah sampai flow tinggi. wisa menjadi tuan rumah pos terakhir, pos dengan flow paling tinggi, pos terakhir sebelum pelantikan.
seperti biasa, wisa emang paling keren kalau soal ginian, marah-marah depan calon panitia, beretorika. di pos wisa, ga cuma calon panitia yang di 'tampar' pake kritikan wisa, pendiklat pun kena 30 kali push up karena dianggap ga becus dalam menurunkan nilai ke calon panitia (dan ini dia lakukan spontan, tanpa koordinasi dulu. waktu dia nyuruh pendiklat turun posisi push up, semuanya nurut-nurut aja sambil muka bego, kaget
)disaat pendiklat lain masang muka kesel karena kena push up, gue push up dengan senang hati, sambil senyum-senyum, curi-curi pandang ke arah wisa yang lagi berdiri depan forum 'gilaaa, wisa emang keren banget, pos paling seru!'

selesai dari pos wisa, calon panitia dibawa ke selasar gedung lain yang gak jauh dari lapangan. disana mereka dilantik. ya bagian ini di skip aja ya hehe cuma pelantikan biasa, ga ada yang menarik.

beres pelantikan, pendiklat kumpul dulu di sekre. melepas lelah, ngobrol-ngobrol santai, gak rela rasanya diklat yang berlangsung selama berbulan-bulan ini berakhir. setelah 'membayar utang' push up di pos tadi, wisa berjalan keluar sekre, duduk di pagar beranda selasar gedung.
"eh div, sini" wisa memanggil gue yang lagi nyender di depan pintu sekre sama dua orang pendiklat lain.
suasana di selasar cukup sepi, cuma ada gue, wisa, dan dua orang pendiklat cewe yang tadi duduk bareng gue. pendiklat lain ada di dalem sekre.
"apaan?" tanya gue sambil nyamperin wisa di pagar selasar, cukup jauh dari tempat gue duduk
"bulannya lagi bagus" kata wisa sambil melihat ke langit
kita terdiam beberapa saat, melihat bulan. gue berdiri menyender ke pagar di sebelah wisa, sementara wisa duduk diatas pagar,membelakangi sekre.
"eh gue suka sama puisi lo waktu itu, makasih ya
" gue memecah keheningan.oh ya, gue belum cerita, wisa ini jago bikin puisi dan karyanya suka muncul di koran kampus. dia pernah ngasih satu puisi buat gue pas kita awal deket. puisinya bagus banget menurut gue, seenggaknya itu sukses buat gue senyum-senyum berhari-hari

"lo suka?
gue ada puisi lagi buat lo"kemudian wisa membacakan satu puisi. cara bacanya keren banget, gak lebay, gak norak, tapi dalem. suaranya lembut banget, enak di denger, ciri khas wisa
. gue lupa persis puisinya kayak apa. tapi intinya, di puisi itu wisa bilang, dia ga mau gue marah/ kecewa sama dia, soalnya dia ga bisa bayangin gimana kalau dia sampe ga bisa liat senyum gue lagi 
Diubah oleh divadivnia 29-11-2014 03:32
0