Ketika hari berlalu dan bulan berjalan, aku masih berusaha memperbaiki kehidupanku yang porak poranda Riyani. Aku duduk manis di meja belakang sembari menyanyi balada Ukays “rindu serindu-rindunya”. Masih menerawang ke luar jendela ditemani tiupan lembut angin pagi, kupunguti puing-puing hatiku yang berserakan. Kita sedang sibuk memunguti remukan-remukan itu tiba-tiba akal sehatku datang. Tuing.. seakan-akan ingat sesuatu aku kembali ke dunia nyata.



Aku sebenarnya bingung benar mau ikut ekskul apa. Ekskul bola? Badan kurus gini kebody sedikit pasti terbang dua meter. Basket? Tinggi sih lebih dari cukup, tapi dribble bola saja gemeteran. Pecinta Alam? Gak kuat ikut seleksi fisiknya. Niatnya sih mau ikut karya ilmiah, tapi terlanjur tengsin karena yang ikut anak-anak IPA semua.

Sebenarnya dulu waktu kelas satu, aku pernah ditunjuk untuk ikut paskibra 17 agustus. Kelihatan gagah sih, apalagi pakai baju putih-putih. Tapi, ada tapinya lho. Rasanya males juga karena cuma jadi pasukan 45. Cuma sebagai pelengkap doank, gak jauh beda sama hubungan kakak-adekan. Mana gak terkenal jadinya di kalangan cewek-cewek kece.





Sore itu kami pun menuju kelas yang digunakan untuk ekskul. Tampak beberapa anak sudah standby di kelas itu.


Beberapa anak yang tampaknya adek kelas kami berhamburan duduk di kursi masing-masing.



Deggg! Matilah daku.



Waduuuh, mampus.



Bahasa Arabnya saya apa ya, oh iya! Tuing, keluar bohlam lampu dari ubun-ubun.



Waduh, batinku sambil megangin hidung. Eka cekikikan. Kesal, kusenggol dia pakai sikuku.



Njiiiiir.. apalagi iiiiniiiii... Yassalaaaam tobat akuuu.



Mulut si bapak tampak bergerak hendak bertanya lagi. Rasanya sudah ingin aku angkat tangan ke kamera kalau ada. Namun sebelum semua terjadi tiba-tiba..



Mata kami pun serentak menuju ke arah suara itu. Siapa gerangan mereka yang memberi salam dengan suara merdu itu?

Yasalaaaaammm... Tak pernah kuduga. Ternyata adalahh.....