Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#1408
PART 61
"Yuk kita ke dalem." Ajaknya.

"Nii, ini kan....."

"Iya, aku mau ketemu Mama. Udah lama aku nggak kesini." ujarnya.

Tanpa banyak berbicara lagi akhirnya kami melangkah menuju areal pemakan. Suasana disini sangat sepi, bahkan gw tidak melihat penjaga makam atau orang yang sedang berziarah. Niar berjalan tepat di depan gw, sementara gw mengikutinya dari belakang melewati puluhan kuburan di samping kanan dan kiri. Sesekali kami harus jalan 'zig-zag' supaya tidak menginjak tembok/nisan kuburan orang lain.

Perasaan gw mendadak menjadi tak enak, badanpun terasa lemas. Gw jadi ingat akan kematian. Dan kelak semua orang pasti akan mengalami mati, lalu di sinilah tempat peristirahatan terakhir umat manusia.
Kalo banyak pahala sih bisa dibilang "Istirahat" dengan tenang. Lah kalo banyak dosa?

Niar mempercepat langkahnya ke sudut pemakaman dengan sedikit tergesa gesa. Kemudian dia berhenti tepat di sebuah makam. Sejenak dia memperhatikan makam itu dalam diam, lalu duduk bersimpuh disisinya. Sementara gw masih diam berdiri di belakangnya sambil terus memperhatikan dirinya yang tengah membersihkan rerumputan liar serta daun daun kering yang berjatuhan di atasnya. Kemudian dia memegang batu nisan itu, mengusap usap pelan permukaannya, lalu dia mulai berbicara.

"Assalamualaikum....Ma, Uni datang."

"Udah lama ya Uni nggak kesini jenguk Mama. Maaf ya Ma, Uni baru bisa dateng sekarang."

"Mama gimana kabarnya disana? Mudah mudahan Mama selalu baik baik aja disana. Mudah mudahan selalu dilapangkan tempatnya, dan selalu diterangkan ruangannya." Suaranya mulai parau.

"Ma, Uni sekarang udah lulus sekolah. Dan nggak kerasa Uni udah gede Ma. Uni udah dewasa. Walaupun Uni nggak pernah liat Mama, tapi mama liat Uni kan? Liat Uni sekarang gimana?" Gw melihat dia menitikkan air mata, namun dia segera menghapusnya pelan.

"Oya, Uni kesini nggak sendiri. Uni kesini sama Fajar. Nih orangnya ada di belakang Uni." Ucapnya sambil menoleh ke arah gw.

"Jar....Sini!" Panggil dia.

Gw pun mendekat ke arahnya dan ikutan jongkok di samping Niar.

"Kasih salam dulu sama Mama..." Ujarnya.

"Ha?"

"Iya salam dulu..."

Gw diam sebentar, lalu dengan satu tarikan nafas, gw mulai mengucap salam.

"Assalamualaikum...Ma." Ucap gw pelan.

"Ini Fajar......"

Gw terdiam cukup lama tidak meneruskan lagi perkataan gw. Ya, karena gw nggak sanggup. Hati kecil gw merasa bahwa yang ada dibalik nisan ini adalah Ibu gw sendiri. Sementara otak gw terus membayangkan wajah beliau. Wajah senyum beliau, dan wajah marah beliau. Semakin gw membayangkan beliau, perasaan gw semakin tak karuan. Bahkan gw hampir meneteskan air mata saat itu. Walaupun pada akhirnya gw berhasil menenangkan perasaan dan fikiran gw. Lagipula gw nggak mau keliatan cengeng di depan Niar.

Tiba tiba Niar menoleh ke arah gw lalu dia memberikan sebuah buku yang gw ketahui itu buku Yasin. Dan buku itu pula yang baru dia beli sewaktu di Empang.

"Ikut do'ain Mama ya." Ucapnya pelan.

"Iyaa..." Jawab gw singkat.

Hampir setengah jam kami berdua telah selesai membaca Yasin. Cukup lama memang. Biasanya paling paling hanya butuh waktu sekitar 15 menit. Maklum lah gw jarang ngaji.
Setelah semuanya selesai kami pun bersiap meninggalkan tempat ini. Kami berjalan keluar pemakaman diiringi salam kepada penghuni kubur.

"Jar..." Panggil Niar sesaat keluar dari pemakaman.

"Ya." Sahut gw.

"Aku laper nih?"

"Sama..."

"Makan yu!" Ajak dia.

"Dimana?"

"Di rumah nenek aku aja. Mau nggak? sekalian aku mau silaturahmi. Udah 2 tahun aku ngga kesana" Ujarnya.

"Eh, nggak enak aku Nii. Malu ah!"

"Nggak usah pake malu ah! Lagian sama nenek nenek ko malu!"

"Ee bukannya gitu, mampir kesitu masa cuma numpang makan doang."

"Nggak apa pa kali. Yaudah yuk jalan!"

"Emm...masih jauh nggak?" Tanya gw.

"Deket kok Jar..."

"Yaudah"

Gw kendarai Jupi dengan kecepatan sedang melewati aspal yang mulus disertai tikungan tajam. Angin sepoi sepoi menerpa wajah gw dari balik helm dan gw sangat menikmatinya. Suasana disini cukup sejuk, ditambah ratusan hektar sawah disisi jalan yang membuat pemandangan ini kian indah. Setelah 15 menit perjalanan kami pun sampai di rumah neneknya Niar. Rumahnya cukup besar, teduh, serta dihiasi beberapa pohon rindang disisi dan di depan rumah.

Setelah mengucap salam beberapa kali, akhirnya pintu rumah terbuka. Lalu muncul sosok perempuan berusia dua puluh tahunan membukakan pintu. Gw sempat bengong melihat perempuan itu. Ya!! Cantik!!

"Teh Idaaa....." Ujar Niar histeris.

"Eeh Uni..!" Balas perempuan itu.

Seperti biasa perempuan ketemu perempuan. Jadinya mereka berpelukan, lalu cipika cipiki, dan gw jadi pengen...

"Uni jeung saha?" Tanyanya.

"Oh...ini...Emm...Jar, kenalin ini Teh Ida. Sepupu aku" Ucap Niar.

Lalu gw salaman sama si Teteh geulis ini.

"Fajar..."

"Rida...Oya, Kamu teh pacarnya Uni?"

"Haa?

Lalu gw sama Niar saling pandang, dan secara bersamaan menjawab..
"Nggak, temen kok"

"Bohong ah! Meuni kompak kitu jawabna. Udah berapa lama kalian?" Tanya teh Ida.

"Eh..." Ujar gw

"Eh..." Niar ikutan.

"Haha, ketauan kan! Ulah pura pura ka teteh mah!" Ujar si teteh.

Kemudian kami pun masuk kedalam rumah. Tak lupa si Teteh geulis ini mempersilahkan kami untuk duduk. Setelah itu dia pamit ke belakang untuk memanggil Nenek, sekalian membuatkan minuman untuk kami berdua.

"Nii..."

"Ya..."

"Disini nenek kamu dari Mama atau Ayah?"

"Dari almarhum Mama Jar."

"Oooh...." gumam gw.

"Bulet!!"

"Apaan sih kamu!" Gerutu gw.

"Hahaha. Oya, makasih ya Jar."

"Makasih untuk?"

"Makasih aja udah minjemin harinya buat aku."

"Ya..." Ujar gw datar.

"Tuh kan gitu!" Ujarnya.

"Kenapa?"

"Kamu nggak ikhlas nih?"

"Ikhlas Uniiii.....Udah ah bawel. Aku capek nih!" Gerutu gw.

Tak lama kemudian Teh Ida sudah kembali ke depan sambil membawa dua gelas teh manis hangat. Diikuti dengan Neneknya Niar yang muncul dari ruang tengah. Gw segera bangkit dari duduk lalu sungkem cium tangan si Nenek. Gw sempat ditanyai oleh si Nenek perihal identitas gw, dan ditanya pula gw ini siapanya Niar. Tentu saja si Teh Ida yang heboh sendiri kalau gw dibilang pacarnya Niar. Dia terus menerus membahas tentang hal itu ngomong ampe berbusa. Praktis gw cuma diam, dan gw lihat Niar cengar cengir keGEERan.

Cukup lama kami berbincang bincang dengan Teh Ida dan Nenek. Hingga akhirnya acara yang ditunggu tunggu datang juga. Ya benar, acara makan. Sebab sedari tadi perut ini sudah teriak teriak minta nasi.
Namun sebelum makan gw minta izin ke belakang untuk wudhu lalu solat Zuhur. Bukannya mau cari muka, atau dikata sok alim. Tapi gw tiba tiba jadi ingat solat semenjak di pemakaman tadi.

"Sok atuh pada makan ya. Jangan malu malu..." Ujar si Nenek ramah.

"Iya Nek..."

"Maaf ya adanya ini doang."

"Iya nggak apa apa Nek. Waduh makasih banget. Malah jadi ngerepotin Nenek nih. Hehe" Ujar gw basa basi.

Sayur asem plus tempe bacem jadi menu makan siang gw waktu itu. Rasa sayur asemnya lumayan, tapi masih enakan bikinan Bidadari No.1 gw. Sementara tempe bacemnya, istimewa!! Gw nggak tau nih tempe pake bumbu racik apa. Yang pasti rasanya beda dari tempe pada umumnya. Malahan gw sampe nambah tempenya doang. Itupun gw ngambil tempe pas si Nenek dan Teh Ida lagi ke belakang. Kalo di depan mereka malu atuh.

Selesai makan Niar mengajak gw ke belakang rumah dimana disitu ada kebon sawo lengkap dengan saungnya. Tak lupa gw memetik beberapa buah sawo yang sudah mateng dengan memakai tongkat bambu khusus, mirip alatnya doraemon.

Puas menggerogoti sawo, gw pun duduk di saung menyusul Niar yang sudah terlebih dahulu duduk disitu. Kemudian gw keluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.

"Jar abis ini kamu mau kemana?" Tanya dia.

"Ya pulang lah.."

"Bukan...maksudnya kamu mau lanjut kemana?" Tanya dia lagi.

"Belum ada planning. Kamu sendiri?"

Dia diam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan gw.

"Aku mau pergi Jar..."

DEG...
Dia bilang mau pergi?

"Lah kamu mau kemana? Mau pergi ke Komdak aja segala bilang bilang. Haha" Ujar gw berusaha becanda.

"Aku serius...Aku mau pergi."

"Kamu mau kemana?" Tanya gw. Kali ini serius.

"Aku mau kuliah di Jogja. 3 hari lagi aku berangkat."

"Loh kok?"

"Iya, aku ikut seleksi lewat jalur PMDK. Dan aku kepilih buat ikut tes selanjutnya."

"Jauh jauh amat kuliah di Jogja. Kenapa nggak di Bogor aja? Atau Jakarta kan masih deket!"

"Pengennya sih gitu. Tapi ini keputusan Papa. Dan aku harus ikut Papa. Dia disana dapet tugas dipercaya sama atasannya buat ngelola anak perusahaan yang baru. Katanya sih 5 tahun."

"Yaa kan kamu bisa tinggal disini di Bogor. Mama kamu nggak ikut kesana kan?" Tanya gw

"Mama ikut. Kalo aku disini, aku sama siapa? Aku nggak punya saudara di Bogor. Lagian juga udah lama aku pengen banget buat masuk universitas itu. Nah sekarang kesempatan ada di depan mata."

"Ya, itu pilihan kamu. Oya, tadi kamu bilang disana 5 tahun, terus setelah 5 tahun kamu balik lagi kesini kan?" Tanya gw.

"Mungkin iya, mungkin juga nggak...."

Tiba tiba gw diam, tangan gw masih memegang sebatang rokok yang abunya sudah memanjang. Perasaan gw jadi nggak karuan ketika Niar bilang mungkin tidak akan kembali ke sini lagi. Gw nggak tau kenapa gw bisa begini. Ada secuil kesedihan di dalam diri gw saat tahu kalau Niar bakal bener bener pergi.

"Nii...jangan pergi..."

"Kenapa??"

"Disini aja... " Ucap gw pelan.

"Nggak Jar. Aku harus ikut orang tua aku."

Gw mendekat ke arahnya, lalu gw bicara sambil memegang pundaknya.

"Biarin orang tua kamu disana. Tapi kamu tetep disini, nempatin rumah kamu. Terus kuliah disini. Jangan pergi Nii..."

"Oke aku ga pergi. Tapi aku mau tanya sama kamu. Hal apa yang bisa kamu lakuin biar aku nggak pergi?" Tanya dia.

"Emmm....Anu....Emm....Aku..."

"Nggak ada kan??" Ujarnya memotong omongan gw yang terputus.

"......" Gw diam.

"Kamu egois Jar!"

Benar apa yang dikatakan Niar . Gw memang egois dan gw nggak bisa melakukan apa apa agar Niar tidak jadi pergi. Di satu sisi tentu gw sangat sangat menyayangi Bunga, dan gw nggak mungkin ninggalin dia. Di sisi lain, gw juga nggak mau Niar pergi. Padahal siapa dia? Gw juga siapanya dia? Sampai detik ini pun gw nggak tahu hubungan kita ini sebagai apa. Lagipula gw baru bertemu dengannya lagi setelah cukup lama gw nggak ketemu.

Kemudian gw kembali membakar sebatang rokok. Gw hisap pelan racun nikmat itu, dan menghembuskannya pelan juga. Sesekali gw membuat gumpalan asap berbentuk 'lingkaran' yang keluar dari mulut gw.

Seandainya....
Seandainya....
Seandainya....

Terlalu banyak kata 'seandainya' dalam meratapi sebuah penyesalan. Seandainya dulu gw bisa jujur sama Niar, seandainya gw nggak ketemu Bunga, seandainya gw....
Argh!! Tiba tiba gw jadi kesal mengingat kejadian dulu.

"Nii, kadang tuhan mempertemukan kita untuk saling suka, saling sayang, saling cinta, tapi bukan untuk bersama..."

"....." Niar diam.

"Kejar cita cita kamu Nii...Kejar apa yang kamu mau. Aku nggak bisa ngejamin cita cita kamu bakal kesampean."

Kemudian gw bangkit dari tempat duduk, berjalan sedikit tergesa gesa ke arah pohon sawo untuk gw panjat. Karena memang sedari tadi waktu ngobrol sama Niar mata gw udah ngincer 3 buah sawo yang mengkel mateng di pohon. Pasti manis nih, fikir gw.

"Jar....!" Panggilnya setengah teriak.

Gw pun menoleh ke arahnya, dan gw lihat wajahnya nampak cerah dihiasi senyuman yang manis.

"Tapi...." Ucapannya tertahan.

"Tapi apaan?" Tanya gw sembari nyodok nyodok sawo.

"Tapi perasaan aku ke kamu masih sama kaya dulu."

Gw tersenyum kecil, kemudian melangkah ke saung sambil menggigit satu buah sawo yang baru gw petik. Gw pun kembali duduk disampingnya.

"Heh....! Juniarti si neng geulis ti parapatan Cikotok, ternyata kamu sama egoisnya ya kaya aku. Hahaha"
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.