- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#444
6.6. Hujan Bulan November 5
Hitam tak pernah bersama putih, matahari pun tak akan pernah bersama rembulan. Seperti aliran air yang berjatuhan dalam gerimis, tak ada yang lebih bisa direlakan lagi dari semua kepingan hati yang berjatuhan.
Hari lain di bulan November, seperti biasa hujan gemar datang di siang hari. Membawa gelapnya mendung dan deru angin menerpa kulitku. Aku hanya bisa berjongkok di depan kelas memandang garis-garis hujan. Tenggelam sendiri dalam pikiran. Aku tak sendiri, disamping kanan dan kiriku ada beberapa teman. Namun semua memilih terdiam seakan menjadi autis seiring derasnya air hujan yang turun.
Pandanganku masih ke arah Hanum dan Bernard. Tampak dia tertawa-tawa sambil berusaha mengejar Bernard macam adegan film India. Pernahkah kami melakukannya dahulu. Sepertinya tidak. Aku, seperti biasanya hanya akan tampak berusaha cool dan diam. Dia tak pernah terlihat sebahagia itu dulu.
Aku berusaha untuk menerimanya. Yeah, kalimat ajaib yang tadi baru saja terlontar dari bibirku tampaknya memang harus dipraktekkan.
Hujan, seperti biasa membasahi seragamku. Aku, seperti biasa sendiri pulang ke rumah. Menyusuri trotoar dan melompati genangan-genangan air dengan riang sembari terkadang mengumpat karena terciprat air dari mobil yang lewat. Angin yang berhembus dingin dan lembab malah terasa menyegarkan bagiku.
Seakan mulai terbiasa dalam kesendirian, aku mulai menikmati hujan ini.
Hari lain di bulan November, seperti biasa hujan gemar datang di siang hari. Membawa gelapnya mendung dan deru angin menerpa kulitku. Aku hanya bisa berjongkok di depan kelas memandang garis-garis hujan. Tenggelam sendiri dalam pikiran. Aku tak sendiri, disamping kanan dan kiriku ada beberapa teman. Namun semua memilih terdiam seakan menjadi autis seiring derasnya air hujan yang turun.
Quote:
Pandanganku masih ke arah Hanum dan Bernard. Tampak dia tertawa-tawa sambil berusaha mengejar Bernard macam adegan film India. Pernahkah kami melakukannya dahulu. Sepertinya tidak. Aku, seperti biasanya hanya akan tampak berusaha cool dan diam. Dia tak pernah terlihat sebahagia itu dulu.
Aku berusaha untuk menerimanya. Yeah, kalimat ajaib yang tadi baru saja terlontar dari bibirku tampaknya memang harus dipraktekkan.
****
Quote:
****
Hujan, seperti biasa membasahi seragamku. Aku, seperti biasa sendiri pulang ke rumah. Menyusuri trotoar dan melompati genangan-genangan air dengan riang sembari terkadang mengumpat karena terciprat air dari mobil yang lewat. Angin yang berhembus dingin dan lembab malah terasa menyegarkan bagiku.
Seakan mulai terbiasa dalam kesendirian, aku mulai menikmati hujan ini.
Diubah oleh azelfaith 21-11-2014 14:34
0
