Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#1394
PART 60
Niar datang menepati janjinya untuk bertemu dengan gw disini, di warung model gerobak berukuran 1x2 meter, di warung tempat pertama kalinya gw sama dia bertemu. Kemudian Niar duduk di samping gw sambil terus meminum teh kotak yang baru dia beli barusan. Gw menengok ke arah wajahnya, dia pun menengok ke arah wajah gw juga. Namun hanya rasa canggung lah yang gw rasakan. Begitupun juga dia yang mungkin merasakan hal yang sama seperti gw.

Cukup lama kami berdiam diri. Niar sibuk dengan teh kotaknya, sedangkan gw sibuk dengan sebatang rokok yang sudah hampir habis termakan oleh angin. Gw masih belum berani menyapanya lebih dulu, hingga akhirnya dia lah yang memulai pembicaraan.

"Lulus Jar?" Tanya dia.

"Keliatannya gimana?" Gw balik bertanya.

"Aku tau, kamu pasti nggak lulus!"

"Enak aja! Lulus dong!"

"Kalo ngaku lulus, kenapa baju kamu nggak ada coretan?"

"Emang kalo lulus harus corat coret ya?"

"Ya iya lah." Jawabnya singkat.

"Loh kamu sendiri nggak corat coret? berarti nggak lulus dong?" Tanya gw.

"Ini baru mau...."

Kemudian dia merogoh isi tasnya mengambil beberapa sepidol warna warni. Ada merah, biru, hijau, dan hitam. Lalu dia memegang salah satu sepidol berwarna merah.

"Buka dong sweaternya!" Ujarnya.

"Mau ngapain?"

"Aku mau corat coret baju kamu."

"Eh nggak, nggak! Jangan!" Tolak gw.

"Sedikit aja ya...ya..."

"Nggak!"

"Sedikit doang Jar!"

"Pokonya nggak!!"

"Tuh kan..."

"Kenapa?"

"Yaudah aku nyoretnya di balik kerah aja ya. Biar nggak keliatan."

"Nggak ada acara corat coret Nii..." Ujar gw kekeuh.

"Please...."

Gw yang melihat raut wajah memelasnya akhirnya luluh juga, dan menuruti permintaannya untuk menulis sesuatu di balik kerah kemeja gw. Kemudian gw melepas sweater, menghadap membelakanginya, lalu menaikkan lipatan kerah ke atas. Dia mulai mengambil posisi, tangan kirinya bersandar di bahu gw sambil memegangi kerah. Sementara tangan kanannya mulai menulis.

"Srek, srek, srek" Begitulah bunyinya ketika ujung sepidol menyentuh permukaan kerah gw. Cukup lama dia menulis dan cukup bete pula gw mematung sembari nunduk. Gw yang tidak bisa melihat dia sedang menulis apa akhirnya bertanya.

"Lama banget sih? Nulis apa gambar neng?"

"Sabar, sebentar lagi." Ujarnya.

Sambil menunggu dia selesai, gw mengambil secangkir kopi hitam yang posisinya sedikit diluar jangkauan tangan gw. Kopi itu masih utuh belum gw minum sedikitpun.

"Hee...kamu jangan gerak herak atuh ih!"

"Yaelah dikit doang mau ambil kopi. Keburu jadi ager nih kopi didiemin doang." Gerutu gw.

Tiba tiba dia menghentikan aktifitasnya, lalu...

"Hahaha...Hahaha..."

"Dih? kenapa ketawa?" Tanya gw heran.

"Hahaha...Ager? Hahaha"

"Iya, keburu dingin kopinya jadi ager!"

"Hahaha...." Dia masih tertawa.

"Stress!" Celetuk gw pelan.

Niar pun telah selesai menulis sesuatu di kerah kemeja gw. Gw yang penasaran dengan tulisannya itu lalu berusaha menengok ke belakang sambil menarik narik kerah kemeja. Namun gw tidak melihat jelas tulisan yang dia buat. Kemudian dengan entengnya Niar berkata : "Udah jangan diliat liat. Nanti aja ngeliatnya". Gw pun manut lalu kembali memakai sweater. Paling paling ini cuma tanda tangan dia doang, fikir gw.

"Jar..."

"Ya..."

"Emm....Boleh pinjem nggak?" Tanya dia.

"Pinjem apa?"

"Tapi boleh nggak?"

"Iya, pinjem apa dulu? Jangan bilang mau pinjem uang. Nggak ada!"

"Eh nggak, bukan!"

"Terus?"

"Pinjem kamu sehariii ini aja."

"Owalah kirain apaan. Segala pinjem pinjem. Emang aku barang?"

"Berarti boleh nih?"

"Emmm...iya" Jawab gw.

"Yuk...."

Kemudian gw bangkit dari tempat duduk, menghabiskan sisa kopi, lalu pamit kepada si Aa. Terlihat wajah si Aa muram pucat pasi tanpa ekspresi. Tak lama gw berbasa basi dengan si Aa, lantas gw palingkan wajah ke arah Niar. Daripada gw harus ngeliatin muka asem gitu mending gw ngeliat muka bening si Neng geulis aja.

Lalu gw menaiki si Jupi tak lupa mengajak Niar untuk menaikinya juga. Saat itu gw nggak tau mau diajak kemana olehnya. Yang penting gw nggak diajak macem macem, apalagi diajak bercinta. Eh, nggak nggak!! Fikiran gw terlalu jauh untuk sampai ke hal itu.
Setelah gw siap dan Niar siap, perlahan motor pun beranjak pelan diiringi dengan teriakan seorang pemuda berusia 25 tahunan, "Ulah poho siah! Utang di bawa nepi ka akherat!!" Dan gw pun menjawab, "Maneh rek ka akherat? Sok wae tiheula"

"Kamu tuh nggak berubah ya. Nggak sopan sama yang tua." Ujar Niar tiba tiba.

"Haha, becanda itu Nii. Nggak serius kok."

"Becanda sih becanda. Kalo orangnya nggak terima terus marah gimana?"

"Ya minta maaf!"

"Udah, itu doang?"

"Ya jangan diulangi lagi. Kalo bisa nggak usah becanda lagi sama orangnya."
"Emm, mau kemana nih kita?" Sambung gw.

"Ke Empang dulu ya." Jawabnya.

"Oke...."

Oya, Empang disini bukan empang kolam ikan atau empang tempat buang hajat masal, bukan. Tapi Empang itu nama suatu daerah/kecamatan di selatan kota Bogor yang penduduknya rata rata keturunan Arab. Bahkan banyak pula imigran dari jazirah Arab yang tinggal di sini. Katanya sih, katanya disini tempat berkumpulnya para habib sakti. Tapi gw juga kurang tahu, benar atau nggaknya, karena memang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal gw. Dan gw jarang main ke daerah sana.

Niar menepuk bahu gw sebagai isyarat menyuruh gw berhenti. Gw oun menghentikan motor tepat di depan sebuah toko souvenir yang gw tau toko ini menjual oleh oleh dari Arab sana. Oya, yang jaganya pun juga orang Arab.

Dia memasuki toko itu dan terlihat sedang berbincang dengan salah satu penjaga toko. Tak lama kemudian dia keluar toko membawa sebuah barang Entah dia membeli apa gw kurang tau. Sebab barang yang dia beli dibungkus plastik hitam dan gw juga nggak mau bertanya itu apa.

"Kemana lagi Nii?" Tanya gw sesaat setelah dia menaiki motor.

"Kita ke arah Ciawi ya..."

"Waduh, jauh banget neng! Kalo gitu nanti ke Pom dulu ya isi bensin." Ujar gw.

"Iya..." Jawabnya singkat.

Motor terus melaju dengan kecepatan sedang membawa kami berdua melewati padatnya jalanan Kota Bogor. Tak jarang gw melihat segerombolan para pelajar SMA/SMK sedang konvoi keliling kota dengan kondisi pakaian penuh warna warni. Ya, mereka asik merayakan kelulusan dengan cara yang mainstream. Sedangkan gw merayakannya berdua dengan si Neng geulis. Berjalan menuju daerah Ciawi yang gw belum tau kesana mau ngapain. Tapi satu yang gw tau, ternyata Niar mengencangkan pelukannya di tubuh gw dan itu membuat gw ngadaregdeg.

Motor masih berjalan, dan tak terasa perjalanan ini sudah memakan waktu hampir satu jam. Tapi Niar belum juga memberi tahu kita akan kemana. Dia hanya menunjukkan jalan sesekali berkata "Perapatan situ kanan", "Lurus terus ikutin jalan", "Disini belok", "Disana belok". Dan seterusnya, dan seterusnya. Hingga gw pun akhirnya sadar kalu kita berjalan sudah terlalu jauh. Gw was was sebab gw belum memiliki yang namanya SIM, apalagi pajak motor belum dibayar. Akhirnya gw pun bertanya padanya.

"Nii, ini kita mau kemana?"

"Ikutin jalan ini aja terus"

"Loh ini kan jalanan arah mau ke Sukabumi?"

"Iya...emang kita mau ke Sukabumi." Jawabnya datar.

"Hah?? Serius?"

"Ya serius, ke Sukabumi." Ujarnya.

"Mau ngapain? Haduh, aku ga bawa apa apa ini. Ga bawa pegangan sama sekali!" Ujar gw panik.

"Udah tenang aku ada..."

"Kenapa nggak bilang dari pertama kalo mau ke Sukabumi?" Tanya gw lagi.

"Hehe, biar surprise..."

"Surprise? Mata lo soek!!" Gerutu gw.

Gw nggak habis fikir bisa bisanya nih anak ngasih surprise macam begini. Apanya yang surprise? Jalan ke Sukabumi, naek motor, nggak bawa duit, itu namanya surprise? "Gila kamu Nii" Ujar gw dalam hati.

Setelah menghabiskan waktu di jalan selama 2.5 Jam, iya! dua jam setengah! Kami pun sudah memasuki Kota Sukabumi. Tapi penderitaan gw belum berakhir. Setelah gw dengar perkataan Niar, gw langsung lemas dan hendak pingsan saat itu juga. Bagaimana tidak, dia mengatakan kalau tempat yang ditujunya masih sangat jauh dari pusat kota. Namun beberapa detik kemudian, gw merasa lega karena dia mengklarifikasi kalau yang diucapkannya barusan bohong.

"Nah..di depan belok kanan. Nggak jauh lagi kita sampe." Ujarnya.

Kali ini benar apa yang dia katakan. Dia menepuk bahu gw untuk berhenti. Dan gw pun menghentikan laju motor tepat di depan sebuah gubuk tak berpenghuni. Kemudian gw turun dari motor, disusul Niar. Gw menepuk nepuk pantat gw, dan gw merasa pantat gw bener bener 'Ba'al'. Bayangkan saja selama dua jam setengah duduk di atas jok motor yang lumayan keras apa nggak mati rasa tuh bokong? Jangankan dicubit, bahkan disilet pun mungkin tidak terasa.

"Sampe juga akhirnya...fuuuh" Ujar Niar.

"Sampe sih sampe, tapi mau ngapain kita jauh jauh cuma numpang ngaso di depan gubuk beginian?"

"Kita nggak kesini Jar. Tuh kita kesana tuh...." Ucapnya sambil menunjuk ke arah sebrang jalan.

Lalu gw menoleh ke arah yang ditunjuk Niar. Sebuah taman dengan pagar besi yang sudah mulai berkarat, di tambah banyak bunga kamboja dan melati yang tumbuh di sekitar area taman.
Gw pandang sekali lagi, kali ini lebih dalam. Dan seketika gw lemas, lutut dan kaki pun seakan sudah tak mampu menopang berat tubuh gw. Bahkan gw seperti ingin menangis berada disini.
Diubah oleh javiee 21-11-2014 01:23
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.