Siang itu pulang sekolah hari kembali hujan. Tak bosan-bosannya langit mencurahkan ribuan galon air ke bumi ini. Andaikan yang jatuh itu adalah uang dollar mungkin besok nilai rupiah menguat di pasar saham. By the way kita tidak sedang membahas nilai rupiah apalagi harga minyak dunia. Tahun itu harga BBM memang sedang puncak-puncaknya, namun aku tetap tenang karena subsidi dari Mami tetap berjalan.

Hari itu kita akan mengenang tentang hari-hari membosankanku. Hari-hari dimana aku berjalan pulang sendiri dalam pekatnya gerimis dan how bad luck I was.

Kau tahu Riyani? Ibarat kata bagi seorang yang belum move on bertemu dengan mantannya itu sebuah horror. Lebih horror dari film the conjuring ataupun insidious. Apabila dia bertemu mantan dengan pacar barunya itu disebut double kill, maka kita bisa sebut bertemu mantan yang sedang mesra-mesraan dengan pacar barunya itu triple kill.

Berdasar data diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya pada hari itu aku mengalami yang namanya ultra kill, satu step lagi menuju rampage. Tak ada yang lebih menyakitkanmu daripada kau berjalan kedinginan dalam hujan dan melihat si dia berboncengan mesra bersama kekasihnya. Siapa dia? Ya you know who laah.

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada tahu kita tidak dicintai seseorang. Dan tak ada yang lebih membuat dendam daripada melihat seseorang yang kita suka direbut oleh orang lain. Namun tenang, ini bukan dunia Romeo dan Juliet, aku tak akan membunuh Bernard hanya gara-gara itu.

Hari itu, aku masih berjalan sendiri. Mengenang peruntunganku bersama Hanum dan Lia sepertinya memang aku tak cocok bekerja di air, eh salah. Sepertinya aku tak cocok untuk pacaran. Namun, disatu sisi hatiku menyangkal kenyataan itu. I was just confused why she left me for him.

Bernard memang tampan, manis, metroseksual, parlente, kaya, dan disukai banyak gadis di SMA baik dari kalangan bawah ataupun atas, kakak kelas ataupun adik kelas. Dengan mengesampingkan segala hal yang berhubungan dengan materi aku merasa lebih baik daripada dia. Dan yang pasti, aku merasa lebih punya banyak hormon testosteron. You know what I mean right? Yes, he was so girly. Damn shit.

Andai Hanum memilih Sukro yang atlet bola itu mungkin aku bisa terima. Atau si Alex, vokalis band indie yang jadi pujaan itu. Masih ok. Namun Bernard, Oh god dia pasti pakai susuk buat menarik Hanum.

Maka makin ruwetlah pikiranku tenggelam dalam hujan siang itu Riyani. Jalan buntu kutemui, tragedi kujalani.