Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#1380
PART 59
Dua minggu kemudian...

Gw terbangun dari tidur singkat gw dengan kepala yang sedikit pusing ditambah kuping yang agak pengang efek dari alarm jimbot yang cukup keras. Gw tekan tombol merah untuk menghentikan bunyi sialan itu. Namun tak lama kemudian jimbot gw kembali berdering. Kali ini ada telefon masuk yang gw ketahui dari Bunga. Dengan setengah kesal gw pun mengangkatnya.

“Haloo...”

“Ya halo, udah bangun kamu?”

“Hemmm...”

“Lemes banget sih semangat dong sekarang kan pengumuman kelulusan”

“Iya...”

“Tuh kan?”

“Kenapa?”

“Jawabnya males banget kayanya”

“Aduuh kamu tuh cerewet banget dah. Aku lagi kumpulin nyawa ini!” Gerutu gw.

“Hehehe...iya udah kumpulin dulu sana nyawanya.”

“......”

Lalu kami pun Cuma diem dieman tanpa menutup telefon. Gw juga masih bengong pelanga pelongo dengan masih menahan rasa kantuk.

“Udah ngumpul belum nyawanya?” Tanya Bunga tiba tiba.

“Iya udah...” Jawab gw singkat.

“Kalo udah kumpul semua suruh baris!!”

“Ngawur ah kamu mah.”

“Terus di absen!”

“Apaan sih nggak jelas!!”

“Hehe...yaudah sekarang aku mau denger kamu nyanyi.”

“Hah? Nyanyi? Ogah ah...”

“Ih...buruan nyanyi. AKu kangen sama kamu.”

“Lah kangen nggak mesti pake nyanyi kali yank!!” Gerutu gw.

“Aku kangen sama suara kamu...” Ujarnya.

“Yaa kan aku udah ngomong, kan ada suaranya.”

“Yaudah cepet nyanyi!”

“Yaelah Bung...lagu apaan?” Tanya gw pasrah.

“Terserah...”

“Modol di moskow, cebok di koreaa...” (Maksud gw nyanyiin bait pertama lagu Wing of Change dari Scorpion)

“Ihhh...yang bener dong!”

“Ya, ya bawel! Ekhem...’Boga kabogoh jauh, mentas laut leweung gunung, ari apel teu bingung cukup halo dina telepon..” (Kabogoh Jauh dari Darso)

“Tuuut tuuut tuuut...”

Telefon ditutup sepihak olehnya. Gw yang lagi bingung malah makin bingung dibuatnya. Gw nyanyiin lagu Darso juga berdasarkan kenyataan. Sekarang Bunga posisinya memang jauh dari gw. Dia di Bali, sedangkan gw di Bogor. Jauh bukan main melintasi laut. hutan, dan gunung.

Sudah 3 hari Bunga pergi ke Bali, dia sedang liburan bersama keluarganya. Lebih tepatnya mungkin mudik, karena memang dia mempunyai darah Bali dari ayahnya. Gw juga bingung, gini hari dia malah ke Bali. Padahal hari ini tepat pengumuman kelulusan yang serentak di umumkan di seluruh Nusantara. Mungkin dia udah PEDE kalau dia bakal lulus, kalau ternyata nggak lulus?? Haha, nangis darah kau Bunga! Tapi memang kepedean dia bukan tanpa sebab. Karena memang dia anak yang pandai, cerdas dan berprestasi di sekolahnya. Walaupun terkadang otaknya rada lemot untuk memahami kejadian di depan matanya.

Gw bangkit dari tempat tidur mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu. Lalu bergegas mandi diiringi celotehan Bidadari No.1 gw karena gw bangun sedikit kesiangan. Selesai mandi gw masuk kamar lalu mengambil seragam putih abu abu gw.

Seragam ini, gw pandangi sepasang seragam itu dalam dalam. Kemeja putih yang sudah mulai kekuningan warnanya sebab hampir 3 tahun gw sekolah tak pernah diganti. Lalu gw pandangi celana abu abu gw. Celana yang dijahit oleh tukang jahit dekat rumah, yang gw tahu ongkos menjahitnya hanya memakan biaya Rp. 35.000 saja. Celana ini umurnya sama seperti kemeja, sudah hampir 3 tahun juga.

Lalu gw mulai mengenakan kemeja putih dan celana abu abu itu. Mungkin hari ini adalah hari terakhir gw memakai putih abu abu. Hari terakhir gw sebagai siswa ES-TE-EM yang indah karena segala kebadungan gw. Mereka lah yang menemani hari hari gw. Dikala susah, senang, tertawa, bahkan menangis. Gw teringat kembali histori dari sepasang baju dan celana itu. Gw ingat ketika gw dijemur oleh Pak Ali karena ketahuan merokok, gw ingat ketika gw dihukum untuk duduk di atas tembok sekolah karena ketahuan membolos dengan memanjat tembok. Gw juga ingat ketika gw mulai mengenal cinta, ketika gw sakit hati karena cinta, hingga gw sembuh dari sakit hati karena cinta juga. Semuanya gw ingat, ya semuanya gw lewati dengan seragam ini, PUTIH ABU ABU.

Setelah semuanya siap dan rapi, gw keluar kamar untuk menyantap beberapa pisang goreng buatan Bidadari No.1 gw. Dua potong pisang goreng dan segelas susu tentu sudah cukup untuk memenuhi standar gizi gw pagi itu. Gw pun berpamitan kepada kedua orang tua gw tak lupa salim cium tangan.

“Semoga lulus ya Jar...” Ucap kedua orang tua gw.

“Iya Ma, Pak, doain aja.”

Tepat pukul setengah delapan pagi gw sudah tiba di sekolah. Suasana di sekolah sudah sangat ramai oleh para siswa kelas tiga. Gw pun menuju parkiran, dan memarkirkan Jupi dengan di standar miring. Tak lama kemudian, ada sebuah suara dari pengeras suara di sudut bangunan sekolah yang menyuruh anak anak berkumpul di lapangan. Ketika gw berjalan di lorong kelas menuju lapangan, tiba tiba jimbot gw bergetar.

“Kalo lulus, kabarin ya. Jangan macem macem. Jangan pilok pilokan. Apalagi corat coret muka sendiri. Ok!! I miss you Nyebelin!” Message from Bunga.

Sekitar 15 menitan kepala sekolah ngomong ngalor ngidul dengan segala tetek bengeknya, kemudian para siswa dipersilahkan masuk ke kelas masing masing. Gw duduk di barisan paling belakang. Wali kelas gw memasuki ruangan dengan membawa puluhan amplop. Lalu dia membuka suara berbicara kepada seluruh siswa kelas. Sudah puas berbicara, kemudian dia membagikan amplop itu sesuai nama yang tertera. Dengan cepat gw ambil amplop itu, lalu membukanya. Dan sudah pasti hasilnya “LULUS”.

Gw tersenyum lebar setelah melihat hasil itu diiringi teriakan teriakan dari teman satu kelas gw yang ternyata semuanya lulus. Gw ambil tas gw, memasukkan amplop, menggendongnya kembali, lalu keluar ruangan kelas. Diluar sudah banyak para siswa yang lompat lompat kegirangan, teriak teriak nggak jelas, dan ada juga yang peluk pelukan seperti homo.

Gw melihat ke arah ruangan di sudut lorong dimana itu kelasnya si Dedi. Dan gw melihat Dedi lagi cengar cengir bareng temen sekelasnya. Gw tidak berniat menghampirinya, tidak juga mengucapkan selamat padanya. Lantas gw segera ke parkiran motor, lalu gw keluar dari sekolahan.

“Aku tunggu di warung...” SMS SENT.


Sekarang gw sudah berada di sebuah warung rokok model gerobak yang ukurannya hanya 1x2 meter mirip liang kuburan. Di dalamnya ada seorang pemuda berusia 25 tahunan sedang menonton televisi sambil membereskan barang dagangannya. Gw memandang sebuah kursi panjang di depan warung, lalu meniup permukaan kursi yang sedikit berdebu, dan pantat gw sukses mendarat dengan mulus.

“Wih, kamana wae maneh? (Kemana aja lu?)” Tanya si Aa.

“Aya wae A. Ti kamari oge aya didieu. (Ada aja A. dari kemaren juga ada disini)” Jawab gw.

“Naha tara jajan didieu deui? (Kenapa ga pernah jajan disini lagi?)”

“Hoream!! Teu bisa ngutang! (Males! Nggak bisa ngutang!)” Jawab gw sekenanya.

“Hahaha...Eh, ari maneh lulus teu? (Hahaha... Eh, elu lulus nggak?)” Tanya dia lagi.

“Alhamdulillah lulus atuh A.” jawab gw.

“Sukur atuh mun lulus mah. Meh geura indit maneh ti dieu. (Sukur lah kalo lulus mah. Biar cepet pergi lu dari sini)”

“Naha kitu geuning? (Kenapa begitu?)” Tanya gw heran.

“Meh eweuh nu ngutang deui, meh aing teu nombokan deui (Biar nggak ada yang ngutang lagi, biar gw nggak nombokin lagi)” Ujar si Aa.

“Gelo siah!!” Gerutu gw.

Gw membakar sebatang rokok dan menghisapnya pelan penuh perasaan. Tak lama kemudian secangkir kopi hitam pesanan gw datang. Dengan tatapan yang tajam, serta bibir yang manyun dan raut wajah tak ikhlas, si Aa meletakkan kopi tepat disamping gw. Gw cuma bisa nyengir penuh kemenangan sebab gw dapet rokok dan kopi dengan gratis. Emm, sebenarnya bukan gratis sih, tapi semi gratis. Bisa juga dikatakan “NGUTANG”.

Dari kejauhan terlihat segerombolan siswa sekolah gw riuh dengan teriakan teriakan kecil keluar dari mulut mereka. Mata gw masih tertuju pada gerombolan siswa itu, dan gw tidak melihat Dedi berada di tengah tengah mereka. Sebagian dari mereka ada yang menenteng kaleng pilok dan beberapa sepidol, serta stabillo. Kemudian dalam hitungan menit baju seragam mereka sudah berubah menjadi warna warni. Hijau, merah, biru, ungu, ibarat lukisan abstrak murahan yang tak laku dijual. Gw sih ogah banget kaya begitu. Mending ini seragam gw kasih ke tetangga gw yang mungkin kurang mampu dan lebih membutuhkannya.

Kemudian dari arah berlawanan gw melihat sosok gadis cantik dengan seragam putih abu abunya yang bersih tanpa coretan. Gw terus memandanginya, sosok yang sudah lama gw kenal, sosok yang sudah lama gw tinggalkan, sosok yang hampir gw lupakan. Bahkan gw sudah lama lupa akan cantik wajahnya, dan gaya bicaranya.

Semakin lama dia pun semakin dekat ke arah gw. Terlihat dia semakin mempercepat langkahnya, dan terlihat juga guratan senyum khasnya ketika mata kami saling bertemu. Dan dia pun kini tepat berada di depan gw yang masih bengong pelanga pelongo. Dia melewati gw begitu saja, tidak menyapa apalagi membuka suara. Lantas ngeloyor ke arah warung lalu membuka lemari es.

“Ini berapa A?” Tanya dia ke Aa.

“Dua ribu lima ratus neng” Jawab si Aa.

“Aus nih?” tanya si Aa.

“Iya, panas banget soalnya...”

Teh kotak dingin sudah ada di dalam genggamannya, lalu mengambil sedotannya, dan sedotan itu menghujam tepat pada tempatnya. Gw masih memperhatikannya, gw masih menatapnya. Dan gw merasa ini semua seperti DEJAVU.
Darpox
Darpox memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.