- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#437
6.4. Hujan Bulan November 3
Quote:
****
Namanya Ay, lengkapnya siapa tentu tak perlu aku publikasikan Riyani.
Badannya tinggi, dengan paras manis dan rambut sepunggung. Dia adalah gambaran gadis feminim yang sering keluar jadi model di tabloid-tabloid cewek pada jaman itu. Semua orang suka, semua orang senang melihatnya. Masalahnya adalah ada beberapa kalimat tambahan disini. Semua orang, kecuali cewek-cewek yang tersaingi, suka padanya.
Ay suka menyendiri. Saat awal masuk kelas dia sepertinya akrab dengan beberapa anak perempuan. Namun seiring waktu, bisa kulihat jelas ada ketimpangan di antara mereka. Entah Ay yang membuat masalah atau mereka yang membuat masalah.
Aku tak peduli akan hal itu, aku tak pernah peduli pada Ay. Tidak sampai pada hari dimana aku bertemu dengannya di perpustakaan. Semenjak itu aku mulai curi-curi pandang. Sebatas menyukai melihatnya dari kejauhan, dari pojok belakang kelas. Melihat bagaimana dia melahap karya-karya sastra lama, melihat bagaimana dia berprestasi di setiap pelajaran.
****
Hari berlalu, angin tetap berhembus...
Hari tetap hujan seperti biasa. Aku berjalan di pinggir-pinggir warung kaki lima sepanjang trotoar. Sesekali kulompati beberapa genangan air. Bajuku sudah hampir separuh basah dan membuatku menggigil kedinginan, tapi tak semenggigil hatiku yang rindu akan hangatnya cinta.
Horace Walpole mengatakan bahwa hidup adalah lelucon bagi orang yang berpikir dan tragedi bagi mereka yang mengandalkan perasaan. Itulah yang terjadi padaku saat ini. Terlalu mengandalkan perasaanku untuk mencintai orang-orang terdekatku tanpa memperhitungkan bahwa mereka akan melukaiku kelak.
Cinta tai kucing, umpatku. Tak ada satupun orang didunia ini yang bisa dipercaya. Tidak Hanum, tidak pula Lia. Konsentrasi belajar, cuih. Umpatku lagi. Mana mungkin, itu pasti cuma alasannya saja. Bagaimana pula dengan si Lia, sama saja rupanya.
Ketika sampai di terminal hujan makin deras.
“Ayo-ayo satu lagi!!” teriak supir angkot.
Hup! Aku pun langsung melompat ke dalam dan duduk di bangku pinggir dekat pintu. Angin menghembuskan butir-butir air ke mukaku. Sempit sekali rasanya tempat duduk itu. Kutoleh ke samping, pantas saja ternyata sebelahku bapak-bapak gendut. Sambil menghisap rokoknya dia tampak menggoyang-goyangkan pantat gendutnya. Anjing, umpatku dalam hati. Sudah tahu sempit masih saja mau memperluas wilayah kekuasaan. Asap rokok mengepul di dalam ruang sempit angkot itu. Makin pengaplah rasanya. Tai bener ini bapak-bapak gembul, rasanya ingin kucucus saja mukanya pakai rokok itu.
Hidup adalah tragedi, sama seperti yang Albert Camus sering katakan. Dengan amarah yang meluap-luap itu aku berusaha membuang pandangan keluar, berusaha mencari kedamaian di antara hujan. Namun tidak, tidak kali ini. Yang bermunculan adalah kenangan, kenangan, dan kenangan.
Terpikirkanlah dalam benakku si Bernard. Entah bagaimana bajingan tengik itu bisa mengambil hati si Hanum. Mungkin dia pakai guna-guna atau pelet tingkat dewa. Yang lebih menyebalkan lagi adalah tadi siang waktu istirahat. Seorang adek kelas datang bertanya padaku tentang seorang teman. Dia bilang orangnya ganteng, necis, bersih, baik lagi. Selidik punya selidik ternyata si Bernard. Fuuuucking bastaaard!
Satu-satunya yang kubenci pada akhirnya adalah diriku sendiri. Kenapa aku cupu, kenapa aku masih naik angkot, kenapa aku rela dikhianati, kenapa aku diam saja seperti ini. Kenapa aku masih percaya, setiap orang berhak untuk mencintai siapa dan kita tak pantas memaksakan pilihannya? Kenapa aku tak pernah mencoba cara kekerasan seperti lazimnya kawan-kawanku. Kenapa aku terjebak dalam angkot sempit bersama kepulan rokok bau ini? Kenapa aku alay? Aaarrgh...
Hujan, kali ini tak mampu memadamkan bara yang berkobar di hatiku.
Diubah oleh azelfaith 17-11-2014 15:05
0
