- Beranda
- Stories from the Heart
Di balik permainan tuhan
...
TS
alungstiff
Di balik permainan tuhan
ane minta ijin ane mau berbagi kisah hidup ane
kisah ini berawal dari tahun 2006 akhir dan sampe sekarang
maaf kalo masih acak acakan soalnya ane on lewat hp
update sebisa mungkin ane percepat tapi kalo gak sibuk
oke pertama kenalin nama ane Alung dan ini bener bener nama ane.
ane rasa ckup segini dlu perkenalanya sisanya akan tau lewat cerita yg ane update disini
thanks before udah di ijinin buka lapak disini.
nb : nama tokoh ada yg ane samarkan ada juga yg bener2 real
Lagu pembukaan
special thanks for cover by : agan kayana89

KAU TAU KENAPA AKU MENULIS CERITA INI?
BAGIKU DAN MUNGKIN JUGA BAGIMU INI ADALAH KISAH TERBAIK DALAM HIDUP KITA.
KAU JELAS MENGERTI BAGAIMANA KETIKA KAU INGIN MENGABADIKAN HAL TERINDAH DALAM HIDUPMU DAN INI YANG KU LAKUKAN SEKARANG.
AKU HANYA INGIN BERCERITA BAGAIMANA DG MUDAHNYA PERMAINAN TUHAN MENJUNGKIR BALIKAN MANUSIA SEPERTI KISAHKU DAN KISAHMU DAN SELURUH MANUSIA
DAN BOLEHKAH KU KATAKAN SEKALI LAGI BAHWA AKU MENCINTAIMU?
[QUOTE]
DAFTAR ISI
[QUOTE]
BAB 1
PART 1 - PROLOG
PART 2 - PERKENALAN
PART 3 - NAMANYA LIA
PART 4 - NAMANYA LIA 2
PART 5,1 - I'M FALL WITH YOU 1
PART 5,2 - I'M FALL WITH YOU 2
PART 6 - GOOD BYE FRIEND
PART 7 - IT'S SO CRAZY YOU KNOW?
PART 8 - FIRST KISS
PUISI - DOAKU MALAM INI
PART 9 -IT'S MEMORIES
PART 10 - SELAKSA CAHAYA
PART 11 - TRIBUTE FOR EKY 1
PART 12 - TRIBUTE FOR EKY 2
PART 13 - BALKON ITU
PART 14 - HAPPY BIRTHDAY
PART 15 - PERMAINAN TUHAN DI MULAI
PART 16 - PERMAINAN TUHAN DI MULAI 2
PART 17 - INSIDE THE MEMORIES
PART 18 - LIGHT FADE AWAY
PART 19 - FEEL SO
PART 20 - BESIDE YOU
PART 21 - JANJI
PART 22 FUCKIN TALE, HURT
PART 23 - DIA PERGI
PENUTUPAN BAB 1 - SURAT EKY
kisah ini berawal dari tahun 2006 akhir dan sampe sekarang
maaf kalo masih acak acakan soalnya ane on lewat hp
update sebisa mungkin ane percepat tapi kalo gak sibuk
oke pertama kenalin nama ane Alung dan ini bener bener nama ane.
ane rasa ckup segini dlu perkenalanya sisanya akan tau lewat cerita yg ane update disini
thanks before udah di ijinin buka lapak disini.
nb : nama tokoh ada yg ane samarkan ada juga yg bener2 real
Lagu pembukaan
Spoiler for Wind - Akeboshi:
special thanks for cover by : agan kayana89

KAU TAU KENAPA AKU MENULIS CERITA INI?
BAGIKU DAN MUNGKIN JUGA BAGIMU INI ADALAH KISAH TERBAIK DALAM HIDUP KITA.
KAU JELAS MENGERTI BAGAIMANA KETIKA KAU INGIN MENGABADIKAN HAL TERINDAH DALAM HIDUPMU DAN INI YANG KU LAKUKAN SEKARANG.
AKU HANYA INGIN BERCERITA BAGAIMANA DG MUDAHNYA PERMAINAN TUHAN MENJUNGKIR BALIKAN MANUSIA SEPERTI KISAHKU DAN KISAHMU DAN SELURUH MANUSIA
DAN BOLEHKAH KU KATAKAN SEKALI LAGI BAHWA AKU MENCINTAIMU?
[QUOTE]
DAFTAR ISI
[QUOTE]
BAB 1
PART 1 - PROLOG
PART 2 - PERKENALAN
PART 3 - NAMANYA LIA
PART 4 - NAMANYA LIA 2
PART 5,1 - I'M FALL WITH YOU 1
PART 5,2 - I'M FALL WITH YOU 2
PART 6 - GOOD BYE FRIEND
PART 7 - IT'S SO CRAZY YOU KNOW?
PART 8 - FIRST KISS
PUISI - DOAKU MALAM INI
PART 9 -IT'S MEMORIES
PART 10 - SELAKSA CAHAYA
PART 11 - TRIBUTE FOR EKY 1
PART 12 - TRIBUTE FOR EKY 2
PART 13 - BALKON ITU
PART 14 - HAPPY BIRTHDAY
PART 15 - PERMAINAN TUHAN DI MULAI
PART 16 - PERMAINAN TUHAN DI MULAI 2
PART 17 - INSIDE THE MEMORIES
PART 18 - LIGHT FADE AWAY
PART 19 - FEEL SO
PART 20 - BESIDE YOU
PART 21 - JANJI
PART 22 FUCKIN TALE, HURT
PART 23 - DIA PERGI
PENUTUPAN BAB 1 - SURAT EKY
Diubah oleh alungstiff 26-01-2018 11:18
junti27 dan anasabila memberi reputasi
2
56.2K
639
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
alungstiff
#365
PART 18 - LIGHT FADE AWAY
Sinar lampu yang memudar
Meremang dan mulai tergantikan sinar biru kekuningan
Fajar telah menjelang mengusir malam dan memudarkan sinar lampu jalanan.
Angin bertiup semilir mengantarkan suara adzan subuh yang berkumandang,melantun syahdu lembut menggelitik setiap hati yang tengah merindu, merindukan sang pencipta yang telah memberi kita nafas di setiap detik ini.
Terkadang sang angin juga ikut menyapa ramah mengantarkan semburat kekuningan surya yang mulai bangkit di timur,lampu lampu jalanan yang meredup terdera sinar gagah sang mentari yang masih belum menampakkan diri.
Sungguh kombinasi yang pas dalam suasana pagi,
Dulu sekali masih banyak suara suara burung yang juga bangun menyanyikan sedikit lagu di pagi hari,nuansanya sangat magis dan tenang.
Seperti pagi ini,setelah semalam aku tiada bisa memejamkan mata,mencoba menikmati detik demi detik pekat sang malam yang dikuasai oleh lampu jalanan,setiap teguk segelas kopi panas yang pahit menghangatkanku sepanjang malam,yang kurasa desau angin malam membelai kasar di setiap hela nafasku.Apalagi aku sedang duduk di pantai ini,pantai batu kenjeran yang tentu kalian tahu bagaimana angin dengan gagah perkasanya menerpa tubuh. Debur ombak sayup menghantam bebatuan dipinggir pantai,angkuh sekali sang batu tidak bergeming sedikitpun walaupun semakin lama semakin tergerus ombak.
Tapi selayaknya malam dan pagi yang terus berganti dan saling mengusir,suasana subuh dan semburat langit yang mulai terlihat,air laut yang semakin menyusut,dan pulau madura yang terlihat di seberang sana membawaku dalam lamunan panjang dari semalam.
Ah.......
Sebaiknya ku nikmati pagi ini bukan dengan segelas kopi,mungkin teh hangat bisa sedikit lebih relevan di subuh yang tenang ini,segera ku pesan segelas teh hangat pada pemilik warung sebelah,dia tersenyum padaku heran,kenapa aku sering disini? Dia tidak pernah tau mengapa aku selalu kesini hampir tiap sebulan sekali,datang malam memesan kopi dan sebungkus rokok,dan menunggu duduk di bebatuan pantai ini,menikmati deburan ombak,hembusan angin pagi dan menunggu cahaya lampu memudar.
Ini semua tentang lamunanku di kisah masa lalu,suara deburan ombak yang gemericik menerpa batu,hembusan angin malam yang tajam,renungan demi renungan,tulisan demi tulisan yang ku ukir disini,tercatat rapi dalam sebuah buku yang selalu ku bakar setelah selesai ku tulis,dan yang terpenting dan selalu ku tunggu adalah tentang bagaimana malam yang tergantikan pagi bersama pudarnya cahaya lamu jalanan disini. Dan itu selalu membuatku takjub untuk melihatnya.
Ini memang tentang Pagi,gemericik debur ombak,angin,kamu dan tentunya light fade away.
-------------------------
Hari ini sengaja aku bangun pagi pagi di hari sabtu yang cerah,biasanya aku sangat malas bangun apalagi kalau hari libur seperti ini,sambil setengah terpejam kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi sambil setengah terseok,segera cuci muka dan mandi untuk mengusir kantuk.segera berganti pakaian dan segera keluar,suasana subuh yang meremang menambah sejuk pagi ini,ku hirup nafas dalam dalam dan melepaskannya. Di sebelah timur terlihat mulai terang sedikit demi sedikit,dan segera ku keluarkan motor menuju rumah lia,jalanan masih sepi dan ku pacu motor dengan santai,angin berhembus pelan menyentuh mukaku,lampu jalanan yang belum mati dan sinarnya yang memudar pelan pelan,suasana inilah yang aku suka,terasa sejuk tenang dan romantis.
30 menit kemudian aku sampai dirumahnya,ternyata lia sudah siap menunggu di depan rumah,dengan helm di genggaman tangannya,dia tersenyum melihatku dan segera ku hampiri dia.
"Sudah siap?" Kataku
Dia mengangguk,segera naik keatas motor,berdua menembus dinginya pagi di subuh hari ini,terasa dingin tapi kemudian tak begitu dingin karena ada sepasang tangan yang memeluk erat diriku dari belakang,rasa hangat pun menjalari tubuhku. Lia memelukku dengan erat dia menempelkan dagunya di pundaku sambil terus memeluk ku,dengan cepat kami menembus dinginya pagi dan keremangan subuh menuju ke arah selatan,aku ingin mengajaknya ke suatu tempat yang sudah ku janjikan sejak lama padanya,jalanan pacet terawas yang berkelok kelok indah,yang sering ku ceritakan padanya akhir akhir ini,yang selalu didengarkanya dengan sangat antusias,dan selalu ucapan merajuk memintaku mengajaknya kesana setiap kali aku bercerita tentang tempat tersebut.
Aku bercerita banyak waktu itu tentang tempat itu,jalanan yang naik dan turun,berkelok diantara tebing tebing punggung gunung yang perkasa,kanan kiri hijau oleh pepohonan dan udaranya yang dingin sejuk,aku juga sangat ingat bagaimana wajah antusiasnya ketika ku ceritakan saat melewati sebuah desa disana,dengan sawahnya yang bertingkat dan penuh dengan hijau sayuran,tentang keramahan penduduknya yang tidak segan segan menawarkan ubi jalar ungu yang manis untuk sekedar pengganjal perut saat dalam perjalanan,tentang bagaimana kaum ibu yang tiap pagi dan sore berkumpul untuk mengumpulkan susu di koperasi desa. Dia sangat terkesan oleh hal itu.
Ah.........
Dan satu hal lagi yang membuatnya selalu merengek meminta agar ku ajak ke tempag itu,yaitu keindahan alamnya di sepanjang jalan,bagaimana melihat dari jauh banyak sekali bukit bukit yang hijau kebiruan,tentang perjalanan kesana di pegi hari menembus kabut yang mulai menipis,seakan kita sedang memasuki awan tipis yang seputih kapas,dan tentang sebuah tikungan tajam yang menghadap ke jurang nan dalam dan luas sampai kita bisa melihat dari jauh semua keajaiban tuhan yang menciptakan mahakarya seni tingkat tinggi.
Bagaimana tidak?
Dari tikungan tersebut kita bisa melihat gunung gunung nan gagah perkasa yang hijau kebiruan tersamar jarak,jurang yang dalam dan luas sekali penuh dengan pepohonan bak di hutan belantara yang terlihat dari atas bersama juga tiuoan angin semilir yang berhembus mesra mengelus wajah kita tiap menghadap ke arah jurang tersebut. Sedang tepat di seberang jalan,di tingkungan tersebut berjejer rapi di bawah pohon pohon beringing warung warung kopi dengan view menghadap pemandangan indah tersebut,dan bagiku ini tempat yang sangat sempurna,baginya ini tempat impiannya.
Tak terasa perjalanan kami mulai sampai di wilayah pegunungan pacet,jalanan yang mulai menanjak dan masih sepi,ku pacu motorku lebih kuat lagi,suaranya tertahan tahan menahan berat tubuh kami yang tidak seberapa,sinar lampunya masih menyala berpendar pendar menembus kabut tipis di pagi itu,lia makin erat memelukku merasakan udara yang mulai semakin dingin,dan aku mepiriknya seraya tersenyum kepadanya.
"Dingin" bisiknya padaku
Aku menoleh padanya,ku hentikan motorku di depan sebuah warung yang baru buka,
"Kita minum teh hangat dulu kalo gitu" jawabku seraya mengajaknya masuk ke warung tersebut.
Warung yang bersahaja dengan dinding yang beranyaman bambu,penerangan dari sinar matahari yang mulai terbit menembus disela sela anyaman bambu dinding warung tersebut.segera ku hirup teh hangat untuk menghangatkan tubuh,begitu juga denganya.
Sempat ku lirik dia yang terlihat sangat tenang menghirup tehnya,wajahnya yang manis dan rambutnya yang sebahu terurai,menunduk sambil menggenggam gelas teh hangat,sorot sinar matahari yang kekuningan menembus dinding bambu menyentuh wajahnya dan menampilkan siluet seorang lia,wanita yang lembut dan manis.aku menatapnya tajam tidak mau kehilangan moment itu,semakin lama aku memandangnya juga semakin kagum padanya. Dia seperti himawari yang hidup oleh sinar mentari.
Sangat mengagumkan!
Setelah sekian lama dia sadar aku tengah memperhatikanya
"Apaan sih?" Katanya sambil tersipu.
"Gak papa cuman kamu cantik" jawabku tersenyum
"Tuh kan mulai gombalnya" jawabnya mulai tertawa
"Hahahahahaha,gombal dikit kan gak papa sayang"
"Ihhhhh males tau liat kamu gombal mulu,oya udah deket belom ini?" Tanyanya penasaran
"Yaelah nih anak kagak orang beneran dia cantik gw dikira gombal" jawabku sambil mengacak rambutnya
"Ihhhhhh.... kebiasaan nih ya ngacak ngacak rambut mulu kerjaanya,udah deket belum?"
"Hahahahahaha,udah deket tuan putri setengah jam lagi nyampek kok" jawabku sambil tertawa
"Yaudah ayok berangkat lagi,katanya sambil menghabiskan sisa teh hangatnya.
"Gak sabaran banget sih jadi cewek,santai dikitlah" jawabku geli melihatnya sangat bersemangat begitu tahu tujuan kami sudah dekat.
"Ayo lah,ah kamu ini males banget kalo udah duduk gini," jawabnya sambil menjewer kupingku
"Aduh aduh..... iya iya bentarlah,tehku masih banyak nih,ngerokok dululah bentar aku,ntr habis merokok baru kita barangkat lagi" jawabku sambil menyulut rokok.
"Huft yaudah deh nurut ajalah" katanya sambil cemberut
"Hahahahahaha,udah gak usah ngambek itu sana kamu liat ke depan ada view bagus tuh" jawabku sambil menunjuk hamparan sawah yang bertingkat di pinggir jalan
Dia setengah berlari keluar dan melihat ke depan,kulihat dia sangat menikmati pemandangan di depannya
Hamparan sawah Menurun sampai kebawah dan begitu luas,berwarna kekuningan dengan padi padi yang siap panen dari jauh di bawah terlihat seorang petani yang sedang berjalan membawa cangkul,terlihat sangat kecil.
Aku tersenyum melihatnya,wajahya yang putih terlihat bersemu merah di terpa pendar pendar sinar matahari,dia menghadap ke padaku dan tersenyum,aku segera bangkit dan menghampirinya ku gandeng tangannya dan ku katakan.
"Makanya aku pengen kamu bisa jaga diri kamu dan hidup lebih lama lagi,masih banyak yang ingin ku tunjukan ke kamu nanti" kataku sambil melihat lukisan tuhan di hadapanku.
Dia tidak menoleh tapi ku dengar dia menjawab,
"Cukup dengan ini aja aku udah bahagia,apalagi kalau nanti bener bener bisa sama kamu terus,aku bakal bertahan kok buat kamu juga buat semuanya."
Dan kamipun tersenyum bersama matahari yang semakin terang
Meremang dan mulai tergantikan sinar biru kekuningan
Fajar telah menjelang mengusir malam dan memudarkan sinar lampu jalanan.
Angin bertiup semilir mengantarkan suara adzan subuh yang berkumandang,melantun syahdu lembut menggelitik setiap hati yang tengah merindu, merindukan sang pencipta yang telah memberi kita nafas di setiap detik ini.
Terkadang sang angin juga ikut menyapa ramah mengantarkan semburat kekuningan surya yang mulai bangkit di timur,lampu lampu jalanan yang meredup terdera sinar gagah sang mentari yang masih belum menampakkan diri.
Sungguh kombinasi yang pas dalam suasana pagi,
Dulu sekali masih banyak suara suara burung yang juga bangun menyanyikan sedikit lagu di pagi hari,nuansanya sangat magis dan tenang.
Seperti pagi ini,setelah semalam aku tiada bisa memejamkan mata,mencoba menikmati detik demi detik pekat sang malam yang dikuasai oleh lampu jalanan,setiap teguk segelas kopi panas yang pahit menghangatkanku sepanjang malam,yang kurasa desau angin malam membelai kasar di setiap hela nafasku.Apalagi aku sedang duduk di pantai ini,pantai batu kenjeran yang tentu kalian tahu bagaimana angin dengan gagah perkasanya menerpa tubuh. Debur ombak sayup menghantam bebatuan dipinggir pantai,angkuh sekali sang batu tidak bergeming sedikitpun walaupun semakin lama semakin tergerus ombak.
Tapi selayaknya malam dan pagi yang terus berganti dan saling mengusir,suasana subuh dan semburat langit yang mulai terlihat,air laut yang semakin menyusut,dan pulau madura yang terlihat di seberang sana membawaku dalam lamunan panjang dari semalam.
Ah.......
Sebaiknya ku nikmati pagi ini bukan dengan segelas kopi,mungkin teh hangat bisa sedikit lebih relevan di subuh yang tenang ini,segera ku pesan segelas teh hangat pada pemilik warung sebelah,dia tersenyum padaku heran,kenapa aku sering disini? Dia tidak pernah tau mengapa aku selalu kesini hampir tiap sebulan sekali,datang malam memesan kopi dan sebungkus rokok,dan menunggu duduk di bebatuan pantai ini,menikmati deburan ombak,hembusan angin pagi dan menunggu cahaya lampu memudar.
Ini semua tentang lamunanku di kisah masa lalu,suara deburan ombak yang gemericik menerpa batu,hembusan angin malam yang tajam,renungan demi renungan,tulisan demi tulisan yang ku ukir disini,tercatat rapi dalam sebuah buku yang selalu ku bakar setelah selesai ku tulis,dan yang terpenting dan selalu ku tunggu adalah tentang bagaimana malam yang tergantikan pagi bersama pudarnya cahaya lamu jalanan disini. Dan itu selalu membuatku takjub untuk melihatnya.
Ini memang tentang Pagi,gemericik debur ombak,angin,kamu dan tentunya light fade away.
-------------------------
Hari ini sengaja aku bangun pagi pagi di hari sabtu yang cerah,biasanya aku sangat malas bangun apalagi kalau hari libur seperti ini,sambil setengah terpejam kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi sambil setengah terseok,segera cuci muka dan mandi untuk mengusir kantuk.segera berganti pakaian dan segera keluar,suasana subuh yang meremang menambah sejuk pagi ini,ku hirup nafas dalam dalam dan melepaskannya. Di sebelah timur terlihat mulai terang sedikit demi sedikit,dan segera ku keluarkan motor menuju rumah lia,jalanan masih sepi dan ku pacu motor dengan santai,angin berhembus pelan menyentuh mukaku,lampu jalanan yang belum mati dan sinarnya yang memudar pelan pelan,suasana inilah yang aku suka,terasa sejuk tenang dan romantis.
30 menit kemudian aku sampai dirumahnya,ternyata lia sudah siap menunggu di depan rumah,dengan helm di genggaman tangannya,dia tersenyum melihatku dan segera ku hampiri dia.
"Sudah siap?" Kataku
Dia mengangguk,segera naik keatas motor,berdua menembus dinginya pagi di subuh hari ini,terasa dingin tapi kemudian tak begitu dingin karena ada sepasang tangan yang memeluk erat diriku dari belakang,rasa hangat pun menjalari tubuhku. Lia memelukku dengan erat dia menempelkan dagunya di pundaku sambil terus memeluk ku,dengan cepat kami menembus dinginya pagi dan keremangan subuh menuju ke arah selatan,aku ingin mengajaknya ke suatu tempat yang sudah ku janjikan sejak lama padanya,jalanan pacet terawas yang berkelok kelok indah,yang sering ku ceritakan padanya akhir akhir ini,yang selalu didengarkanya dengan sangat antusias,dan selalu ucapan merajuk memintaku mengajaknya kesana setiap kali aku bercerita tentang tempat tersebut.
Aku bercerita banyak waktu itu tentang tempat itu,jalanan yang naik dan turun,berkelok diantara tebing tebing punggung gunung yang perkasa,kanan kiri hijau oleh pepohonan dan udaranya yang dingin sejuk,aku juga sangat ingat bagaimana wajah antusiasnya ketika ku ceritakan saat melewati sebuah desa disana,dengan sawahnya yang bertingkat dan penuh dengan hijau sayuran,tentang keramahan penduduknya yang tidak segan segan menawarkan ubi jalar ungu yang manis untuk sekedar pengganjal perut saat dalam perjalanan,tentang bagaimana kaum ibu yang tiap pagi dan sore berkumpul untuk mengumpulkan susu di koperasi desa. Dia sangat terkesan oleh hal itu.
Ah.........
Dan satu hal lagi yang membuatnya selalu merengek meminta agar ku ajak ke tempag itu,yaitu keindahan alamnya di sepanjang jalan,bagaimana melihat dari jauh banyak sekali bukit bukit yang hijau kebiruan,tentang perjalanan kesana di pegi hari menembus kabut yang mulai menipis,seakan kita sedang memasuki awan tipis yang seputih kapas,dan tentang sebuah tikungan tajam yang menghadap ke jurang nan dalam dan luas sampai kita bisa melihat dari jauh semua keajaiban tuhan yang menciptakan mahakarya seni tingkat tinggi.
Bagaimana tidak?
Dari tikungan tersebut kita bisa melihat gunung gunung nan gagah perkasa yang hijau kebiruan tersamar jarak,jurang yang dalam dan luas sekali penuh dengan pepohonan bak di hutan belantara yang terlihat dari atas bersama juga tiuoan angin semilir yang berhembus mesra mengelus wajah kita tiap menghadap ke arah jurang tersebut. Sedang tepat di seberang jalan,di tingkungan tersebut berjejer rapi di bawah pohon pohon beringing warung warung kopi dengan view menghadap pemandangan indah tersebut,dan bagiku ini tempat yang sangat sempurna,baginya ini tempat impiannya.
Tak terasa perjalanan kami mulai sampai di wilayah pegunungan pacet,jalanan yang mulai menanjak dan masih sepi,ku pacu motorku lebih kuat lagi,suaranya tertahan tahan menahan berat tubuh kami yang tidak seberapa,sinar lampunya masih menyala berpendar pendar menembus kabut tipis di pagi itu,lia makin erat memelukku merasakan udara yang mulai semakin dingin,dan aku mepiriknya seraya tersenyum kepadanya.
"Dingin" bisiknya padaku
Aku menoleh padanya,ku hentikan motorku di depan sebuah warung yang baru buka,
"Kita minum teh hangat dulu kalo gitu" jawabku seraya mengajaknya masuk ke warung tersebut.
Warung yang bersahaja dengan dinding yang beranyaman bambu,penerangan dari sinar matahari yang mulai terbit menembus disela sela anyaman bambu dinding warung tersebut.segera ku hirup teh hangat untuk menghangatkan tubuh,begitu juga denganya.
Sempat ku lirik dia yang terlihat sangat tenang menghirup tehnya,wajahnya yang manis dan rambutnya yang sebahu terurai,menunduk sambil menggenggam gelas teh hangat,sorot sinar matahari yang kekuningan menembus dinding bambu menyentuh wajahnya dan menampilkan siluet seorang lia,wanita yang lembut dan manis.aku menatapnya tajam tidak mau kehilangan moment itu,semakin lama aku memandangnya juga semakin kagum padanya. Dia seperti himawari yang hidup oleh sinar mentari.
Sangat mengagumkan!
Setelah sekian lama dia sadar aku tengah memperhatikanya
"Apaan sih?" Katanya sambil tersipu.
"Gak papa cuman kamu cantik" jawabku tersenyum
"Tuh kan mulai gombalnya" jawabnya mulai tertawa
"Hahahahahaha,gombal dikit kan gak papa sayang"
"Ihhhhh males tau liat kamu gombal mulu,oya udah deket belom ini?" Tanyanya penasaran
"Yaelah nih anak kagak orang beneran dia cantik gw dikira gombal" jawabku sambil mengacak rambutnya
"Ihhhhhh.... kebiasaan nih ya ngacak ngacak rambut mulu kerjaanya,udah deket belum?"
"Hahahahahaha,udah deket tuan putri setengah jam lagi nyampek kok" jawabku sambil tertawa
"Yaudah ayok berangkat lagi,katanya sambil menghabiskan sisa teh hangatnya.
"Gak sabaran banget sih jadi cewek,santai dikitlah" jawabku geli melihatnya sangat bersemangat begitu tahu tujuan kami sudah dekat.
"Ayo lah,ah kamu ini males banget kalo udah duduk gini," jawabnya sambil menjewer kupingku
"Aduh aduh..... iya iya bentarlah,tehku masih banyak nih,ngerokok dululah bentar aku,ntr habis merokok baru kita barangkat lagi" jawabku sambil menyulut rokok.
"Huft yaudah deh nurut ajalah" katanya sambil cemberut
"Hahahahahaha,udah gak usah ngambek itu sana kamu liat ke depan ada view bagus tuh" jawabku sambil menunjuk hamparan sawah yang bertingkat di pinggir jalan
Dia setengah berlari keluar dan melihat ke depan,kulihat dia sangat menikmati pemandangan di depannya
Hamparan sawah Menurun sampai kebawah dan begitu luas,berwarna kekuningan dengan padi padi yang siap panen dari jauh di bawah terlihat seorang petani yang sedang berjalan membawa cangkul,terlihat sangat kecil.
Aku tersenyum melihatnya,wajahya yang putih terlihat bersemu merah di terpa pendar pendar sinar matahari,dia menghadap ke padaku dan tersenyum,aku segera bangkit dan menghampirinya ku gandeng tangannya dan ku katakan.
"Makanya aku pengen kamu bisa jaga diri kamu dan hidup lebih lama lagi,masih banyak yang ingin ku tunjukan ke kamu nanti" kataku sambil melihat lukisan tuhan di hadapanku.
Dia tidak menoleh tapi ku dengar dia menjawab,
"Cukup dengan ini aja aku udah bahagia,apalagi kalau nanti bener bener bisa sama kamu terus,aku bakal bertahan kok buat kamu juga buat semuanya."
Dan kamipun tersenyum bersama matahari yang semakin terang
0