BERKUMPUL LAGI DENGAN ANAK BUAH DAN BERTEMPUR LAGI
Dengan menggunakan pesawat C.130 Hercules milik TNI-AU dan dengan mengantungi Surat Perintah dari KOGASGAB, akhirnya aku kembali ke Daerah Operasi melalui Bandara Baocao Tim-Tim dan perjalanan disambung dengan menggunakan helikopter menuju suatu tempat bernama Lautem, sebuah kota setingkat kecamatan dibagian Tim-Tim dan selanjutnya melanjutkan perjalanan darat menuju ke Komando Batalion 503 di Los Palos.

Jalan yang menghubungkan antara Lautem – Los Palos hanya terdapat satu jalur dan sepanjang jalur tersebut medannya sangat strategis untuk penghadangan, jadi siapa yang menguasai medan tersebut dialah pasti pemenangnya.
 
Sesampai di Komando Batalion 502 di Los Palos, aku kembali bertemu dengan anggotaku TON II/Ki B Yonif Linud 502 dan langsung menempati pos di sebuah desa yang bernama Rassa yang terletak di jalur logistic dari Lautem ke Los Palos. Pos inilah yang mengamankan setiap pengiriman logistik Batalion.

Pos di desa Rassa ini paling sering mendapat serangan dari Fretilin maupun teror-teror lainnya, karena disamping letaknya yang strategis, di desa Rassa juga tinggal beberapa tokoh Fretilin.

Banyak lagi gerakan-gerakan/operasi baik yang sifatnya tempur maupun dalam rangka pembinaan territorial terbatas. Operasi tempur dilaksanakan untuk memecah kekuatan lawan dan mendesak musuh ke daerah yang tidak taktis, sementara operasi territorial terbatas dilaksanakan dalam rangka menjauhkan Fretilin dari komunitas rakyat biasa/penduduk sipil, karena Fretilin sudah melancarkan propaganda anti Tentara Indonesia (Jawa) dalam bentuk selebaran baik di desa-desa maupun di hutan-hutan.


PERAYAAN INTEGRASI DAN KEMBALI KE BASIS (JULI 1976)
Pada bulan Juli 1976 pletonku sudah menempati pos baru lagi yaitu di Souro. Gerakan demi gerakan seakan tak ingin memberikan waktu kepada musuh untuk menyusun kekuatan.

Di sektor Timur Tim-Tim musuh cenderung menggunakan taktik gerilya atau taktik Ayam Alas yang menurut istilah mereka disebut “Manufuik”.
Tidak mengenal garis belakang, setiap medan adalah front pertempuran, mereka akan berusaha kembali ke medan yang telah ditinggalkan pasukan TNI atau muncul dimana-mana seakan memberi isyarat bahwa kekuatan mereka besar.

Berita bahwa Tim-Tim akan secara resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau berintegrasi sampai juga ke daerah operasi. Layaknya jika di Indonesia kira-kira suasananya menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus.

Kali ini aku berserta pletonku bertugas menyampaikannya kepada rakyat Tim-Tim yang tinggal di desa Souro. Sambil tetap waspada, aku dan pletonku juga mempertunjukan/memperkenalkan berbagai tarian dari berbagai daerah Indonesia dengan gerakan sebisanya. Atas pertunjukan tari-tarian tersebut, rakyat Tim-Tim nampaknya senang, dan memang menari atau lebih tepatnya dansa sudah menjadi tradisi budaya yang kental dalam sendi kehidupan mereka. Puncaknya pada tanggal 17 Juli 1976 seluruh rakyat Tim-Tim yang menerima kehadiran Tentara Indonesia maupun Integrasi dengan Republik Indonesia merayakannya sebagai Hari Integrasi.

Seakan sudah ditentukan, akhirnya pada akhir Juli/awal Agustus 1976, pasukanku Yonif Linud 502 Kostrad ditarik dari daerah Operasi di Tim-Tim dan kedudukannya diganti oleh Yonif 312 Kodam Siliwangi.


Demikianlah Operasi Seroja di Tim-Tim, bagiku pengalaman tersebut memberikan arti sesungguhnya sebagai Prajurit Tempur.
     
THE OLD SOLDIER NEVER DIE