MEREBUT DAN MENDUDUKI ASRAMA FRETILIN/TROPAZ DI TAIBESI
Setelah melaksanakan tugas pembersihan kota Dili dari kantung-kantung musuh, selanjutnya dua hari kemudian aku dan pletonku mendapat tugas untuk merebut, menguasai dan menduduki area sekitar asrama Fretilin/Tropaz.

Beberapa hari sebelumnya yaitu saat penerjunan pada tanggal 7 Desember 1975, beberapa prajurit dari YONIF LINUD 501 KOSTRAD melakukan kesalahan pendaratan (miss drop), mereka mendarat tepat di asrama Fretilin/Tropaz, dan kontan saja langsung jadi bulan-bulanan musuh yang memang sudah siaga, sehingga banyak yang gugur di asrama tersebut.

Aku mengenal beberapa prajurit yang gugur ditempat tersebut, diantaranya KASI 1/501 Kapten Inf. A. Sudrajat dan KASI 2/501 Kapten Inf. Simanjuntak.

Setelah aku dan peletonku masuk dan menguasai asrama tersebut, awalnya tidak mendapat perlawanan karena asrama tersebut ternyata telah kosong ditinggalkan pasukan Fretilin/Tropaz. Aku mencoba mencari gudang persenjataan namun tidak menemukan persenjataan musuh, kecuali perlengkapan perseorangan lainnya (selain senjata). Namun disanalah pada suatu sudut asrama tersebut ada sebuah perbukitan tempat senjata berat diposisikan untuk menembaki pasukan Indonesia yang mendarat melalui pantai Dili.

Bukit tersebut mempunyai jarak pandang yang strategis sekali ke arah laut Dili. Disisi lain asrama tersebut terdapat sebuah sungai kering dengan disekelilingnya area perbukitan. Terdapat sebuah papan kayu bertuliskan REA REVADA.

Dari bukit itulah rupanya pasukan musuh telah menanti, kemudian mereka menembaki pasukanku dan terjadilah pertempuran yang cukup padat. Aku mencoba meminta bantuan kepada Komando Batalion dan dikirimlah sebuah tank panser dari Batalion Kavaleri (Yonkav) 3 Malang. Namun lagi-lagi dikarenakan alat komunikasi yang tidak sama dan untuk mencegah salah sasaran, aku terpaksa melakukan komunikasi langsung secara fisik dengan komandan tank panser untuk membimbing dan menunjukan sasaran.

Namun ketika aku sudah berada disamping tank panser dan tank panser itu mulai bergerak hendak melintasi sungai kering, tiba-tiba terdengar ledakan yang sangat keras sekali. BLAAARR!!! dan aku terhempas sekitar 5 meter dari tank panser.

Seketika aku melihat tubuhku berlumuran darah. Diketahui kemudian bahwa ternyata tank panser tersebut telah melintasi ranjau anti tank, sehingga meledak.


DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT GATOT SUBROTO JAKARTA DAN KEMBALI BERTEMPUR
Antara sadar dan tidak sadar karena luka-luka terkena ranjau tadi, kemudian aku dibawa ke Rumah Sakit Lapangan untuk mendapat perawatan sementara. Setelah sadar benar, aku melihat seluruh tubuhku sudah penuh dengan verban, termasuk kepala dan wajah.

Berdasarkan pertimbangan dari Tim Medis Kesehatan Lapangan, mengharuskan aku dievakuasi ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta, untuk mendapat perawatan yang memadai. Tulang tangan kananku patah sehingga harus digips, sementara wajahku terdapat luka yang harus dijahit. Setelah lebih dari sebulan dirawat di RSPAD Gatot Subroto, aku sembuh total dan sudah dapat keluar dari RS.

Semula pihak RS hendak mengembalikan aku ke Basis Yonif Linud 502 di Malang namun aku menolak dan meminta agar aku dikembalikan ke daerah Operasi Timor-Timur yang ketika itu (bulan Februari 1976) pasukanku Yonif Linud 502 Kostrad sudah menduduki daerah operasi baru di sektor timur yaitu di Los Palos.

Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada umatNya, karena keinginanku dikabulkan oleh Kodahankam (Komando. Daerah. Pertahanan Keamanan) di Departemen Pertahanan .

Ada beberapa pertimbangan mengapa aku ingin kembali ke daerah operasi/Tim-Tim saat itu, diantaranya :
- Anak buahku/pletonku masih berada di daerah operasi, tempatku adalah ditengah-tengah mereka.
- Secara medis kondisiku sudah tidak ada kendala
- Aku adalah Perwira Muda yang ingin mengisi pengalaman hidup sebagai prajurit tempur.