Matahari masih mengintip dalam mendung pagi itu. Masih jam 6, masih banyak waktu, kataku pada diriku sendiri. Aku berjalan gontai dari terminal angkot menuju SMA Ksatrian. Cukup jauh jaraknya karena secara normal biasanya kutempuh dengan naik angkot dua kali, tapi kali ini aku putuskan untuk berjalan saja. Masih banyak waktu dan masih banyak uang yang bisa kuhemat dengan berjalan.

Jalanan masih sepi saja, maklum habis hujan. Langit pun masih menyisakan rintik-rintik kecil yang berjatuhan pelan. Beberapa anak perempuan tampak berjalan berpayungan bersama. Aku sendiri memutuskan tak membawa payung. Seakan benda kerucut itu dirasa mengurangi gengsi dan kegantenganku, kupikir cukup merepotkan juga membawanya.

Jalan menuju ke sekolah tentu saja tak asing, namun rasanya berbeda benar dengan jalan menuju sekolahku dulu waktu SMP. Dulu, rasanya aku tak pernah sendiri berjalan. Ada saja teman atau pun Hanum yang kadang ikut bersama menyusuri jalan pulang. Sekarang, semua tampak berbeda. Sudah hampir setahun lebih aku menyusuri jalanan itu sendiri. Panas, hujan, mendung, semua kutanggung sendiri. Kalau dulu ada yang diajak bergurau, tertawa, atau tersenyum-senyum malu, sekarang lebih sering berjalan sendirian sambil menunduk menghitung ubin-ubin trotoar, like a freak.

What’s my true problem actually? Rasanya aku lebih seperti kesepian daripada patah hati.

Pikiranku melayang jauh. Sewaktu itu, beberapa bulan lalu ketika aku dan Hanum kembali balikan. Aku sempat berpikir bahwasanya sesuatu akan berubah. Seperti sebuah lilin kecil yang menyala dan menghangatkan hati yang kesepian. Namun, semua berubah saat patah hati menyerang.
Dan Lia. Ah, gadis itu tak jauh beda pula dengan Hanum. Beterbangan menebar harapan kecil, kemudian menghembuskannya menjadi porak poranda.

Argh! Aku mendengus kesal. Sepagian tadi setelah membaca smsnya aku berusaha menelponnya. Hasilnya? Nihil. Yang menjawab hanyalah suara serak seksi mbak operator yang memberitahukan nomornya sedang tidak aktif atau diluar jangkauan. Please, seandainya mbak operator ngasih nomor hpnya sebagai ganti mungkin aku tidak keberatan banget.

Rintik-rintik hujan masih berjatuhan membasahi tubuhku. Tak pernah kusangka awal November ini diawali dengan hujan deras tadi pagi. Seakan langit mencurahkan air mata ke muka bumi. Ceile bahasanya hiperbolis banget. So, apakah hujan akan berakhir? Tak ada yang bisa menjawab. But nothing last forever, even cold November Rain. Gitu sih katanya Gun n Roses.