Selang sekitar satu tahun kemudian gw bertemu dengan seorang pria lewat dunia maya, berkenalan dengannya dan mencoba untuk membuka hati kembali.

“Hai, kita udah lama juga nih chatting-chattingan..hmm gimana kalo aku ketemuan kamu, yu yu yuu..” tiba tiba ada pop up chatting di layar laptop gw, dari Bobby..

“Hahahahaha, sejak kapan lu jadi sopan gitu ngomongnya? biasanya juga selalu minta dihajar, hahaha..pake aku kamu segala..basi ah..”

“Ehhh seriusan iniii...mau gaa? masa ga mau ketemu orang ganteng? rugi loh...”

“Ya udah, mau kapan ni ketemuannya?”

“Hmm, gini, sodara gw ada yg mo merit minggu depan, di surabaya sih...gimana kalo lu temenin gw cari kemeja yuu, dress codenya pink nii...males bangeett..”

“Hahahahaha, badan keker tapi kemeja pink, idiihh.... ya udah mau kapan?”

“Hmm, sabtu ini? jam makan siang? gw jemput yah...”

“Sabtu?okee bisa bisa, gw tunggu yaaa..”

Gw pun berdandan dengan ciamik untuk ketemu sang bobby ini, karena memang kalau lihat di foto sih dia ganteng dan bertubuh kekar, jadi gw ga mau mengecewakan dia doong, hehe...

Singkat cerita pertemuan pertama itu berjalan dengan lancar. Ya, dia seorang lelaki yang ganteng, gagah dan sangat charming.

Tapi PDKT ini tidak berjalan semulus itu, karena Danny kembali ke kehidupan gw dan meminta untuk memulai kembali hubungan dengan dia.
Jujur gw sudah terlalu sakit hati dan selalu terbayang bayang dia bersama perempuan itu, sebagaimana pun gw berusaha menghilangkan ingatan itu, sedalam itu pula gw semakin sakit. Walaupun di hati yang terdalam ini masih tersimpan perasaan untuk Danny.

Gw ga bisa menerima Danny kembali dan akhirnya gw pun menjauhkan diri dari Danny.



---------------------

Singkat cerita, Bobby semakin intens PDKT sama gw dan akhirnya kita pun pacaran.
Setelah gw lulus kuliah pun gw membantu Bobby untuk berwirausaha, gw bahagia, walaupun ternyata memang lelah sekali yang namanya wirausaha itu, jauh lebih melelahkan daripada bekerja kantoran atau bekerja dengan orang lain.

Tidak ada patokan waktu 8 jam kerja, tapi yang ada adalah dari sebelum matahari terbit gw udah pergi bekerja dan pulang pada malam hari, saat langit pun sudah gelap dan bintang-bintang menampakkan dirinya.

2 tahun sudah gw lalui dengan Bobby, dan gw akui masa pacaran gw dengan Bobby tidak semulus masa pacaran dengan yang sebelumnya. Kami sering bertengkar, bahkan tidak jarang bertengkar hebat.
Dari hal besar sampai hal yang kecil sekalipun bisa memicu pertengkaran di antara kami. Tapi anehnya tidak ada pikiran untuk mengakhiri hubungan inim tidak satu pun dari kami yang memikirkan itu.

Baru kali ini gw bisa berpikir maju ke depan untuk kehidupan pernikahan gw.
Gw mulai melihat Bobby akan menjadi teman hidup gw, dan gw berusaha bersabar apabila memang dia yang Tuhan jodohkan untuk gw.

Terkesan bodoh memang, mempertahankan sesuatu yang jelas jelas hanya menyakiti, tapi entah mengapa gw kembali lagi tidka bisa melepaskan dia.

Sampai akhirnya usaha Bobby pun merosot turun.

“Neng, usaha kita makin lama makin menurun ini, apa sebaiknya kamu kerja aja neng, jadi ada pemasukan untuk kamu, aku ga bisa lagi memenuhin kebutuhan kamu sekarang.” Bobby pun mulai angkat bicara tentang usaha ini.

“Ya aku juga berpikir begitu sih Bob, yaa untuk masa depan kita harus berusaha, yah aku mulai ngelamar pekerjaan deh kalo gitu”

Akhirnya gw pun mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan IT. Tapi karena hal ini, hubungan gw dan Bobby semakin renggang karena semakin jarangnya kami bertemu.

Yang tadinya intens setiap hari ketemu, sekarang cuma weekend aja, lama kelamaan Bobby pun punya seribu alasan buat absen kencan weekend.

Disinilah gw mulai merasa ada kejanggalan (lagi). Dan kembali lagi firasat gw terasa begitu kuat (lagi), sampai akhirnya gw berusaha menghubungi adik Bobby untuk menanyakan hal ini.

Setelah sekian lama gw desak akhirnya dia pun menumpahkan semuanya.

“Neng, udahlah, kalo kata gw sih lu mendingan udahan aja sama Bobby, dia ga pantes buat lu, lu terlalu baek buat dia...” ucap adiknya Bobby dengan nada kesal

“Emangnya kenapa? coba lu cerita sama gw, selama ini Bobby kemana?apa benar dia sibuk menaikkan kembali usahanya?” gw mulai bertanya

“Gw ga tau neng, gw ga tau pasti, cuma dia sering pergi seharian tanpa kabar”

Gw pun mulai mengorek informasi dari Bobby dan lagi lagi gw selalu berhasil menginterogasi orang.

“Bob, coba jujur yah sama aku, kemaren kamu kemana? pake mobil seharian, aku tau kamu, kamu itu orang yang paling males pake mobil kalau ga penting penting amat”

“Kan aku udah bilang neng, aku masuk masukin barang sana sini buat majuin usaha”

“Jangan bohong Bob, kemaren aku tanya adik kamu loh..”
Dia pun terdiam tanda mulai meng-iya-kan.

“Ya aku kemaren anter temen cari kado buat pacarnya”

“Temen siapa? emang harus seharian yah? kok kamu ga kabarin aku? kok kamu ga bisa dihubungi seharian?”

“Udahlah, aku kasih tau juga kamu ga akan kenal sama orangnya..males aku bahasnya udah ah..”

Ya dia selalu seperti itu setiap kami membahas hal apapun, tidak pernah ada masalah yang selesai, selalu menggantung dan kejadian lagi dan lagi.

Akhirnya kami ada di satu titik dimana masing masing dari kami sudah tidak memiliki pertahanan lagi. Dengan penuh kesadaran kami pun menyudahi hubungan ini, ya dia mulai bermain dengan wanita lain pun mungkin karena dia terlalu lelah dengan hubungan ini. Jujur, gw pun lelah.

Setelah kami putus, pernah satu ketika disaat gw lagi kongkow bersama teman teman gw, gw melihat Bobby bersama wanita. Dan saat gw lihat baik baik wanita itu adalah teman gw sendiri. Sakit memang, cuma ya sudahlah, karena gw orang yang selalu melihat ke depan dan tidak pernah menyesali keputusan gw.

Disaat gw sudah mengambil satu keputusan, artinya itu adalah keputusan yang sebenar benarnya dan sudah melalui proses pertimbangan sebaik baiknya, makanya gw jarang sekali menyesali keputusan gw.