- Beranda
- Stories from the Heart
When you're gone. i see you everywhere (based on real story)
...
TS
godaanpuasa
When you're gone. i see you everywhere (based on real story)

"Semua pertanyaan yang dulu belom bisa gw jawab, semua kalimat yang dulu belum bisa gw ucapin, bakal gw tulis disini"
-Row-
Misi agan-agan semua
ane nubi+ silent reader akhirnya turun gunung juga

ane disini mau nulis cerita ane gan, karna terinspirasi dari beberapa cerita-cerita keren yang ada di SFTH

cerita ini based on real-life events dari seseorang bernama Row, dari jaman dia SMK-Kuliah. Tetapi sebisa mungkin ane samarin, terutama tempat dan nama orang" nya buat menjaga privasi
ok gan, langsung aja kita mulai...
link photo diatas
Spoiler for Prologue:
"ini tempat favorit gw "
"wah keren banget row, lo harusnya ngajak gw dari dulu kesini" gadis itu tersenyum sangat senang, melihat row dengan mata yang berbinar
"ahaha, enak aja ini tempat spesial gw, lagian kalo lagi gak full moon kaya gini, gw juga jarang kok naek kemari"
gadis itu melihat kelangit, memang benar dari tempat ini bulan dan bintang terlihat sangat jelas. Langit biru kegelapan yang luas disinari oleh gemerlap bintang dan cahaya bulan sungguh melegakan hati, seakan untuk saat ini tak ada yang perlu dipikirkan, tak ada yang perlu dicemaskan.
mereka berdua sama-sama terdiam, menikmati keindahalan langit malam tersebut.
"Row"gadis itu memangil pelan
"Kenapa ?" row menjawab seadanya, masih asik menatap langit.
tiba-tiba gadis itu menggenggam tangan kiri row
"menurut lo, gw ini cw yang menarik gak sih ?"
row yang kaget karna tangan nya di genggam refleks melihat kearah gadis tersebut. Row terdiam, entah apa yang terjadi, gadis disampingnya terlihat berbeda dari biasanya, wajahnya bersinar terkena paparan sinaran Bulan, matanya sedikit berkaca-kaca, dan senyumnya sangat menawan.
Row menatap mata gadis itu, tangan kanan row ikut menggengam tangan gadis tersebut.
"lo itu........"
Spoiler for index:
Prologue,Index,Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Special Q&A
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70-1
Part 70-2
70-3
hehe
Epilogue Part 1
Epilogue Part 2
Epilogue Part 3
Selesai Gan
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Special Q&A
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70-1
Part 70-2
70-3
hehe
Epilogue Part 1
Epilogue Part 2
Epilogue Part 3
Selesai Gan
Spoiler for Part 1:
LANGIT sudah gelap. Jalanan lengang hanya dilewati beberapa mobil dan motor yang melaju dengan kencang, entah ingin cepat-cepat pulang untuk beristirahat atau takut akan bahaya dari para begal yang mengincar. Jam 01.00 pagi, saat suasana sedang hening, saat semua orang terlelap, saat semua orang tertidur, mengistirahatkan tubuh dan mengisi tenaga untuk menjalani kehidupannya esok pagi. Row justru masih terjaga, di tempat yang sangat ramai ini, di tempat yang penuh teriakan dan juga asap rokok,Warung Internet.
Mata row tertuju ke arah monitor, tangan kanan memegang mouse, dan tangan kiri bersiap diatas keyboard, sigap menekan tombol-tombol keyboard.
“MANTAP WUUHHUUU” Row berteriak, tim Row memenangkan pertandingan.
“yo’i menang lagi kita row” Diyas teman satu tim Row, menepuk bahunya sambil tersenyum.
‘‘iyalah jelas gw jago maenya”
“apanya,mati mulu gitu lo row”
“yah,yang penting menang, ahahaha” mereka berdua tertawa kompak.
Jam 11 malam sampai jam 5 pagi. Row menghabiskan waktu nya bermain bersama teman-temannya. Ah mungkin lebih tepatnya bukan menghabiskan, tetapi Row justru sedang menikmati waktu tersebut,waktu dimana Row merasa lebih hidup. Sebenarnya Row tidak saling mengenal mereka satu sama lain selain nama. Mereka hanya bermain dan jarang membicarakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan game. Di tempat ini tak ada hal lain yang terpikirkan kecuali memenangkan game, makanan, dan rokok. Jika sudah duduk, Row akan fokus terhadap monitor dan enggan untuk meninggalkan kursinya sebelum billing habis, selain kehabisan rokok dan kebelet ingin ke kamar kecil.
Jam 05:00 pagi
Row beranjak dari kursinya, memakai jaket dan bersiap untuk pulang.
“yas balik dulu gw ya”
“yah dia pake balik, last game lah ”
“ah mau sekolah dulu lah gw”
“alah paling juga tidur lo di kelas”
“ebuset, se kebo itu apa gw?, ya seenggaknya ada yang nyangkut dikit lah di otak gw”
“hahaha yodah hati-hati lo Row”
“sip” Row pun berlalu menuruni tangga lantai 2.
Row pulang menggunakan angkot, berjuang menahan kantuk sepanjang perjalanan. Takut ketiduran dan melewatkan gang rumahnya. Untungnya dia masih bisa bertahan.
Row masuk lewat pintu belakang rumah menggunakan kunci duplikat nya, masuk ke kamar dan mengambil peralatan mandi. Jam dinding, masih menunjukan pukul 05:30 pagi, belum ada tanda-tanda kehidupan dari kamar teman- temannya, kos-kosan ini selalu sepi pada pagi hari seperti ini.
Row tinggal di kos-kosan milik Neneknya sejak kelas 2 SMP, dari saat ia pindah ke kota gajah ini. Neneknya tidak tinggal disini, ia tinggal di kebun keluarga yang berada di kota yang bereda. Jadilah Row ditunjuk sebagai penjaga Rumah dengan 8 kamar yang disewakan sebagai kos-kosan .Tidak banyak tugasnya, kurang lebih hanya mengumpulkan iuran dari penyewa dan menerima komplain-komplain mereka.
Selesai mandi dan berseragam, Row pergi dengan sepedahnya menuju tempat dimana ia melakukan rutinitasnya di pagi hari, bersekolah.
-to be continued-
Mata row tertuju ke arah monitor, tangan kanan memegang mouse, dan tangan kiri bersiap diatas keyboard, sigap menekan tombol-tombol keyboard.
“MANTAP WUUHHUUU” Row berteriak, tim Row memenangkan pertandingan.
“yo’i menang lagi kita row” Diyas teman satu tim Row, menepuk bahunya sambil tersenyum.
‘‘iyalah jelas gw jago maenya”
“apanya,mati mulu gitu lo row”
“yah,yang penting menang, ahahaha” mereka berdua tertawa kompak.
Jam 11 malam sampai jam 5 pagi. Row menghabiskan waktu nya bermain bersama teman-temannya. Ah mungkin lebih tepatnya bukan menghabiskan, tetapi Row justru sedang menikmati waktu tersebut,waktu dimana Row merasa lebih hidup. Sebenarnya Row tidak saling mengenal mereka satu sama lain selain nama. Mereka hanya bermain dan jarang membicarakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan game. Di tempat ini tak ada hal lain yang terpikirkan kecuali memenangkan game, makanan, dan rokok. Jika sudah duduk, Row akan fokus terhadap monitor dan enggan untuk meninggalkan kursinya sebelum billing habis, selain kehabisan rokok dan kebelet ingin ke kamar kecil.
Jam 05:00 pagi
Row beranjak dari kursinya, memakai jaket dan bersiap untuk pulang.
“yas balik dulu gw ya”
“yah dia pake balik, last game lah ”
“ah mau sekolah dulu lah gw”
“alah paling juga tidur lo di kelas”
“ebuset, se kebo itu apa gw?, ya seenggaknya ada yang nyangkut dikit lah di otak gw”
“hahaha yodah hati-hati lo Row”
“sip” Row pun berlalu menuruni tangga lantai 2.
Row pulang menggunakan angkot, berjuang menahan kantuk sepanjang perjalanan. Takut ketiduran dan melewatkan gang rumahnya. Untungnya dia masih bisa bertahan.
Row masuk lewat pintu belakang rumah menggunakan kunci duplikat nya, masuk ke kamar dan mengambil peralatan mandi. Jam dinding, masih menunjukan pukul 05:30 pagi, belum ada tanda-tanda kehidupan dari kamar teman- temannya, kos-kosan ini selalu sepi pada pagi hari seperti ini.
Row tinggal di kos-kosan milik Neneknya sejak kelas 2 SMP, dari saat ia pindah ke kota gajah ini. Neneknya tidak tinggal disini, ia tinggal di kebun keluarga yang berada di kota yang bereda. Jadilah Row ditunjuk sebagai penjaga Rumah dengan 8 kamar yang disewakan sebagai kos-kosan .Tidak banyak tugasnya, kurang lebih hanya mengumpulkan iuran dari penyewa dan menerima komplain-komplain mereka.
Selesai mandi dan berseragam, Row pergi dengan sepedahnya menuju tempat dimana ia melakukan rutinitasnya di pagi hari, bersekolah.
-to be continued-
Diubah oleh godaanpuasa 02-02-2015 00:31
someshitness dan 9 lainnya memberi reputasi
10
78.4K
Kutip
508
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
godaanpuasa
#341
update
Spoiler for Part 65:
Dan Adik benar, hal itu terjadi kembali.
Malam itu Ibu menerima telpon, Nenek sakit. Nenek yang seluruh anak-anaknya sudah menyebar dan tidak tinggal lagi dengannya membuat dirinya kesulitan menjaga kesehatannya yang semakin termakan oleh waktu. Ibu sebagai anak tertua Nenek diminta untuk pindah dan tinggal bersamanya.
Malam itu ibu kembali menangis. Ibu mengis tanpa suara, namun air matanya mengalir sangat deras, seakan semua perasaan sedih Ibu mengalir dalam tangisan inii. Adik yang mengintip dari celah pintu hanya bisa menggenggam tangannya sendiri kuat-kuat, menahan suara tangisnya.
Adik masuk kedalam kamarnya, berbaring di kasurnya. Malam itu dia bepiki keras. Adik tidak ingin Ibu menyesal karna tidak bisa menemani Nenek, mengerusi Orang yang dulu telah mengurus dirinya. Dan terlebih lagi, ini kesempatan Ibu untuk tidak perlu kerja keras lagi. Disana Ibu hanya perlu memikirkan keperluan dirinya dan Nenek. Malam itu Adik bertekad akan mengijinkan Ibu untuk pindah dan tinggal dengan Nenek, sedangkan dirinya akan berusaha sendiri disini. Berusaha untuk tetap melanjutkan sekolah dan bertahan hidup dengan cara apapun. Termasuk menjadi penjaga Kostan Oma, Ibu dari Almarhum Ayah.
3 hari telah berlalu
Pagi itu Ibu dan Adik sudah berada di ruang tunggu sebuah kantor Travel yang berada di Kota Gajah.
Terdengar suara dari speaker yang berisi Info tentang jadwal Travel yang sebentar lagi akan berangkat. Info tersebut segera membuat orang-orang yang sedari tadi menunggu keberangkatan travel masuk kedalam mobil. Yang tersisa di ruang tunggu tersebut hanya Ibu dan Adik.
“Kamu yakin bisa hidup sendiri nak, ini tiket ibu masih bisa dibatalin kok?”
“Tenang bu, aku pasti bisa kok, nanti kalo sekolah ku udah beres aku bakal nyusul ibu kesana, ibu nda usah khawatir, jaga kesehatan ya” Adik tersenyum. Tetapi sang Ibu lebih dari tahu, lebih dari memahami bahwa sang anak dari tadi menyembunyikan kesedihannya, menyembunyikan ketakutannya. Berpura-pura tegar agar sang Ibu tidak khawatir.
“Dik, dengar ibu…..”
“Orang yang paling berguna adalah orang yang dapat menolong orang lain”
“Tetapi jangan pernah melakukan perbuatan itu dengan harapanjika kamu menolong orang lain maka orang lain akan menolongmu juga nak. Cukup gantungkan semua harapanmu kepada sang Khalik”
“Karena sungguh Dia Maha Adil, dan Adil bukan berarti sama nak”
Ibu melepaskan pelukannya, mengaruk-garuk kepala Adik. Perlahan Ibu melangkah menuju mobil, masuk kedalam dan menutup pintu mobil tersebut.
Mobil itu melaju, perlahan-lahan Bayangan mobil Travel tersebut menghilang dikejauhan diikuti dengan air mata Adik yang mulai berjatuhan.
Row menoleh kearah Ara yang sekarang sudah tertidur dibahunya yang basah karna air mata Ara. Row tersenyum, mungkin dia terlalu panjang bercerita sampai-sampai membuat Ara bosan dan tertidur.
“Ra……”
“Posisi gw saat ini, bukan orang yang akan selalu ada disamping lo Ra….”
“Dengan semua beban ini, gw gak yakin bisa ngebahagiain lo Ra….”
“Tapi… Sampai kapanpun….”
Row terdiam melihat wajah Ara yang sangat tertidur, sungguh sangat cantik. Perlahan Row mengelus kepala Ara.
“Akan selalu ada tempat spesial buat lo di hati gw Ra”
Row menggoyang-goyangkan tangan Ara, mencoba membangunkannya dan menyuruh ARa untuk tidur di kamarnya. Tetapi Ara tidak kunjung bangun dan malah mempererat pelukannya di bahu Row.
Row kembali tersenyum, memutuskan untuk membiarkan Ara beristirahat sejenak di pundaknya.
“well, kalo dipikir-pikir hari ini cukup berat buat ni anak”
Perlahan Row juga menyenderkan Kepalanya di kepala Ara. Wajah Row kembali melihat langit yang ramai dengan bulan serta bintang-bintang yang bertaburan disekelilingnya.
♠
Azan Subuh mulai berkumandang.
Ara yang mungkin sudah terbiasa bangun diwaktu shubuh, tiba-tiba membuka matanya. Dengan canggung Ara langsung melepaskan pelukannya dari bahu Row, membuat Row yang kaget ikut terbangun.
“Eh...eh… sorry Row, kaget gw tadi hehe”
“Eh iya Ra selow”
“Mereka berdua saling bertatapan, namun beberapa saat kemudian mereka sama-sama mengalihkan pandangan mereka kearah lain, mereka terlihat sangat cnggung. Terjadi kesunyian diantara mereka.
“Jadi.... kemungkinan sekarang kita nda bisa sering-sering ketemu dan sering-sering maen Ra” Row memulai pembicaraannya
“Ah...eh… iya, gw ngerti kok….”
“Tapi…. kita masih temenan kan ?”
“Ahaha iya lah, kok aneh banget si pertanyaan lo, ahahaha”
“Ahahaha iya juga ya, maklum baru bangun tidur.
Mereka berdua tertawa bersama, namun sedetik kemudian mereka kembali terdiam terperangkap kesunyian. Mereka berdua hanya diam dan menatap matahari yang mulai dapat terlihat di kejauhan.
“Row makasi ya”
“Hah ?”
“Makasi karna lo uda mau cerita sama gw, cerita semalem bakal gw jadiin pelajaran buat gw Row.” Ara tersenyum kearah Row.
Sinar mentari yang menyinari Wajah Ara, mempercantik senyumannya kali itu. Mungkin ini adalah senyuman termanis Ara yang pernah Row lihat sampai sekarang.
“Iya Ra, sama-sama.”
Percakapan tadi menjadi penutup seperangkat acara Row dan Ara pada malam itu. Ara kembali melanjutkan tidurnya, sedangkan Row sekarang sudah berada diatas motor depan mengarungi jalan Kota Gajah yang masih sangat sepi.
Row dengan santai menarik pedal gas, sambil memerhatikan beberapa pemuda yang sedang jogging bersama.
Tapi tiba-tiba raut wajah Row berubah, seakan-akan dia mengingat suatu hal yang penting. Tanpa pikir panjang, Row langsung memacu motor Depan dengan kecepatan penuh.
-Sementara itu di Kostan
Nina baru saja bangun tidur dan keluar dari kamarnya. Melihat sekeliling ruangan yang gelap gulita karna belum terbukanya pintu dan jendela membuat Nina keheranan.
“Ketiduran Apa ini ya Bapak kost kita ?”
Nina mengambil kunci serep pintu utama yang digantung disamping rak TV lalu melangkah menuju pintu dan membukannya.
“ASTAGA” Nina sangat kaget, terdapat seseorang dengan sehelai jaket terbaring diteras kostan dengan kedua tangan memeluk pinggangnya. Dengan Ragu-ragu Nina mendekati orang tersebut. Nina tersenyum, dia mengenali wajah orang tersebut.
“Oy ngapai lo disini tidur disini Dep, bangun” Nina menggoyang-goyangkan tubuh Depan. Depan terbangun terlihat matanya sangat merah.
“Akhirnya ada yang bukain pintu juga, semaleman gw panggilin kaga ada yang bangun, parah-parah”
“Lah, kan kita masing-masing punya serep, punya lo mana emang ?”
“Nyantol dikunci motor, motor nya di bawa si Row”
“Lah dia kemana emang? nda pulang? ko gak bareng…”
“Cukup Nin, biarkan akang Depan ini masuk kekamarnya dan melanjutkan tidurnya nanti gantengnya luntur lagi” Depan tersenyum kearah Nina, Nina membalas dengan ekspresi jijik.
“Tapi emang si Row kemana ?”
“Udah, positif balik kok tu kampret”
Depan dengan lemas berjalan masuk kedalam kostan menuju kamarnya
Malam itu Ibu menerima telpon, Nenek sakit. Nenek yang seluruh anak-anaknya sudah menyebar dan tidak tinggal lagi dengannya membuat dirinya kesulitan menjaga kesehatannya yang semakin termakan oleh waktu. Ibu sebagai anak tertua Nenek diminta untuk pindah dan tinggal bersamanya.
Malam itu ibu kembali menangis. Ibu mengis tanpa suara, namun air matanya mengalir sangat deras, seakan semua perasaan sedih Ibu mengalir dalam tangisan inii. Adik yang mengintip dari celah pintu hanya bisa menggenggam tangannya sendiri kuat-kuat, menahan suara tangisnya.
Adik masuk kedalam kamarnya, berbaring di kasurnya. Malam itu dia bepiki keras. Adik tidak ingin Ibu menyesal karna tidak bisa menemani Nenek, mengerusi Orang yang dulu telah mengurus dirinya. Dan terlebih lagi, ini kesempatan Ibu untuk tidak perlu kerja keras lagi. Disana Ibu hanya perlu memikirkan keperluan dirinya dan Nenek. Malam itu Adik bertekad akan mengijinkan Ibu untuk pindah dan tinggal dengan Nenek, sedangkan dirinya akan berusaha sendiri disini. Berusaha untuk tetap melanjutkan sekolah dan bertahan hidup dengan cara apapun. Termasuk menjadi penjaga Kostan Oma, Ibu dari Almarhum Ayah.
3 hari telah berlalu
Pagi itu Ibu dan Adik sudah berada di ruang tunggu sebuah kantor Travel yang berada di Kota Gajah.
Terdengar suara dari speaker yang berisi Info tentang jadwal Travel yang sebentar lagi akan berangkat. Info tersebut segera membuat orang-orang yang sedari tadi menunggu keberangkatan travel masuk kedalam mobil. Yang tersisa di ruang tunggu tersebut hanya Ibu dan Adik.
“Kamu yakin bisa hidup sendiri nak, ini tiket ibu masih bisa dibatalin kok?”
“Tenang bu, aku pasti bisa kok, nanti kalo sekolah ku udah beres aku bakal nyusul ibu kesana, ibu nda usah khawatir, jaga kesehatan ya” Adik tersenyum. Tetapi sang Ibu lebih dari tahu, lebih dari memahami bahwa sang anak dari tadi menyembunyikan kesedihannya, menyembunyikan ketakutannya. Berpura-pura tegar agar sang Ibu tidak khawatir.
“Dik, dengar ibu…..”
“Orang yang paling berguna adalah orang yang dapat menolong orang lain”
“Tetapi jangan pernah melakukan perbuatan itu dengan harapanjika kamu menolong orang lain maka orang lain akan menolongmu juga nak. Cukup gantungkan semua harapanmu kepada sang Khalik”
“Karena sungguh Dia Maha Adil, dan Adil bukan berarti sama nak”
Ibu melepaskan pelukannya, mengaruk-garuk kepala Adik. Perlahan Ibu melangkah menuju mobil, masuk kedalam dan menutup pintu mobil tersebut.
Mobil itu melaju, perlahan-lahan Bayangan mobil Travel tersebut menghilang dikejauhan diikuti dengan air mata Adik yang mulai berjatuhan.
Row menoleh kearah Ara yang sekarang sudah tertidur dibahunya yang basah karna air mata Ara. Row tersenyum, mungkin dia terlalu panjang bercerita sampai-sampai membuat Ara bosan dan tertidur.
“Ra……”
“Posisi gw saat ini, bukan orang yang akan selalu ada disamping lo Ra….”
“Dengan semua beban ini, gw gak yakin bisa ngebahagiain lo Ra….”
“Tapi… Sampai kapanpun….”
Row terdiam melihat wajah Ara yang sangat tertidur, sungguh sangat cantik. Perlahan Row mengelus kepala Ara.
“Akan selalu ada tempat spesial buat lo di hati gw Ra”
Row menggoyang-goyangkan tangan Ara, mencoba membangunkannya dan menyuruh ARa untuk tidur di kamarnya. Tetapi Ara tidak kunjung bangun dan malah mempererat pelukannya di bahu Row.
Row kembali tersenyum, memutuskan untuk membiarkan Ara beristirahat sejenak di pundaknya.
“well, kalo dipikir-pikir hari ini cukup berat buat ni anak”
Perlahan Row juga menyenderkan Kepalanya di kepala Ara. Wajah Row kembali melihat langit yang ramai dengan bulan serta bintang-bintang yang bertaburan disekelilingnya.
♠
Azan Subuh mulai berkumandang.
Ara yang mungkin sudah terbiasa bangun diwaktu shubuh, tiba-tiba membuka matanya. Dengan canggung Ara langsung melepaskan pelukannya dari bahu Row, membuat Row yang kaget ikut terbangun.
“Eh...eh… sorry Row, kaget gw tadi hehe”
“Eh iya Ra selow”
“Mereka berdua saling bertatapan, namun beberapa saat kemudian mereka sama-sama mengalihkan pandangan mereka kearah lain, mereka terlihat sangat cnggung. Terjadi kesunyian diantara mereka.
“Jadi.... kemungkinan sekarang kita nda bisa sering-sering ketemu dan sering-sering maen Ra” Row memulai pembicaraannya
“Ah...eh… iya, gw ngerti kok….”
“Tapi…. kita masih temenan kan ?”
“Ahaha iya lah, kok aneh banget si pertanyaan lo, ahahaha”
“Ahahaha iya juga ya, maklum baru bangun tidur.
Mereka berdua tertawa bersama, namun sedetik kemudian mereka kembali terdiam terperangkap kesunyian. Mereka berdua hanya diam dan menatap matahari yang mulai dapat terlihat di kejauhan.
“Row makasi ya”
“Hah ?”
“Makasi karna lo uda mau cerita sama gw, cerita semalem bakal gw jadiin pelajaran buat gw Row.” Ara tersenyum kearah Row.
Sinar mentari yang menyinari Wajah Ara, mempercantik senyumannya kali itu. Mungkin ini adalah senyuman termanis Ara yang pernah Row lihat sampai sekarang.
“Iya Ra, sama-sama.”
Percakapan tadi menjadi penutup seperangkat acara Row dan Ara pada malam itu. Ara kembali melanjutkan tidurnya, sedangkan Row sekarang sudah berada diatas motor depan mengarungi jalan Kota Gajah yang masih sangat sepi.
Row dengan santai menarik pedal gas, sambil memerhatikan beberapa pemuda yang sedang jogging bersama.
Tapi tiba-tiba raut wajah Row berubah, seakan-akan dia mengingat suatu hal yang penting. Tanpa pikir panjang, Row langsung memacu motor Depan dengan kecepatan penuh.
-Sementara itu di Kostan
Nina baru saja bangun tidur dan keluar dari kamarnya. Melihat sekeliling ruangan yang gelap gulita karna belum terbukanya pintu dan jendela membuat Nina keheranan.
“Ketiduran Apa ini ya Bapak kost kita ?”
Nina mengambil kunci serep pintu utama yang digantung disamping rak TV lalu melangkah menuju pintu dan membukannya.
“ASTAGA” Nina sangat kaget, terdapat seseorang dengan sehelai jaket terbaring diteras kostan dengan kedua tangan memeluk pinggangnya. Dengan Ragu-ragu Nina mendekati orang tersebut. Nina tersenyum, dia mengenali wajah orang tersebut.
“Oy ngapai lo disini tidur disini Dep, bangun” Nina menggoyang-goyangkan tubuh Depan. Depan terbangun terlihat matanya sangat merah.
“Akhirnya ada yang bukain pintu juga, semaleman gw panggilin kaga ada yang bangun, parah-parah”
“Lah, kan kita masing-masing punya serep, punya lo mana emang ?”
“Nyantol dikunci motor, motor nya di bawa si Row”
“Lah dia kemana emang? nda pulang? ko gak bareng…”
“Cukup Nin, biarkan akang Depan ini masuk kekamarnya dan melanjutkan tidurnya nanti gantengnya luntur lagi” Depan tersenyum kearah Nina, Nina membalas dengan ekspresi jijik.
“Tapi emang si Row kemana ?”
“Udah, positif balik kok tu kampret”
Depan dengan lemas berjalan masuk kedalam kostan menuju kamarnya
fatqurr dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas