Quote:
Menunggu Wanda
Akhirnya aku mendapat predikat menjadi anak kos. Buat info sih, kosanku luasnya kurang lebih 20 meter persegi, cukuplah untuk berdua. Wc di dalam, tapi sayang airnya keluarnya dikit banget. Aku harus hemat air. Bawa tv, tapi sayang pas dicoba semut semua channelnya. Nasib. Bawa dispenser lupa bawa galonya. Astaga, kenapa aku begitu pelupa. Ada satu lagi yang menjengkelkan di kosku. Mau tau? kamarku gak ada sinyal hp. Seriously, sinyal hp nya kadang datang dan pergi. Mengenaskan.
Awal hidup mandiri yang sulit, first impression ngekos bagiku begitu buruk. Mau makan aja susah. Aku harus jalan kurang lebih 50 meter, baru ketemu yang namanya warteg.
“Heh, kenapa milih kosan yang jauh banget..

.” Sms ku kepada Wanda.
….
….
Gak di bales.
“Kamu kapan sih kesini?” Aku sms lagi.
“Senin, sabar aja.” Bales dia.
Sejak kapan si Wanda begitu menjengkelkan pikirku.
Aku harus bertahan sendirian selama seminggu di tempat tinggal baruku. Padahal baru beberapa hari , rasanya seperti satu tahun. Tidak keluarga, tidak ada teman, tidak ada tv, tidak ada satupun kecuali aku yang ada di rumah kos ini. Setiap malam perasaanku cemas. Aku takut ada maling, takut setan, takut segalanya. Aku sms dan telepon keluargaku, teman-temanku hanya untuk sekedar menyampaikan rasa kangenku kepada mereka. Aku mengeluh setiap waktu, dan aku sedih sampai kapan penderitaan ini akan berakhir.
Selama seminggu pertama tidak ada yang spesial melainkan kekecewaan. Aku setiap hari harus jalan kaki ke kampus untuk mengikuti ospek, aku pergi pagi dan pulang magrib. Aku makan hanya sekali.
Sampai pada akhirnya, aku sakit.