- Beranda
- Stories from the Heart
Is It My Truly First Love?
...
TS
yogiek.indra
Is It My Truly First Love?
Quote:


Spoiler for Cover:
Quote:

Quote:
Quote:
Spoiler for Thanks To My Readers and Commenters:
Diubah oleh yogiek.indra 14-08-2015 22:26
efti108 dan 8 lainnya memberi reputasi
7
207.6K
759
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yogiek.indra
#368
Part 40 - Terima Kasih Pernah Mencintaiku
Sejak kejadian itu, Aku mulai bingung. Pertanyaan tentang harus mendekati Ovi atau tetap sama Krisya terus aja bergelayutan di kepala. Pikiranku tak jelas, terombang-ambing bagaikan payudara tanpa beha, Gondal-gandul ga karuan.
Saat ketemu Rimba, dia sering cerita soal Ovi. Aku pun cuma dengerin doang. Aku juga ga punya keberanian ataupun niat buat cerita soal Krisya ke dia. Setiap pagi masih sama. Aku berangkat, ketemu Ovi di depan 2C, kita saling sapa dan saling senyum. Setelah itu aku taruh tas dan pergi ke mading. Liat Krisya, saling sapa dan saling senyum pula.
Bukan maksud memberi harapan atau menggantung, tapi aku sendiri waktu itu masih terlalu kecil untuk memikirkan hal seperti itu. Seandainya aku bisa kembali ke waktu itu, aku akan dengan pasti untuk memilih seseorang dan datang padanya untuk menyatakan perasaan. Tapi sayangnya, waktu tak pernah kembali dan pikiran anak yang beranjak puber masih nempel di kepalaku waktu itu.
Suatu pagi, aku berangkat sekolah dan melewati lorong 2C. Kulihat Ovi sudah di depan 2C. Aku seperti melihat bayanganku sendiri disana. Bayangan seseorang yang menunggu orang yang dicintai untuk ketemu. Ahhh, aku harus jujur sama dia!
Aku deg-deg an. Aku rasa Ovi juga ngerasa deg-deg an sama kaya aku.
Baiklah pembaca sekalian. Aku tahu apa yang ada dalam kepala kalian, karena Aku yang menulis ini pun tahu betapa bodoh dan pengecutnya aku saat itu.
Aku tahu aku Suka ama Krisya. Dan aku merasa tak ada satupun yang bisa menggantikannya di hatiku ini. Secantik apapun cewek itu, tetap ga bisa ngalahin perasaanku ama Krisya. Hanya saja, ketika aku memilih Krisya, tak ada jaminan apapun aku bisa bersama dengannya. Ketika ada seseorang yang bisa memberikan perasaannya kepadaku, aku juga tak bisa mengatakan dengan gamblang bahwa aku tak bisa bersamanya. Saat itu aku hanya berpikir, mungkin hanya waktu yang akan membuat perasaan Ovi luntur padaku. "Cukup bertingkah seperti biasa, menganggap dia sama seperti teman-teman yang lainnya"
Dan itu pula yang kulakukan. Just say hello or hai every morning while i met her. Tapi itu pun tak menyelesaikan masalah. Akhirnya, aku mencoba ngomong sama Rimba. Mungkin dia bisa membantu.
Kita jalan ke taman, duduk di salah satu tempat duduk. Aku tengok kanan dan kiri.
Setelah itu, aku sedikit merasa tenang. Aku akhirnya menjadi payudara dengan beha. Tak lagi gondal-gandul tanpa tujuan. Walaupun sampe sepanjang kelas 2 itu, aku masih sering ketemu dengan Ovi di depan kelas 2C. Dia masih tak berubah kok. Masih tetap senyum ramah, masih tetap saling menyapa.
Yah, mencintai orang lain kan hak semua orang. Itu hak dia untuk suka padaku, dan hak ku pula untuk suka sama Krisya.
Sampe saat ini aku tak lagi berhubungan dengan Ovi. Aku tak tahu dia ada dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa. Terakhir kita ketemu adalah saat perpisahan kelas 3 SMP. Seandainya saja kita masih bisa bertemu saat ini, setidaknya kita bisa mengenang kisah lucu kita jaman SMP dulu. Setidaknya, aku bisa mengucapkan secara langsung,
Saat ketemu Rimba, dia sering cerita soal Ovi. Aku pun cuma dengerin doang. Aku juga ga punya keberanian ataupun niat buat cerita soal Krisya ke dia. Setiap pagi masih sama. Aku berangkat, ketemu Ovi di depan 2C, kita saling sapa dan saling senyum. Setelah itu aku taruh tas dan pergi ke mading. Liat Krisya, saling sapa dan saling senyum pula.
Bukan maksud memberi harapan atau menggantung, tapi aku sendiri waktu itu masih terlalu kecil untuk memikirkan hal seperti itu. Seandainya aku bisa kembali ke waktu itu, aku akan dengan pasti untuk memilih seseorang dan datang padanya untuk menyatakan perasaan. Tapi sayangnya, waktu tak pernah kembali dan pikiran anak yang beranjak puber masih nempel di kepalaku waktu itu.
Suatu pagi, aku berangkat sekolah dan melewati lorong 2C. Kulihat Ovi sudah di depan 2C. Aku seperti melihat bayanganku sendiri disana. Bayangan seseorang yang menunggu orang yang dicintai untuk ketemu. Ahhh, aku harus jujur sama dia!
Quote:
Aku deg-deg an. Aku rasa Ovi juga ngerasa deg-deg an sama kaya aku.
Quote:
Baiklah pembaca sekalian. Aku tahu apa yang ada dalam kepala kalian, karena Aku yang menulis ini pun tahu betapa bodoh dan pengecutnya aku saat itu.
Aku tahu aku Suka ama Krisya. Dan aku merasa tak ada satupun yang bisa menggantikannya di hatiku ini. Secantik apapun cewek itu, tetap ga bisa ngalahin perasaanku ama Krisya. Hanya saja, ketika aku memilih Krisya, tak ada jaminan apapun aku bisa bersama dengannya. Ketika ada seseorang yang bisa memberikan perasaannya kepadaku, aku juga tak bisa mengatakan dengan gamblang bahwa aku tak bisa bersamanya. Saat itu aku hanya berpikir, mungkin hanya waktu yang akan membuat perasaan Ovi luntur padaku. "Cukup bertingkah seperti biasa, menganggap dia sama seperti teman-teman yang lainnya"
Dan itu pula yang kulakukan. Just say hello or hai every morning while i met her. Tapi itu pun tak menyelesaikan masalah. Akhirnya, aku mencoba ngomong sama Rimba. Mungkin dia bisa membantu.
Quote:
Kita jalan ke taman, duduk di salah satu tempat duduk. Aku tengok kanan dan kiri.
Quote:
Setelah itu, aku sedikit merasa tenang. Aku akhirnya menjadi payudara dengan beha. Tak lagi gondal-gandul tanpa tujuan. Walaupun sampe sepanjang kelas 2 itu, aku masih sering ketemu dengan Ovi di depan kelas 2C. Dia masih tak berubah kok. Masih tetap senyum ramah, masih tetap saling menyapa.
Yah, mencintai orang lain kan hak semua orang. Itu hak dia untuk suka padaku, dan hak ku pula untuk suka sama Krisya.
Sampe saat ini aku tak lagi berhubungan dengan Ovi. Aku tak tahu dia ada dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa. Terakhir kita ketemu adalah saat perpisahan kelas 3 SMP. Seandainya saja kita masih bisa bertemu saat ini, setidaknya kita bisa mengenang kisah lucu kita jaman SMP dulu. Setidaknya, aku bisa mengucapkan secara langsung,
Quote:
Diubah oleh yogiek.indra 10-10-2014 14:23
0

