Hari-hari setelah perkenalanku dengan Krisya berjalan agak lebih menyenangkan. Setidaknya aku mengenal Krisya dan Krisya pun mengenalku. Walaupun masih ada jarak diantara kita, tapi setidaknya, setiap kita bertemu, bertatap muka, berpandangan maka kita berdua akan saling tersenyum dengan salah satu diantara kita memulai untuk bertegur sapa. Walaupun lebih sering aku yang menegur Krisya lebih dulu. Yah, tentu saja. Karena akulah yang selalu memperhatikan dia lebih dulu.

Seperti pagi itu. Beberapa hari sebelum ujian caturwulan terakhir kita di kelas 1. Untuk kelas 2 mendatang, kita akan memulai sistem semester. Jadi ini memang bakal jadi ujian caturwulan terakhir dalam hidup kita.

Aku berangkat, sampe di kelas lalu taruh tas. Pergi menuju mading, nyelipin beberapa karya di mading itu lalu iseng baca-baca mading. Waktu terus berlalu. Aku lihat jam, udah pukul 06.40an. Belum sempat memalingkan muka, tiba-tiba sudah ada Krisya di samping kananku.



Aku melihat dia tertawa-tawa membaca tulisan itu. "Ya elah, itu aku cuman copy paste dari majalah. Dia bisa ketawa gitu amat".



Aku tak sadar, aku mulai bisa bicara normal ketika ngomong sama Krisya. Ga ada lagi roh Azis Gagap di tubuhku.



Aku melihat Krisya berjalan menuju kelas. Yah, ini saatnya balik ke kelas juga. Aku berjalan perlahan. Lalu tiba-tiba di sampingku udah muncul 1 peranakan cewek.



Aku berjalan lagi. Menelusuri halaman depan tiap kelas menuju kelasku yang ada di ujung.



Sampe di kelas, udah ada gerombolan krucil-krucil duduk di kursi.



Oke, itulah sekelumit cerita di waktu kelas 1 SMP. Rimba sudah menemukan pangerannya. Haris masih stay on dan pendiem kaya pertama kali kita ketemu di kelas 3 SD, Aku masih menjadi penguntit cewek cantik dan Krisya udah mulai kenalan sama Aku. Yang terakhir, Aku dan Krisya udah mulai bisa ngobrol. Not Bad lah..