TS
simamats
[Orifict] Naqoyqatsi
Terinspirasi dari peristiwa Revolusi Prancis dan Lushan Rebellion di Dinasti Tang (plus science fiction time machine?), gw persembahkan *sound effect trompet* :
![[Orifict] Naqoyqatsi](https://s.kaskus.id/images/2017/05/09/3277891_20170509010516.jpg)
Sangat di mohon komentar, saran dan kritikannya karena penulis yang masih newbie ini sangat membutuhkan bimbingan kalian para pembaca/kawan penulis juga
Naqoyqatsi: Life as War
![[Orifict] Naqoyqatsi](https://s.kaskus.id/images/2017/05/09/3277891_20170509010516.jpg)
Genre: Seinen, Action, Psychological, Tragedy, Supranatural, Historical.
Spoiler for Sinopsis:
Lushan merupakan seorang pembrontak yang menjunjung tinggi kebebasan atas masyarakatnya yang tertindas dibawah kekuasaan dinasti Tang. Visinya semakin buyar dan di penuhi oleh tragedi yang membuatnya kehilangan banyak hal, istri, sahabat, dan semua hal yang disayanginya untuk meraih impian tersebut. Kehilangan pijakan, Lushan seperti api yang berkobar menghancurkan segala hal, bertranformasi menjadi monster. Ketika tinggal satu langkah lagi bagi Lushan untuk mendapatkan impiannya, dia terbunuh oleh orang terdekatnya, darah dagingnya sendiri yang menganggap ayahnya sudah dibutakan oleh ambisi. Ketika itu, dia diberi kesempatan oleh kekuatan misterius untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.
*Naqoyqatsi merupakan bahasa suku Hopi yang berarti Hidup sebagai perang (Qatsi-Hidup, Naqoy-Perang), terinspirasi dari dokumenter eksperimental Godfrey Reggio
*Naqoyqatsi merupakan bahasa suku Hopi yang berarti Hidup sebagai perang (Qatsi-Hidup, Naqoy-Perang), terinspirasi dari dokumenter eksperimental Godfrey Reggio
Spoiler for Index:
Prolog - There is No Liberty With Blood Below Your Feet :
Prouloge (part 1)
Prouloge part 2
Chapter 1 - A Land Without God
Chapter 1 (Part 1)
Chapter 1 (Part 2)
Chapter 1 (Part 2) Lanjutan
Chapter 1 (Part 3)
Chapter 2 - Roxanne (part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 3 - Roxanne (part 2)
Chapter 3 (Part 1)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 4 - The Devil
Chapter 4 (Part 1)
Chapter 4 (Part 2)
Chapter 5 - The Mirror
Chapter 5
Chapter 6 - In Balthiq Eyes part 1
Chapter 6
Chapter 7 - In Balthiq Eyes part 2
Chapter 7
Chapter 8 - Eating
Chapter 8
Chapter 9 - In Balthiq Eyes part 3
Chapter 9
Prouloge (part 1)
Prouloge part 2
Chapter 1 - A Land Without God
Chapter 1 (Part 1)
Chapter 1 (Part 2)
Chapter 1 (Part 2) Lanjutan
Chapter 1 (Part 3)
Chapter 2 - Roxanne (part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 2 (Part 1)
Chapter 3 - Roxanne (part 2)
Chapter 3 (Part 1)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 3 (Part 2)
Chapter 4 - The Devil
Chapter 4 (Part 1)
Chapter 4 (Part 2)
Chapter 5 - The Mirror
Chapter 5
Chapter 6 - In Balthiq Eyes part 1
Chapter 6
Chapter 7 - In Balthiq Eyes part 2
Chapter 7
Chapter 8 - Eating
Chapter 8
Chapter 9 - In Balthiq Eyes part 3
Chapter 9
Sangat di mohon komentar, saran dan kritikannya karena penulis yang masih newbie ini sangat membutuhkan bimbingan kalian para pembaca/kawan penulis juga

Diubah oleh simamats 09-05-2017 01:06
0
13.6K
Kutip
83
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
simamats
#11
Spoiler for Chapter 2 : Roxanne part 1 (1):
Chapter 2 : Roxanne (part 1)
Di kegelapan ini, pikiranku melayang di antara ruangan yang hampa.
Aku masih tidak sadarkan diri, dan sekarang kesadaran lainku terus berpikir akan pesimisme dan sifat paranoidku atas masa depan. Kini aku mengkacaukan salah satu proses penting dalam hidupku yang nantinya pasti akan berdampak pada masa kejayaanku. Aku begitu takut akan perbuatanku, tapi entah mengapa hati ini malah tidak sesuai dengan pikiran paranoidku, dia begitu senang seakan diriku telah melakukan hal yang benar ataupun kesempatan kedua ini memiliki harapan yang besar hingga aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Apakah aku senang ketika kakakku selamat? Aku kembali mengingat masa lalu dimana aku dihantui oleh kenangan kakak, dan juga dihantui oleh terror, dimana kematian kakak berulang kali terjadi di dalam mimpiku. Ketika itu, perasaan sedih dan terror nyatanya mulai menghilang seiring waktu dan bahkan sirna ketika banyak kematian yang kemudian melewati masa hidupku.
Lalu apa yang membuatku benar-benar senang atas kesempatan kedua ini?
Ah, tentu saja! Dia yang merupakan satu-satunya harapanku kini, kenapa aku bisa seketika melupakannya? Apa karena ingatanku masih kabur akan masa depan?
Roxanna masih hidup pada masa kini.
Senyumnya, rasa hangatnya, suaranya, dan tatapannya yang begitu memukau, aku bisa merasakannya kembali.
Begitu juga sedih dan putus asa yang mungkin membuatku lupa padanya karena 'dia' yang menusukku dari belakang, anakku sendiri yang merupakan pengganti harapan ibunya. Tapi kini bahkan anakku sendiri belum lahir, dan Roxanna masih hidup dan muda.
Ya, cukup dengan ini aku bisa merasakan optimisme yang kembali membakar semangatku, kini impianku akan benar-benar terwujud dan aku tidak sabar untuk keluar dari kegelapan ini..
...
Namun sebelumnya, aku kembali mencoba mengingat pertemuanku dengan Roxanna, lumayan lama dari tahun ini dimana aku kembali sampai aku bisa bertemu dengannya. Saat itu pertemuan kita mungkin merupakan hal yang paling tragis dalam hidup Roxanna, dan diriku yang dalam puncak kenaifanku, yaitu di hari-hari sebelum diriku membrontak.
***
Jauh setelah hari dimana kakak meninggal, aku menjalani sebuah perjalanan hidup yang keras dalam mengejar impianku hingga sampai pada pertama kalinya seorang ras bar-bar bisa menjadi seorang tangan kanan Kaisar. Ketika itu diriku begitu muda untuk seseorang yang telah mendapatkan gelar jendral perperangan yang rata-rata dimiliki oleh orang yang sudah ditempa ratusan perang dalam hidupnya.
Nyatanya memang benar kata ibu, bahwa ilmu pengetahuan sungguh berperan penting dalam berbagai hal yang bahkan mampu menandingi pengalaman seseorang yang telah mengalami ratusan perang, dan Kaisar mengakui kemampuanku dan bahkan impianku. Dia lalu memberikanku gelar juga pangkat sebagai tangan kanannya, dimana aku memiliki kuasa untuk menggerakan kerajaan dari balik layar.
Namun beberapa lama kemudian, aku menyadari bahwa terdapat tembok besar yang menghalangiku, yaitu kelompok-kelompok politik seperti para mentri dan penasihat yang mampu memboneka-kan Kaisar. Bahkan segala hal yang kulakukan pada akhirnya akan sia-sia dengan keberadaan mereka.
Mereka bagai parasit, ataupun tikus, tidak peduli tentang kejayaan kerajaan maupun masyarakat, dan hanya memikirkan diri mereka sendiri dalam jabatan, kekayaan, wanita, dan sebagainya. Asalkan masyarakat tidak melawan, itu sudah cukup bagi mereka untuk berfoya-foya! Hal-hal keputusan kaisar maupun diriku yang membuat kesenangan mereka berkurang akan dilawan dengan pendapat-pendapat yang irasional, dan pembenaran-pembenaran atas pendapat mereka tersebut. Hal-hal tersebut benar-benar membuat mereka lebih rendah dari binatang sekalipun.
Kemudian aku mulai berpikir, dan pikiran ini mulai menghantuiku. Apakah dengan sistem negara yang sudah begitu korup ini masih terdapat solusi didalamnya? Kaisar sepertinya sudah memulai rencananya, tapi apa yang tak bisa tercium oleh mereka para mentri dan penasihat yang licik tersebut?
Apa aku berkhianat saja? Melakukan pembrontakan dan membangun kerajaan ini dari awal? Aku memiliki pengaruh yang besar dan bisa membangun pasukan yang mampu melawan kerajaan dinasti tang ini.
Saat itu kuurungkan niatku. Kaisar begitu baik padaku, dan aku tak ingin menghancurkan hatinya. Kenaifanku kembali mengkontrolku untuk terus berharap pada kerajaan ini, hingga akhirnya para mentri tersebut memperlihatkan taringnya.
...
"Wahai Kaisar yang agung, hamba merasa bahwa keputusan paduka untuk meresmikan hubungan kaisar lewat pernikahan dengan keluarga dari suku bar-bar akan menurunkan derajat dengan mengkotori kemurnian darah kita sebagai keturunan para Mahadewa. Kita masih mensetujui tentang engkau yang menjadikan suku bar-bar sebagai tangan kanan karena pontensialnya, namun sebagai keluarga? Wahai kaisar pikirkan kembali"
Salah satu penasihat mengkritik keputusan kaisar dengan duduk memohon sambil menundukan wajahnya.
Ketika itu diriku duduk di sebelah kaisar, dan aku bisa melihat raut wajah Kaisar yang memerah marah. Aku segera mencoba mewakilkan kemarahan tersebut karena Kaisar yang tak kunjung berkata apa-apa.
"Begitu tidak sopan engkau wahai penasihat Yan Fei, bagaimana mungkin kau berani mengkritik keputusan kaisar akan keluarganya yang sebenarnya ia lebih mengerti tentang urusan ini daripada kau sendiri!"
"Ayah.."
Tiba-tiba dalam keadaan yang memanas ini, anak dari kaisar berkata dengan muka memelas sambil menarik-narik jubah ayahnya.
"Aku juga tidak setuju dengan keputusan ayah menikahi bangsa bar-bar itu walau kau sudah berhubungan dengannya sejak lama"
"Diam kau anak bodoh"
"Agh! Ayah.."
Kaisar menampar satu-satunya anak dari dirinya, Jou Lun, yang selalu duduk di sampingnya untuk belajar mencontoh ayahnya dalam membuat keputusan.
"Pertama maafkan tentang sifat lantang anakku, dia terlalu kumanjakan sehingga berani berbicara melawan kehendakku,"
Dalam keadaan itu, aku melihat salah satu mentri, Sou Lun yang merupakan paman dari Kaisar tersenyum sinis melihat ditamparnya Jou Lun. Dia seperti melihat kesempatan pada momen ini, dan aku dapat menciumnya dengan jelas.
"Yan Fei saudaraku, sesungguhnya aku melakukan ini untuk menyatukan bangsa bar-bar yang berpotensi mampu untuk menyerang kita menjadi satu kekuatan dengan kita. Ingatlah bahwa kemenangan sejati tidak dimenangkan dengan perang, namun dengan tindakan yang bijaksana dan damai seperti pernikahan ini. Lalu mengenai darah, sesungguhnya aku lebih tau tentang apa yang kulakukan persis seperti apa yang dikatakan An Lushan, dan sekali lagi kau ataupun kalian sampai menyinggung permasalahan ini, akan kuanggap sebagai bentuk pengkhianatan, walau itu merupakan saudaraku sendiri!"
"Baik paduka, maafkan hambamu ini"
Yan Fei segera menundukan kepalanya, namun ia tidak duduk kembali pada tempatnya melainkan pergi menuju keluar pintu. Ketika itu juga, Sou Han dan kelompok politiknya turut hormat dan keluar dari pintu kerajaan.
Saat itu, mereka menunjukan kepasrahan mereka pada keputusan Kaisar, namun tidak menghormati keputusan tersebut. Sayangnya, kaisar seperti sudah terbiasa dengan etika buruk ini, dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja.
"Kaisar, mohon maaf untuk mengajak paduka berbicara dalam situasi yang tidak menyenangkan ini, namun hamba.."
"Aku tahu, kau juga menciumnya bukan? Mereka merencanakan sesuatu."
Ketika itu Kaisar memberikan kipasnya padaku, menandakan bahwa dia memberiku kuasa penuh atas pasukan elitenya.
"Sepertinya kita sudah terlambat beberapa langkah dari mereka.. Aku hanya bisa berharap padamu Lushan."
"Baik paduka."
Ketika itu aku segera merasakan firasat buruk mendengar ucapan kaisar akan tertinggalnya kita dalam beberapa langkah seakan sebuah konspirasi besar sedang berjalan untuk menjatuhkan kita berdua. Tatapan kaisar begitu serius, dan aku tahu bahwa dia sudah menduga sesuatu, dan kini aku harus segera menghentikan pergerakan politik agresif ini, dan kalau bisa, membuat mereka yang berkomplot membrontak Kaisar untuk dihukum mati, dan membuat kerajaan ini bersih dari tikus-tikus licik tersebut.
***
Dengan kekuasaan yang diberikan Kaisar, aku segera menyuruh seluruh pengintai untuk memata-matai kelompok politik dari Sou Lun.
Saat itu aku sendirilah yang akan berbicara dengan Sou Lun secara langsung karena Sou Lun sebagai keluarga kaisar memiliki penjagaan yang sama elitnya dengan kaisar, membuat pertahanan dirinya tidak dapat ditembus kecuali aku bertemu dengannya langsung secara resmi di dalam kediamannya di komplek kerajaan.
...
"Selamat datang An Lushan, bagaimana rasanya menjadi seorang yang menggerakan kerajaan ini dari belakang layar? Sudah berapa banyak nyawa yang kau hilangkan demi kenyamanan dalam tidur Kaisar yang resah akan nyawanya?"
Sou Lun berkata demikian sambil tersenyum, seakan cara bicaranya yang begitu tajam menyindir merupakan lawakan yang biasa dia lakukan.
"Perkataan yang sungguh tajam Sou Lun, aku tak menyangka kau bisa melawak dengan sindiran seperti itu"
"Hei hei, kita sudah sering bicara bukan? Minum dulu tehmu"
Sou Lun menyiramkan teh ke gelas di depanku. Ketika itu aku tentu mengira ada sesuatu di teh tersebut, namun tidak meminumnya juga merupakan hal yang melawan etika, hal ini membuatku terdiam didepan teh mencari alasan untuk tidak meminumnya.
"Tidak ada racun di teh tersebut.. Aku tahu kau mengira sesuatu padaku sampai mau mengunjungiku malam ini. Begini saja, aku akan menceritakanmu sebagian dari rencana yang sebenarnya memang sedang terjadi."
"Heh, jadi kau ingin mengajakku dalam konspirasimu?"
"Benar sekali Lushan, aku tahu kau lebih baik dari ini."
Ketika itu aku segera menengguk teh seakan aku tertarik dengan tawarannya.
"Sudah percaya padaku? Baiklah, tentu kau tahu bahwa kami ingin menjatuhkan Kaisar dari kursi kekuasaannya. Kami tahu bahwa pernikahannya dengan suku bar-bar merupakan pergerakan politiknya untuk mendapat keturunan penyihir, dan bahkan dia sudah memilikinya. Kaisar berencana untuk memandulkan fungsi kementrian dengan menciptakan kekuatan absolutnya."
"Roxanna, dan Sen bukan? Bukankah mereka masih kanak-kanak? Kupikir Sen sang adik masih berumur 13 tahun,"
"Ya, sang kakak tidak memiliki jiwa yang kuat untuk memakai sihir sehingga dia tidak diperbolehkan memasuki akademi sihir, tetapi adiknya lah yang menjadi sumber bahaya wahai Lushan. Info kami mengatakan bahwa terdapat sihir yang begitu kuat yang hanya bisa muncul dari keturunan Kaisar yang memiliki darah dewa dengan campuran darah bar-bar yang mampu menggunakan sihir ini. Kekuatan absolut yang membuat langit mampu mengintai dan mengkontrol masyarakatnya, dan tentunya kami para mentri."
"Mengerikan.."
Saat itu aku begitu kaget dengan info ini, namun entah mengapa semuanya mulai masuk akal. Kaisar tidak pernah berbicara apapun soal rencananya, namun sebagai tangan kanannya aku mengetahui bahwa dia begitu tertarik pada penelitian akademi sihir, yaitu 3 sihir terlarang yang tidak bisa digunakan penyihir biasa, dan tak kusangka mereka telah menemukan salah satu kriteria untuk menggunakan sihir ini.
Mungkin Kaisar telah putus asa tentang masa depan dinasti tang ini, namun tentu aku tidak setuju dengan Kaisar yang menggunakan kekuatan absolutnya, karena kekuasaan tersebut rentan sekali korup. Sihir yang Sou Lun katakan jika disalah gunakan bisa menciptakan dunia yang mengerikan, dunia dimana hak-hak asasi manusia tidak lagi berlaku, dan segalanya dipegang oleh pemerintahan, ataupun seorang kaisar sendirian.
"Mengetahui ini, kau akan ikut dengan kami bukan?"
"Tidak, aku akan berbicara dengan Kaisar perihal ini.. Dia pasti akan mendengarkanku!"
"Sungguh naif.. Sepertinya memang sudah sifatmu Lushan. Baiklah jika demikian, kami tidak akan memaksamu. Tapi kupikir semuanya sudah terlambat wahai Lushan. Bagaimana jika kau minum teh bersama kami, dan menunggu kabar beberapa jam lagi di tempat ini."
Sou Lun terseyum kemudian meminum tehnya. Ketika itu aku menyadari bahwa rencananya sudah dimulai malam ini, dan kita begitu telat untuk menyadarinya.
"Apa yang kau rencanakan Sou Lun.."
Tiba-tiba salah satu pendampingku yang merupakan penyihir mendapati telepati, dan membisikannya padaku.
"Paduka, terdapat telepati yang mendapatkan info bahwa mereka merencanakan penyerangan di tempat keluarga kaisar yang baru, dan bahkan malam ini rencana tersebut akan segera dieksekusi. Kami menunggu intruksimu"
"Jadi sudah ketahuan? Apa kau bisa menghentikannya Lushan?"
"Kenapa menyerang keluarga kerajaan? Bukankah segala tuduhan akan mengarah padamu juga kelompok politikmu?"
Sou Lun hanya tersenyum dan kembali menyeduh tehnya.
Mengetahui bahwa diriku tidak akan mendapatkan jawaban, segera aku berlari keluar menuju kudaku dan menyuruh pendampingku untuk mengintruksi pasukan elit untuk melakukan tindakan penyelamatan.
Ketika itu aku menyadari bahwa terdapat kabut yang membuyarkan apa yang kini tengah terjadi, dan bahkan diriku sendiri tidak menyadarinya, Kaisar yang berencana untuk menggunakan kekuatan sihir sebagai mesin penggerak kekuasaan, dan para mentri yang melakukan konspirasi perebutan kekuasaan yang masih misterius hingga kini.
Di kegelapan ini, pikiranku melayang di antara ruangan yang hampa.
Aku masih tidak sadarkan diri, dan sekarang kesadaran lainku terus berpikir akan pesimisme dan sifat paranoidku atas masa depan. Kini aku mengkacaukan salah satu proses penting dalam hidupku yang nantinya pasti akan berdampak pada masa kejayaanku. Aku begitu takut akan perbuatanku, tapi entah mengapa hati ini malah tidak sesuai dengan pikiran paranoidku, dia begitu senang seakan diriku telah melakukan hal yang benar ataupun kesempatan kedua ini memiliki harapan yang besar hingga aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Apakah aku senang ketika kakakku selamat? Aku kembali mengingat masa lalu dimana aku dihantui oleh kenangan kakak, dan juga dihantui oleh terror, dimana kematian kakak berulang kali terjadi di dalam mimpiku. Ketika itu, perasaan sedih dan terror nyatanya mulai menghilang seiring waktu dan bahkan sirna ketika banyak kematian yang kemudian melewati masa hidupku.
Lalu apa yang membuatku benar-benar senang atas kesempatan kedua ini?
Ah, tentu saja! Dia yang merupakan satu-satunya harapanku kini, kenapa aku bisa seketika melupakannya? Apa karena ingatanku masih kabur akan masa depan?
Roxanna masih hidup pada masa kini.
Senyumnya, rasa hangatnya, suaranya, dan tatapannya yang begitu memukau, aku bisa merasakannya kembali.
Begitu juga sedih dan putus asa yang mungkin membuatku lupa padanya karena 'dia' yang menusukku dari belakang, anakku sendiri yang merupakan pengganti harapan ibunya. Tapi kini bahkan anakku sendiri belum lahir, dan Roxanna masih hidup dan muda.
Ya, cukup dengan ini aku bisa merasakan optimisme yang kembali membakar semangatku, kini impianku akan benar-benar terwujud dan aku tidak sabar untuk keluar dari kegelapan ini..
...
Namun sebelumnya, aku kembali mencoba mengingat pertemuanku dengan Roxanna, lumayan lama dari tahun ini dimana aku kembali sampai aku bisa bertemu dengannya. Saat itu pertemuan kita mungkin merupakan hal yang paling tragis dalam hidup Roxanna, dan diriku yang dalam puncak kenaifanku, yaitu di hari-hari sebelum diriku membrontak.
***
Jauh setelah hari dimana kakak meninggal, aku menjalani sebuah perjalanan hidup yang keras dalam mengejar impianku hingga sampai pada pertama kalinya seorang ras bar-bar bisa menjadi seorang tangan kanan Kaisar. Ketika itu diriku begitu muda untuk seseorang yang telah mendapatkan gelar jendral perperangan yang rata-rata dimiliki oleh orang yang sudah ditempa ratusan perang dalam hidupnya.
Nyatanya memang benar kata ibu, bahwa ilmu pengetahuan sungguh berperan penting dalam berbagai hal yang bahkan mampu menandingi pengalaman seseorang yang telah mengalami ratusan perang, dan Kaisar mengakui kemampuanku dan bahkan impianku. Dia lalu memberikanku gelar juga pangkat sebagai tangan kanannya, dimana aku memiliki kuasa untuk menggerakan kerajaan dari balik layar.
Namun beberapa lama kemudian, aku menyadari bahwa terdapat tembok besar yang menghalangiku, yaitu kelompok-kelompok politik seperti para mentri dan penasihat yang mampu memboneka-kan Kaisar. Bahkan segala hal yang kulakukan pada akhirnya akan sia-sia dengan keberadaan mereka.
Mereka bagai parasit, ataupun tikus, tidak peduli tentang kejayaan kerajaan maupun masyarakat, dan hanya memikirkan diri mereka sendiri dalam jabatan, kekayaan, wanita, dan sebagainya. Asalkan masyarakat tidak melawan, itu sudah cukup bagi mereka untuk berfoya-foya! Hal-hal keputusan kaisar maupun diriku yang membuat kesenangan mereka berkurang akan dilawan dengan pendapat-pendapat yang irasional, dan pembenaran-pembenaran atas pendapat mereka tersebut. Hal-hal tersebut benar-benar membuat mereka lebih rendah dari binatang sekalipun.
Kemudian aku mulai berpikir, dan pikiran ini mulai menghantuiku. Apakah dengan sistem negara yang sudah begitu korup ini masih terdapat solusi didalamnya? Kaisar sepertinya sudah memulai rencananya, tapi apa yang tak bisa tercium oleh mereka para mentri dan penasihat yang licik tersebut?
Apa aku berkhianat saja? Melakukan pembrontakan dan membangun kerajaan ini dari awal? Aku memiliki pengaruh yang besar dan bisa membangun pasukan yang mampu melawan kerajaan dinasti tang ini.
Saat itu kuurungkan niatku. Kaisar begitu baik padaku, dan aku tak ingin menghancurkan hatinya. Kenaifanku kembali mengkontrolku untuk terus berharap pada kerajaan ini, hingga akhirnya para mentri tersebut memperlihatkan taringnya.
...
"Wahai Kaisar yang agung, hamba merasa bahwa keputusan paduka untuk meresmikan hubungan kaisar lewat pernikahan dengan keluarga dari suku bar-bar akan menurunkan derajat dengan mengkotori kemurnian darah kita sebagai keturunan para Mahadewa. Kita masih mensetujui tentang engkau yang menjadikan suku bar-bar sebagai tangan kanan karena pontensialnya, namun sebagai keluarga? Wahai kaisar pikirkan kembali"
Salah satu penasihat mengkritik keputusan kaisar dengan duduk memohon sambil menundukan wajahnya.
Ketika itu diriku duduk di sebelah kaisar, dan aku bisa melihat raut wajah Kaisar yang memerah marah. Aku segera mencoba mewakilkan kemarahan tersebut karena Kaisar yang tak kunjung berkata apa-apa.
"Begitu tidak sopan engkau wahai penasihat Yan Fei, bagaimana mungkin kau berani mengkritik keputusan kaisar akan keluarganya yang sebenarnya ia lebih mengerti tentang urusan ini daripada kau sendiri!"
"Ayah.."
Tiba-tiba dalam keadaan yang memanas ini, anak dari kaisar berkata dengan muka memelas sambil menarik-narik jubah ayahnya.
"Aku juga tidak setuju dengan keputusan ayah menikahi bangsa bar-bar itu walau kau sudah berhubungan dengannya sejak lama"
"Diam kau anak bodoh"
"Agh! Ayah.."
Kaisar menampar satu-satunya anak dari dirinya, Jou Lun, yang selalu duduk di sampingnya untuk belajar mencontoh ayahnya dalam membuat keputusan.
"Pertama maafkan tentang sifat lantang anakku, dia terlalu kumanjakan sehingga berani berbicara melawan kehendakku,"
Dalam keadaan itu, aku melihat salah satu mentri, Sou Lun yang merupakan paman dari Kaisar tersenyum sinis melihat ditamparnya Jou Lun. Dia seperti melihat kesempatan pada momen ini, dan aku dapat menciumnya dengan jelas.
"Yan Fei saudaraku, sesungguhnya aku melakukan ini untuk menyatukan bangsa bar-bar yang berpotensi mampu untuk menyerang kita menjadi satu kekuatan dengan kita. Ingatlah bahwa kemenangan sejati tidak dimenangkan dengan perang, namun dengan tindakan yang bijaksana dan damai seperti pernikahan ini. Lalu mengenai darah, sesungguhnya aku lebih tau tentang apa yang kulakukan persis seperti apa yang dikatakan An Lushan, dan sekali lagi kau ataupun kalian sampai menyinggung permasalahan ini, akan kuanggap sebagai bentuk pengkhianatan, walau itu merupakan saudaraku sendiri!"
"Baik paduka, maafkan hambamu ini"
Yan Fei segera menundukan kepalanya, namun ia tidak duduk kembali pada tempatnya melainkan pergi menuju keluar pintu. Ketika itu juga, Sou Han dan kelompok politiknya turut hormat dan keluar dari pintu kerajaan.
Saat itu, mereka menunjukan kepasrahan mereka pada keputusan Kaisar, namun tidak menghormati keputusan tersebut. Sayangnya, kaisar seperti sudah terbiasa dengan etika buruk ini, dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja.
"Kaisar, mohon maaf untuk mengajak paduka berbicara dalam situasi yang tidak menyenangkan ini, namun hamba.."
"Aku tahu, kau juga menciumnya bukan? Mereka merencanakan sesuatu."
Ketika itu Kaisar memberikan kipasnya padaku, menandakan bahwa dia memberiku kuasa penuh atas pasukan elitenya.
"Sepertinya kita sudah terlambat beberapa langkah dari mereka.. Aku hanya bisa berharap padamu Lushan."
"Baik paduka."
Ketika itu aku segera merasakan firasat buruk mendengar ucapan kaisar akan tertinggalnya kita dalam beberapa langkah seakan sebuah konspirasi besar sedang berjalan untuk menjatuhkan kita berdua. Tatapan kaisar begitu serius, dan aku tahu bahwa dia sudah menduga sesuatu, dan kini aku harus segera menghentikan pergerakan politik agresif ini, dan kalau bisa, membuat mereka yang berkomplot membrontak Kaisar untuk dihukum mati, dan membuat kerajaan ini bersih dari tikus-tikus licik tersebut.
***
Dengan kekuasaan yang diberikan Kaisar, aku segera menyuruh seluruh pengintai untuk memata-matai kelompok politik dari Sou Lun.
Saat itu aku sendirilah yang akan berbicara dengan Sou Lun secara langsung karena Sou Lun sebagai keluarga kaisar memiliki penjagaan yang sama elitnya dengan kaisar, membuat pertahanan dirinya tidak dapat ditembus kecuali aku bertemu dengannya langsung secara resmi di dalam kediamannya di komplek kerajaan.
...
"Selamat datang An Lushan, bagaimana rasanya menjadi seorang yang menggerakan kerajaan ini dari belakang layar? Sudah berapa banyak nyawa yang kau hilangkan demi kenyamanan dalam tidur Kaisar yang resah akan nyawanya?"
Sou Lun berkata demikian sambil tersenyum, seakan cara bicaranya yang begitu tajam menyindir merupakan lawakan yang biasa dia lakukan.
"Perkataan yang sungguh tajam Sou Lun, aku tak menyangka kau bisa melawak dengan sindiran seperti itu"
"Hei hei, kita sudah sering bicara bukan? Minum dulu tehmu"
Sou Lun menyiramkan teh ke gelas di depanku. Ketika itu aku tentu mengira ada sesuatu di teh tersebut, namun tidak meminumnya juga merupakan hal yang melawan etika, hal ini membuatku terdiam didepan teh mencari alasan untuk tidak meminumnya.
"Tidak ada racun di teh tersebut.. Aku tahu kau mengira sesuatu padaku sampai mau mengunjungiku malam ini. Begini saja, aku akan menceritakanmu sebagian dari rencana yang sebenarnya memang sedang terjadi."
"Heh, jadi kau ingin mengajakku dalam konspirasimu?"
"Benar sekali Lushan, aku tahu kau lebih baik dari ini."
Ketika itu aku segera menengguk teh seakan aku tertarik dengan tawarannya.
"Sudah percaya padaku? Baiklah, tentu kau tahu bahwa kami ingin menjatuhkan Kaisar dari kursi kekuasaannya. Kami tahu bahwa pernikahannya dengan suku bar-bar merupakan pergerakan politiknya untuk mendapat keturunan penyihir, dan bahkan dia sudah memilikinya. Kaisar berencana untuk memandulkan fungsi kementrian dengan menciptakan kekuatan absolutnya."
"Roxanna, dan Sen bukan? Bukankah mereka masih kanak-kanak? Kupikir Sen sang adik masih berumur 13 tahun,"
"Ya, sang kakak tidak memiliki jiwa yang kuat untuk memakai sihir sehingga dia tidak diperbolehkan memasuki akademi sihir, tetapi adiknya lah yang menjadi sumber bahaya wahai Lushan. Info kami mengatakan bahwa terdapat sihir yang begitu kuat yang hanya bisa muncul dari keturunan Kaisar yang memiliki darah dewa dengan campuran darah bar-bar yang mampu menggunakan sihir ini. Kekuatan absolut yang membuat langit mampu mengintai dan mengkontrol masyarakatnya, dan tentunya kami para mentri."
"Mengerikan.."
Saat itu aku begitu kaget dengan info ini, namun entah mengapa semuanya mulai masuk akal. Kaisar tidak pernah berbicara apapun soal rencananya, namun sebagai tangan kanannya aku mengetahui bahwa dia begitu tertarik pada penelitian akademi sihir, yaitu 3 sihir terlarang yang tidak bisa digunakan penyihir biasa, dan tak kusangka mereka telah menemukan salah satu kriteria untuk menggunakan sihir ini.
Mungkin Kaisar telah putus asa tentang masa depan dinasti tang ini, namun tentu aku tidak setuju dengan Kaisar yang menggunakan kekuatan absolutnya, karena kekuasaan tersebut rentan sekali korup. Sihir yang Sou Lun katakan jika disalah gunakan bisa menciptakan dunia yang mengerikan, dunia dimana hak-hak asasi manusia tidak lagi berlaku, dan segalanya dipegang oleh pemerintahan, ataupun seorang kaisar sendirian.
"Mengetahui ini, kau akan ikut dengan kami bukan?"
"Tidak, aku akan berbicara dengan Kaisar perihal ini.. Dia pasti akan mendengarkanku!"
"Sungguh naif.. Sepertinya memang sudah sifatmu Lushan. Baiklah jika demikian, kami tidak akan memaksamu. Tapi kupikir semuanya sudah terlambat wahai Lushan. Bagaimana jika kau minum teh bersama kami, dan menunggu kabar beberapa jam lagi di tempat ini."
Sou Lun terseyum kemudian meminum tehnya. Ketika itu aku menyadari bahwa rencananya sudah dimulai malam ini, dan kita begitu telat untuk menyadarinya.
"Apa yang kau rencanakan Sou Lun.."
Tiba-tiba salah satu pendampingku yang merupakan penyihir mendapati telepati, dan membisikannya padaku.
"Paduka, terdapat telepati yang mendapatkan info bahwa mereka merencanakan penyerangan di tempat keluarga kaisar yang baru, dan bahkan malam ini rencana tersebut akan segera dieksekusi. Kami menunggu intruksimu"
"Jadi sudah ketahuan? Apa kau bisa menghentikannya Lushan?"
"Kenapa menyerang keluarga kerajaan? Bukankah segala tuduhan akan mengarah padamu juga kelompok politikmu?"
Sou Lun hanya tersenyum dan kembali menyeduh tehnya.
Mengetahui bahwa diriku tidak akan mendapatkan jawaban, segera aku berlari keluar menuju kudaku dan menyuruh pendampingku untuk mengintruksi pasukan elit untuk melakukan tindakan penyelamatan.
Ketika itu aku menyadari bahwa terdapat kabut yang membuyarkan apa yang kini tengah terjadi, dan bahkan diriku sendiri tidak menyadarinya, Kaisar yang berencana untuk menggunakan kekuatan sihir sebagai mesin penggerak kekuasaan, dan para mentri yang melakukan konspirasi perebutan kekuasaan yang masih misterius hingga kini.
0
Kutip
Balas