- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#417
5.23. Wake Me Up When September Ends 9
Pagi itu disekolah, gue melihat Hanum sedang jalan kaki bersama dengan Bernard. Oh my god ciiint.. rasanya masih sama, perih.
Jalan kaki bersama, hal itu dulu sering kulakukan bersamanya saat pulang sekolah, entah panas atau hujan. Rasanya dahulu itu biasa saja, kenapa baru sekarang terasa spesial. Kenapa baru sekarang ketika dia telah beralih ke hati yang lain. Mungkin memang benar kata orang-orang bahwasanya sesuatu itu baru terasa berharga ketika kau telah kehilangannya.
Aku berdiri di depan pintu kelas bak preman pasar yang lagi nunggu orang buat dipalakin. Oh seandainya yang lewat adalah adek-adek cakep mungkin malah gue yang minta dipalak, dipalak hatinya. Ah sudahlah.
Hari itu adalah hari terakhir di bulan September. Kupikir setelah sebulan putus dengan Hanum gue bisa move on, namun semua tak semudah yang kuduga. Tak mudah menghapus bekas tip-ex yang menempel di celana sekolah, tak mudah menghapus bekas perasaan yang melekat di hati.
Aku memegang hp nokiyemku erat, melihati layarnya sembari mencari nomor kontaknya Lia. Sebenarnya gue gak perlu serepot itu karena sudah hapal bener dia punya nomer. Tapi entah kenapa rasanya lebih spesial saja kalau dicari lewat phonebook, rasanya gimanaa gitu.
Jari-jariku menari gemulai mengetik sms diatas keypad karet yang berisiknya minta ampun.
Gue senyum-senyum sendiri. Sms Lia gak gue balas, sengaja biar penasaran. Seharian itu dia sms terus sampai bete. Semoga saja dia tak gantung diri saking betenya, terus jadi arwah penasaran.
Siangnya pulang sekolah gue guling-guling diatas kasur.
Gue menarik nafas dalam-dalam. Apakah keputusan ini tepat?
Uhuy..
Jalan kaki bersama, hal itu dulu sering kulakukan bersamanya saat pulang sekolah, entah panas atau hujan. Rasanya dahulu itu biasa saja, kenapa baru sekarang terasa spesial. Kenapa baru sekarang ketika dia telah beralih ke hati yang lain. Mungkin memang benar kata orang-orang bahwasanya sesuatu itu baru terasa berharga ketika kau telah kehilangannya.
Aku berdiri di depan pintu kelas bak preman pasar yang lagi nunggu orang buat dipalakin. Oh seandainya yang lewat adalah adek-adek cakep mungkin malah gue yang minta dipalak, dipalak hatinya. Ah sudahlah.
Hari itu adalah hari terakhir di bulan September. Kupikir setelah sebulan putus dengan Hanum gue bisa move on, namun semua tak semudah yang kuduga. Tak mudah menghapus bekas tip-ex yang menempel di celana sekolah, tak mudah menghapus bekas perasaan yang melekat di hati.
Aku memegang hp nokiyemku erat, melihati layarnya sembari mencari nomor kontaknya Lia. Sebenarnya gue gak perlu serepot itu karena sudah hapal bener dia punya nomer. Tapi entah kenapa rasanya lebih spesial saja kalau dicari lewat phonebook, rasanya gimanaa gitu.
Jari-jariku menari gemulai mengetik sms diatas keypad karet yang berisiknya minta ampun.
Quote:
Gue senyum-senyum sendiri. Sms Lia gak gue balas, sengaja biar penasaran. Seharian itu dia sms terus sampai bete. Semoga saja dia tak gantung diri saking betenya, terus jadi arwah penasaran.
****
Siangnya pulang sekolah gue guling-guling diatas kasur.
Quote:
Gue menarik nafas dalam-dalam. Apakah keputusan ini tepat?
Quote:
Uhuy..
Quote:
0
