- Beranda
- Stories from the Heart
Whats wrong with me? Im addicted to you! [True Story]
...
TS
sayulovme
Whats wrong with me? Im addicted to you! [True Story]
Perkenalkan...
gue sekarang 23 tahun, just call me say (sounds weird eh?)
di sini gue mau ceritain tentang cerita yang mungkin ada yang pernah ngalamin hal begini juga. Cerita berawal di saat gue kerja di salah satu redaksi majalah.
Gue sangat berterima kasih untuk yang sudi mampir ke sini dan apalagi bermurah tangan untuk nge-rate ataupun kasih cendol. Kritik dan saran sangat gue butuhkan mengingat gue bukan penulis. Gue cuma mencoba share cerita ini karna selama ini gue SR di sfth dan komen2 sedikit di cerita yang gue pantengin pakai id prime gue. Gue sudah perkirakan nanti bakal ada yang bilang kalo cerita gue stensilan, okay gue akuin ada beberapa part nanti yang bakal rada "hot" tapi menurut gue masih normal kok. Akhir kata..selamat membaca
Sebaiknya yang belom punya KTP jangan terlalu serius baca ini
Index : Special thanks untuk Bang Lucky
1. I wanna see your abra cadabra bra bra bra
2. Secret 'Meeting'
3. Si Bodoh
4. Makan Siangnya Pake Gossip
5. The Power Of Engagement Ring
6. After Party
6. After Party (Confession)
7. Berdua Denganmu (Minus Setan Penggoda)
8. Berdua Denganmu (Plus Sodaranya Sadako)
9. Stay Away From Me
10. The Devil Wears Jersey
11. Takdir Memang Kejam
12. Free Food And Shit
13. Awkward Moment With Mak Lampir
14. Kelewat Batas
15. KAMEHAMEHA
16. He About To Lose Me
gue sekarang 23 tahun, just call me say (sounds weird eh?)

di sini gue mau ceritain tentang cerita yang mungkin ada yang pernah ngalamin hal begini juga. Cerita berawal di saat gue kerja di salah satu redaksi majalah.
Gue sangat berterima kasih untuk yang sudi mampir ke sini dan apalagi bermurah tangan untuk nge-rate ataupun kasih cendol. Kritik dan saran sangat gue butuhkan mengingat gue bukan penulis. Gue cuma mencoba share cerita ini karna selama ini gue SR di sfth dan komen2 sedikit di cerita yang gue pantengin pakai id prime gue. Gue sudah perkirakan nanti bakal ada yang bilang kalo cerita gue stensilan, okay gue akuin ada beberapa part nanti yang bakal rada "hot" tapi menurut gue masih normal kok. Akhir kata..selamat membaca

Sebaiknya yang belom punya KTP jangan terlalu serius baca ini

Index : Special thanks untuk Bang Lucky

1. I wanna see your abra cadabra bra bra bra
2. Secret 'Meeting'
3. Si Bodoh
4. Makan Siangnya Pake Gossip
5. The Power Of Engagement Ring
6. After Party
6. After Party (Confession)
7. Berdua Denganmu (Minus Setan Penggoda)
8. Berdua Denganmu (Plus Sodaranya Sadako)
9. Stay Away From Me
10. The Devil Wears Jersey
11. Takdir Memang Kejam
12. Free Food And Shit
13. Awkward Moment With Mak Lampir
14. Kelewat Batas
15. KAMEHAMEHA
16. He About To Lose Me
Diubah oleh sayulovme 29-09-2014 22:56
anasabila memberi reputasi
4
32.2K
Kutip
217
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sayulovme
#148
15. KAMEHAMEHA
Quote:
Lantai delapan
Jo, cowok yang di bayangan Tara bakal diputus kepalanya dengan samurai, malah terlihat tenang2 saja di kursinya. Tara mengetuk pintu masuk studio karena di dalam situ ada Mas Andi, senior Jo. Mas Andi menatap si tamu cukup lama, lalu menoleh ke arah Jo.
“Permisi”
“Euhm, mau ada urusan dikit sama Jo” cewek itu memaksakan tersenyum demi alasan basa basi.
Mas Andi nggak menyadari tatapan tajam dan pengin nyulek mata dari arah cewek itu dan malah tertawa2
“Oohh Jo toh..jangankan sedikit, urusan banyak juga pasti diladenin sama Jo, ya nggak Jo?” dia ketawa2 lagi (bener2 nggak peka ni orang).
Cowok itu tertawa kecil, dengan suara sedikit gemetar karena khawatir. Tampang cewek itu jelas bisa dikategorikan tampang ‘siap perang sampai titik darah penghabisan’. Dan dengan sekali lihat pun, Jo bisa menebak kemarahan Tara. Mampus.
“Okay, gue cabut dulu ya, man!” kata Mas Andi sambil melambaikan tangan. Mas Andi ada jadwal pemotretan di daerah Radio Dalam, buat pemotretan Fam di sebuah bengkel.
“Lampunya..”
“Biarin aja, tunggu Banda yang bawain ke bawah. Tolong telpon ke pantry aja ya, siapa tahu dia lupa” kata Mas Andi tersenyum penuh arti, sambil melirik Tara.
Jo menelpon Banda yang ternyata beneran lupa. Sambil telponan, Jo terus memandangi Tara yang terlihat nggak ada perubahan. Tetap beraura gelap.
“Udah?” tanya Mas Andi, sudah siap2 balik badan dan keluar dari ruang studio. Jo manggut2 mengiyakan.”
“Thanks Jo”
“Sama2, Mas Andi”
Sekarang tinggal dia dan Tara di sini. Jo pura2 nggak menyadari tatapan membunuh Tara.
“Tumben pagi2 dah mampir kemari..”
Ucapan basa basi Jo langsung dipootong ketus sama Tara
“Lo ngomong apa ke Andre di bawah tadi?”
“Andre?” tuh kan bener.., Jo membatin.
“Iya. Andre..jangan pura2 bego deh!” tumit sepatu Tara berkletak kletuk saat berjalan menghampiri Jo. Wajah cewek itu pun semakin jelas dan cowok itu semakin khawatir.
“Dia tadi nelpon gue marah2, bilang kalo lo ngusir dia di lobi. Otak lo lagi sembunyi di mana sih sampe nglakuin hal yg nggak penting gitu, heh?!”
Tara berhenti bicara karena Banda tiba2 muncul dan dengan langkah tertunduk2 masuk ke ruang studio dan permisi sebentar untuk mengambil lampu dan tetek bengek lainnya. Jo sedikit lega, tapi bukan berarti masalahnya selesai begitu aja. Tara masih di sini dan dia masih mau ngamuk2. Hanya Tuhan dan cewek itu yg tahu dia bakal ngomel2 kayak gimana.
“Entah gue yg beneran amnesia atau gimana ya, tapi seingat gue nggak pernah tuh ada pembicaraan sebelumnya sama lo yg intinya ngasih lo wewenang buat ikut campur sama kehidupan gue” cewek itu berdiri berhadap2an dengan Jo
“Especially soal Andre dan gue. I mean, what the fak?! Gue pikir kita lagi nyoba buat bersikap nice satu sama lain. Tapi ini..astaga! lo pengin ngobrak abrik hidup gue atau apa sih?”
“Wait, wait. Gue nggak suka nada bicara lo yg ngejudge gitu..”
“NGE JUDGE?!”
“Anggaplah gue yg salah barusan, anggaplah gue yg lancang..”
“Iya, lo memang salah dan lancang!” potong Tara cepat.
“Dengerin dulu! Tapi gue nggak ada maksud ngobrak abrik hidup lo, gue cuman pengin ngelurusin semuanya”
“Ngelurusin semuanya my ass, Jo! Cv urusan percintaan lo aja jelas2 nggak beres..gimana ceritanya lo ngerasa lebih expert daripada gue, hah!” wajah Tara terlihat sangat sakit hati
“Jadi, lo lebih milih Andre bikin lo sakit hati untuk kesekian kalinya gitu?!”
“Gue..”
“Dia nggak baik buat lo, Ra. Lo juga tau itu”
“IYA GUE TAU!” bentak Tara, nggak hanya marah ke Jo, tapi juga ke dirinya sendiri.
“Tapi tetap aja lo nggak ada hak buat ikut campur urusan gue”
Cewek itu menahan kuat2 keinginannya untuk menanangis. Tubuhnya gemetar. Bibirnya bergetar. Tetap nggak boleh, nggak boleh nangis di depan Jo, batin Tara.
Dia nggak pernah merasa semarah ini sama Jo. Kepalan tangan Tara semakin keras.
“Lo. Nggak. Ada. Hak!”
“......”
Mulut Jo ternganga, tapi dia nggak siap untuk mengatakan sepatah kata pun. Saat itu dia sadar, dia baru aja melakukan kesalahan teramat fatal.
Cewek itu tak bisa menahannya lebih lama lagi. Butir2 air mata menggenangi kelopak mata. Lalu turun ke pipi dengan gerakan perih yg teramat menyakitkan untuk dilihat. Tubuhnya gemetaran karena rasa sakit hati teramat sangat.
Nggak ada yang bisa dilakukan Jo kecuali menyalahkan dirinya sendiri.
“Fuck! Tara, Tara, please...jangan nangis...”
Tara langsung menepiskan tangan besar itu
“Aku minta maaf, okay...Sorry! There, I say it, please Tara..berenti nangis dong”
Jo menahan geram karena frustasi. Melihat Tara nangis membuatnya terluka juga dan terus menyalahkan diri sendiri.
“You know what, I’m done here”
Suara cewek itu masih terdengar lembut meskipun Jo sadar dia benar2 sakit hati.
“Tara, gue kan sudah bilang sori”
“Sori atau nggak, gue nggak peduli” suaranya serak. Mata Tara terlihat merah, karena air mata dan perasaan terpukul karena nggak menyadari Jo bisa berbuat seperti itu.
Apa memang dia segitu bencinya sampai nggak pengen liat gua bahagia?
“Pokoknya, mulai detik ini, lo berenti jadi orang yg ngurusin urusan gue”
“Iya, itu gue ngerti. Tapi Ra...Ra! Gue nggak mau lo pergi dalam keadaan marah begini” Jo mempercepat langkahnya, berusaha menyusul cewek itu.
Tara menepis tangan Jo dari pergelangan tangannya. Nggak bisa.
“Lepas..”
Jo menarik Tara mendekat ke arahnya. Menempel ke dadanya. Cowok itu tetap membisu, tapi wajahnya telihat sangat sedih. Tara bisa saja menjauhkan dirinya sekarang, tapi dia nggak mau. Tara lebih memilih menunggu.
Sorry, bisik cowok itu untuk kesekian kalinya, terlalu lirih hingga nyaris tak terdengar. Entah kenapa, kali ini Tara benar2 memercayai penyesalan cowok itu.
Sorry
Jari2 panjang itu menyentuh hati2 pipinya, mengusap jejak air mata dengan ibu jarinya. Tara memejamkan mata. Ini...ini jelas nggak seperti dugaannya.
“Gue nggak peduli berapa banyak kata maaf yg lo butuhkan untuk meyakinkan kalo gue bener2 menyesal. Tapi sumpah, gue nggak suka liat lo nangis. Apalagi nangis karna gue. Gue nggak bisa maafin diri sendiri nantinya”
Tara akhirnya memberanikan diri untuk membuka matanya. Jarak mereka terlalu dekat sekarang!
“Lo harus tau..gue bener2 care sama lo. I care for you too much, it hurts” Jo menangkup wajah Tara dengan kedua tangan. Sebelum cewek itu terpikir melakukan seusatu untuk mencegah hal selanjutnya yang paling mungkin terjadi...cowok itu mendekatkan wajahnya dan mencium Tara. Bibir Jo menyentuh bibir Tara, awalnya terasa lembut dan malu2. Ketika merasakan ujung lidah cowok itu di bibirnya, Tara langsung membukakan mulut untuknya. Membiarkan cowok itu melumat bibirnya dengan penuh gairah, menjelajahi mulutnya dengan antusisame yg tak pernah dia perkirakan sebelumnya. Tara mengerang. Suara mendambanya menggema pelan di dalam rongga mulut Jo.
Jo menghentikan ciumannya sesaat. Napasnya sedikit terengah2, tak disangka berciuman bisa membuat orang lupa untuk bernapas. Meskipun begitu, Jo tak membiarkan Tara menjauhkan diri darinya. Dengan lembut, dia menenggelamkan jari2nya di antara riak rambut di belakang kepala Tara, lalu mendekatkan kedua kening mereka.
Jo membiarkan cewek itu menyadari tatapan lapar di kedua matanya
“Is this okay?” katanya di sela2 napasnya yg memburu. Tara balas memandangnya, tapi nggak mengatakan apa2. Yang Tara lakukan kemudian hanya menganggukkan kepala.
Jo pun menciumnya lagi. Namun, kali ini, saat menyambut ciuman Jo yg mendamba bibirnya, Tara benar2 memejamkan mata dan membiarkan kedua tangannya menjadi pemandu bagi fantasi di pikirannya. Telapak tangannya menelusuri otot2 punggung Jo, yg terhalang kaos yg dipakai cowok itu, lalu turun hingga ke lekuk pinggul. Tangannya merasakan bahan kasar celana jeans dan kancingnya yg terasa dingin sekali saat disentuh. Cewek itu meremas bokong Jo refleks saat tubuh mungilnya didorong pelan ke dinding. Sekarang, dia benar2 berada di bawah kendali cowok itu. Merasa tak berdaya sekaligus kuat dalam waktu bersamaan. Tara berusaha mengingat2 kembali alasan dia tadi datang ke studio foto ini. Mencari Jo, tentunya. Tapi buat apa?
“Ew..tadi itu kalian berdua ngapain?”
Suara Bian segera menyentakkan keduanya untuk saling menjauh.
“Nggak ada. Nggak ada apa2” kata Tara. Napasnya masih tersegal2 karena ciuman barusan.
“Iya, biasa aja”
“Gue..lagi ngomongin soal kerjaan aja”
Okay, nggak meyakinkan, tapi namanya juga usaha. Iya kan?
“Jadwal pemotretan!”
Ah, Jo mulai pinteran sekarang.
“Iya, jadwal pemotretan. K-klo lo mau ngomong dulu sama Jo, gapapa, gue bisa kok balik lagi. Bye Jo”
“B bye”
Kini tinggal Jo dan Bian saja di ruangan itu. Mereka bertukar pandang tanpa berkata apa2.
“Ngomongin soal jadwal pemotretan? Oh, please. Kayak gue percaya aja” kata cowok cantik itu sambil geleng2 kepala. Jo tersenyum masam.
SKIP SKIP SKIP
Dari studio, Tara langsung ke kamar mandi cewek dan ngendon di salah satu bilik kloset di sana. Sekarang, tinggal menunggu akal sehatnya. Tara menutup mata, mencoba untuk masuk ke akal sehatnya. Bibirnya masih terasa sedikit bengkak karena ciuman barusan. Oh iya..ciuman sama Jo. Cewek itu malah semakin memejamkan mata kuat2.
Nggak. Berhenti mikirin cowok itu. Dan, ciumannya. Dan, bibirnya. Shit. This is soo not zen-ish mind. It’s only a kiss, the unexpected one. Tapi ini nggak cuman ciuman. IT’S THE KISS.
Di depan orang2, bisa aja dia bilang kalau ciuman itu nggak ada kesan sama sekali. Tapi saat ini kan hanya ada dirinya sendiri di bilik kloset sempit ini. Satu2nya yg nggak boleh dia bodohi.
Damn. Tara nggak kebayang deh kalau sampai anak2 Mustika tahu soal dia dan Jo berciuman di studio. Nggak kebayang juga kayak apa muka Saskia saat mendengar berita itu. Tara geleng2 kepala. Tapi, dia malah lebih ngeri ngebayangin konsekuensi pasca ciuman tadi. Apakah dia suka sama Jo? Fall in lust with him?!
Dia pun mulai ngeh kalau logika dan kewarasannya mulai bekerja kembali. Hanya saja, kali ini mereka nggak datang sendirian. Ada si rasa bersalah juga..dan yg satu ini benar2 pain in the ass!
Setengah menyerah dan mulai nganggap semua penyesalan ini sia2 belaka, Tara pun akhirnya keluar dari bilik kloset. Dengan langkah gontai, dia menyeret tubuhnya ke depan wastafel. Tara memaki maki dirinya sendiri, kemudian mendengar suara gedoran dari luar.
“Ra! Tara!”
Suara itu..terlalu familier di telinganya.
“Gue tau lo di dalam Ra. Keluar bentar lah Ra..”
“Cepat atau lambat lo nggak bisa hindarin gue. Kita harus bener2 ngomong soal tadi”
Suaranya terdengar melas banget, samapi terbersit rada kasihan di benar Tara. Malah, dia sudah mau mau keluar dari kamar mandi dan menemui cowok itu di luar, tapi..nggak deh. Siapa yg bisa menjamin kejadian di studio itu nggak akan berulang?
“Tara...”
Telinga Tara tiba2 mendengar suara percakapan di luar kamar mandi. Suara cewek dan suara cowok...pasti Jo deh kalau yg ini. Entah ngomongin apa, pokoknya abis itu..hening. dan, krieeet, pintu kamar mandi tiba2 terbuka. Tara buru2 merapatkan dirinya ke dinding, nggak pengin kelihatan dari luar.
“Ngapain lo Kak Tar?” tanya Sayra, masih berdiri di depan pintu toilet.
“Nggak kenapa napa”
Sayra memutar bola matanya. Dia lalu melenggang dengan santainya ke bilik kloset.
“Oh by the way, lo tau nggak kak tadi kak Jo berdiri diri depan pintu?”
“Masa?”
Tara pura2 kaget. Dia sempat melihat mimik wajahnya di cermin. Beuh, nggak meyakinkan banget. Bahkan Manohara aja bisa akting kebih baik daripada itu.
“Iya. Aneh banget” kletak kletuk tumit sepatu Sayra berhenti tiba2
“Dia bukannya lagi nunggu lo ya kak?”
“Memangnya, dia bilang gitu ke elo”
“Nggak sih. Tapi, tetep aja mencurigakan” Sayra angkat bahu
“Tauk deh, ngapain coba dia nyariin Kak Tara, mending juga nyariin gue kan?”
Inner evil Tara pengin ngejambak Sayra dan make rambut hitam indahnya itu buat ngepel lantai toilet. Eits, kok Tara ngomong gitu ya. Apa jangan2 dia termasuk salah satu fans Jo?? Tapi kenapa juga Tara kesel?
“Say, lo suka sama Jo?”
“Astaga Kak, lo nggak mikir kalo gue seriusan kan tadi? Gue becanda menn” cewek itu tertawa2 dengan puasnya. Entah dibagian mana lucunya.
“Ya enggak sih, just saying” Tara mencoba tersenyum kaku.
Segera, setelah Sayra masuk ke bilik kloset, Tara pun keluur dari kamar mandi.
Jo, cowok yang di bayangan Tara bakal diputus kepalanya dengan samurai, malah terlihat tenang2 saja di kursinya. Tara mengetuk pintu masuk studio karena di dalam situ ada Mas Andi, senior Jo. Mas Andi menatap si tamu cukup lama, lalu menoleh ke arah Jo.
“Permisi”
“Euhm, mau ada urusan dikit sama Jo” cewek itu memaksakan tersenyum demi alasan basa basi.
Mas Andi nggak menyadari tatapan tajam dan pengin nyulek mata dari arah cewek itu dan malah tertawa2
“Oohh Jo toh..jangankan sedikit, urusan banyak juga pasti diladenin sama Jo, ya nggak Jo?” dia ketawa2 lagi (bener2 nggak peka ni orang).
Cowok itu tertawa kecil, dengan suara sedikit gemetar karena khawatir. Tampang cewek itu jelas bisa dikategorikan tampang ‘siap perang sampai titik darah penghabisan’. Dan dengan sekali lihat pun, Jo bisa menebak kemarahan Tara. Mampus.
“Okay, gue cabut dulu ya, man!” kata Mas Andi sambil melambaikan tangan. Mas Andi ada jadwal pemotretan di daerah Radio Dalam, buat pemotretan Fam di sebuah bengkel.
“Lampunya..”
“Biarin aja, tunggu Banda yang bawain ke bawah. Tolong telpon ke pantry aja ya, siapa tahu dia lupa” kata Mas Andi tersenyum penuh arti, sambil melirik Tara.
Jo menelpon Banda yang ternyata beneran lupa. Sambil telponan, Jo terus memandangi Tara yang terlihat nggak ada perubahan. Tetap beraura gelap.
“Udah?” tanya Mas Andi, sudah siap2 balik badan dan keluar dari ruang studio. Jo manggut2 mengiyakan.”
“Thanks Jo”
“Sama2, Mas Andi”
Sekarang tinggal dia dan Tara di sini. Jo pura2 nggak menyadari tatapan membunuh Tara.
“Tumben pagi2 dah mampir kemari..”
Ucapan basa basi Jo langsung dipootong ketus sama Tara
“Lo ngomong apa ke Andre di bawah tadi?”
“Andre?” tuh kan bener.., Jo membatin.
“Iya. Andre..jangan pura2 bego deh!” tumit sepatu Tara berkletak kletuk saat berjalan menghampiri Jo. Wajah cewek itu pun semakin jelas dan cowok itu semakin khawatir.
“Dia tadi nelpon gue marah2, bilang kalo lo ngusir dia di lobi. Otak lo lagi sembunyi di mana sih sampe nglakuin hal yg nggak penting gitu, heh?!”
Tara berhenti bicara karena Banda tiba2 muncul dan dengan langkah tertunduk2 masuk ke ruang studio dan permisi sebentar untuk mengambil lampu dan tetek bengek lainnya. Jo sedikit lega, tapi bukan berarti masalahnya selesai begitu aja. Tara masih di sini dan dia masih mau ngamuk2. Hanya Tuhan dan cewek itu yg tahu dia bakal ngomel2 kayak gimana.
“Entah gue yg beneran amnesia atau gimana ya, tapi seingat gue nggak pernah tuh ada pembicaraan sebelumnya sama lo yg intinya ngasih lo wewenang buat ikut campur sama kehidupan gue” cewek itu berdiri berhadap2an dengan Jo
“Especially soal Andre dan gue. I mean, what the fak?! Gue pikir kita lagi nyoba buat bersikap nice satu sama lain. Tapi ini..astaga! lo pengin ngobrak abrik hidup gue atau apa sih?”
“Wait, wait. Gue nggak suka nada bicara lo yg ngejudge gitu..”
“NGE JUDGE?!”
“Anggaplah gue yg salah barusan, anggaplah gue yg lancang..”
“Iya, lo memang salah dan lancang!” potong Tara cepat.
“Dengerin dulu! Tapi gue nggak ada maksud ngobrak abrik hidup lo, gue cuman pengin ngelurusin semuanya”
“Ngelurusin semuanya my ass, Jo! Cv urusan percintaan lo aja jelas2 nggak beres..gimana ceritanya lo ngerasa lebih expert daripada gue, hah!” wajah Tara terlihat sangat sakit hati
“Jadi, lo lebih milih Andre bikin lo sakit hati untuk kesekian kalinya gitu?!”
“Gue..”
“Dia nggak baik buat lo, Ra. Lo juga tau itu”
“IYA GUE TAU!” bentak Tara, nggak hanya marah ke Jo, tapi juga ke dirinya sendiri.
“Tapi tetap aja lo nggak ada hak buat ikut campur urusan gue”
Cewek itu menahan kuat2 keinginannya untuk menanangis. Tubuhnya gemetar. Bibirnya bergetar. Tetap nggak boleh, nggak boleh nangis di depan Jo, batin Tara.
Dia nggak pernah merasa semarah ini sama Jo. Kepalan tangan Tara semakin keras.
“Lo. Nggak. Ada. Hak!”
“......”
Mulut Jo ternganga, tapi dia nggak siap untuk mengatakan sepatah kata pun. Saat itu dia sadar, dia baru aja melakukan kesalahan teramat fatal.
Cewek itu tak bisa menahannya lebih lama lagi. Butir2 air mata menggenangi kelopak mata. Lalu turun ke pipi dengan gerakan perih yg teramat menyakitkan untuk dilihat. Tubuhnya gemetaran karena rasa sakit hati teramat sangat.
Nggak ada yang bisa dilakukan Jo kecuali menyalahkan dirinya sendiri.
“Fuck! Tara, Tara, please...jangan nangis...”
Tara langsung menepiskan tangan besar itu
“Aku minta maaf, okay...Sorry! There, I say it, please Tara..berenti nangis dong”
Jo menahan geram karena frustasi. Melihat Tara nangis membuatnya terluka juga dan terus menyalahkan diri sendiri.
“You know what, I’m done here”
Suara cewek itu masih terdengar lembut meskipun Jo sadar dia benar2 sakit hati.
“Tara, gue kan sudah bilang sori”
“Sori atau nggak, gue nggak peduli” suaranya serak. Mata Tara terlihat merah, karena air mata dan perasaan terpukul karena nggak menyadari Jo bisa berbuat seperti itu.
Apa memang dia segitu bencinya sampai nggak pengen liat gua bahagia?
“Pokoknya, mulai detik ini, lo berenti jadi orang yg ngurusin urusan gue”
“Iya, itu gue ngerti. Tapi Ra...Ra! Gue nggak mau lo pergi dalam keadaan marah begini” Jo mempercepat langkahnya, berusaha menyusul cewek itu.
Tara menepis tangan Jo dari pergelangan tangannya. Nggak bisa.
“Lepas..”
Jo menarik Tara mendekat ke arahnya. Menempel ke dadanya. Cowok itu tetap membisu, tapi wajahnya telihat sangat sedih. Tara bisa saja menjauhkan dirinya sekarang, tapi dia nggak mau. Tara lebih memilih menunggu.
Sorry, bisik cowok itu untuk kesekian kalinya, terlalu lirih hingga nyaris tak terdengar. Entah kenapa, kali ini Tara benar2 memercayai penyesalan cowok itu.
Sorry
Jari2 panjang itu menyentuh hati2 pipinya, mengusap jejak air mata dengan ibu jarinya. Tara memejamkan mata. Ini...ini jelas nggak seperti dugaannya.
“Gue nggak peduli berapa banyak kata maaf yg lo butuhkan untuk meyakinkan kalo gue bener2 menyesal. Tapi sumpah, gue nggak suka liat lo nangis. Apalagi nangis karna gue. Gue nggak bisa maafin diri sendiri nantinya”
Tara akhirnya memberanikan diri untuk membuka matanya. Jarak mereka terlalu dekat sekarang!
“Lo harus tau..gue bener2 care sama lo. I care for you too much, it hurts” Jo menangkup wajah Tara dengan kedua tangan. Sebelum cewek itu terpikir melakukan seusatu untuk mencegah hal selanjutnya yang paling mungkin terjadi...cowok itu mendekatkan wajahnya dan mencium Tara. Bibir Jo menyentuh bibir Tara, awalnya terasa lembut dan malu2. Ketika merasakan ujung lidah cowok itu di bibirnya, Tara langsung membukakan mulut untuknya. Membiarkan cowok itu melumat bibirnya dengan penuh gairah, menjelajahi mulutnya dengan antusisame yg tak pernah dia perkirakan sebelumnya. Tara mengerang. Suara mendambanya menggema pelan di dalam rongga mulut Jo.
Jo menghentikan ciumannya sesaat. Napasnya sedikit terengah2, tak disangka berciuman bisa membuat orang lupa untuk bernapas. Meskipun begitu, Jo tak membiarkan Tara menjauhkan diri darinya. Dengan lembut, dia menenggelamkan jari2nya di antara riak rambut di belakang kepala Tara, lalu mendekatkan kedua kening mereka.
Jo membiarkan cewek itu menyadari tatapan lapar di kedua matanya
“Is this okay?” katanya di sela2 napasnya yg memburu. Tara balas memandangnya, tapi nggak mengatakan apa2. Yang Tara lakukan kemudian hanya menganggukkan kepala.
Jo pun menciumnya lagi. Namun, kali ini, saat menyambut ciuman Jo yg mendamba bibirnya, Tara benar2 memejamkan mata dan membiarkan kedua tangannya menjadi pemandu bagi fantasi di pikirannya. Telapak tangannya menelusuri otot2 punggung Jo, yg terhalang kaos yg dipakai cowok itu, lalu turun hingga ke lekuk pinggul. Tangannya merasakan bahan kasar celana jeans dan kancingnya yg terasa dingin sekali saat disentuh. Cewek itu meremas bokong Jo refleks saat tubuh mungilnya didorong pelan ke dinding. Sekarang, dia benar2 berada di bawah kendali cowok itu. Merasa tak berdaya sekaligus kuat dalam waktu bersamaan. Tara berusaha mengingat2 kembali alasan dia tadi datang ke studio foto ini. Mencari Jo, tentunya. Tapi buat apa?
“Ew..tadi itu kalian berdua ngapain?”
Suara Bian segera menyentakkan keduanya untuk saling menjauh.
“Nggak ada. Nggak ada apa2” kata Tara. Napasnya masih tersegal2 karena ciuman barusan.
“Iya, biasa aja”
“Gue..lagi ngomongin soal kerjaan aja”
Okay, nggak meyakinkan, tapi namanya juga usaha. Iya kan?
“Jadwal pemotretan!”
Ah, Jo mulai pinteran sekarang.
“Iya, jadwal pemotretan. K-klo lo mau ngomong dulu sama Jo, gapapa, gue bisa kok balik lagi. Bye Jo”
“B bye”
Kini tinggal Jo dan Bian saja di ruangan itu. Mereka bertukar pandang tanpa berkata apa2.
“Ngomongin soal jadwal pemotretan? Oh, please. Kayak gue percaya aja” kata cowok cantik itu sambil geleng2 kepala. Jo tersenyum masam.
SKIP SKIP SKIP
Dari studio, Tara langsung ke kamar mandi cewek dan ngendon di salah satu bilik kloset di sana. Sekarang, tinggal menunggu akal sehatnya. Tara menutup mata, mencoba untuk masuk ke akal sehatnya. Bibirnya masih terasa sedikit bengkak karena ciuman barusan. Oh iya..ciuman sama Jo. Cewek itu malah semakin memejamkan mata kuat2.
Nggak. Berhenti mikirin cowok itu. Dan, ciumannya. Dan, bibirnya. Shit. This is soo not zen-ish mind. It’s only a kiss, the unexpected one. Tapi ini nggak cuman ciuman. IT’S THE KISS.
Di depan orang2, bisa aja dia bilang kalau ciuman itu nggak ada kesan sama sekali. Tapi saat ini kan hanya ada dirinya sendiri di bilik kloset sempit ini. Satu2nya yg nggak boleh dia bodohi.
Damn. Tara nggak kebayang deh kalau sampai anak2 Mustika tahu soal dia dan Jo berciuman di studio. Nggak kebayang juga kayak apa muka Saskia saat mendengar berita itu. Tara geleng2 kepala. Tapi, dia malah lebih ngeri ngebayangin konsekuensi pasca ciuman tadi. Apakah dia suka sama Jo? Fall in lust with him?!
Dia pun mulai ngeh kalau logika dan kewarasannya mulai bekerja kembali. Hanya saja, kali ini mereka nggak datang sendirian. Ada si rasa bersalah juga..dan yg satu ini benar2 pain in the ass!
Setengah menyerah dan mulai nganggap semua penyesalan ini sia2 belaka, Tara pun akhirnya keluar dari bilik kloset. Dengan langkah gontai, dia menyeret tubuhnya ke depan wastafel. Tara memaki maki dirinya sendiri, kemudian mendengar suara gedoran dari luar.
“Ra! Tara!”
Suara itu..terlalu familier di telinganya.
“Gue tau lo di dalam Ra. Keluar bentar lah Ra..”
“Cepat atau lambat lo nggak bisa hindarin gue. Kita harus bener2 ngomong soal tadi”
Suaranya terdengar melas banget, samapi terbersit rada kasihan di benar Tara. Malah, dia sudah mau mau keluar dari kamar mandi dan menemui cowok itu di luar, tapi..nggak deh. Siapa yg bisa menjamin kejadian di studio itu nggak akan berulang?
“Tara...”
Telinga Tara tiba2 mendengar suara percakapan di luar kamar mandi. Suara cewek dan suara cowok...pasti Jo deh kalau yg ini. Entah ngomongin apa, pokoknya abis itu..hening. dan, krieeet, pintu kamar mandi tiba2 terbuka. Tara buru2 merapatkan dirinya ke dinding, nggak pengin kelihatan dari luar.
“Ngapain lo Kak Tar?” tanya Sayra, masih berdiri di depan pintu toilet.
“Nggak kenapa napa”
Sayra memutar bola matanya. Dia lalu melenggang dengan santainya ke bilik kloset.
“Oh by the way, lo tau nggak kak tadi kak Jo berdiri diri depan pintu?”
“Masa?”
Tara pura2 kaget. Dia sempat melihat mimik wajahnya di cermin. Beuh, nggak meyakinkan banget. Bahkan Manohara aja bisa akting kebih baik daripada itu.
“Iya. Aneh banget” kletak kletuk tumit sepatu Sayra berhenti tiba2
“Dia bukannya lagi nunggu lo ya kak?”
“Memangnya, dia bilang gitu ke elo”
“Nggak sih. Tapi, tetep aja mencurigakan” Sayra angkat bahu
“Tauk deh, ngapain coba dia nyariin Kak Tara, mending juga nyariin gue kan?”
Inner evil Tara pengin ngejambak Sayra dan make rambut hitam indahnya itu buat ngepel lantai toilet. Eits, kok Tara ngomong gitu ya. Apa jangan2 dia termasuk salah satu fans Jo?? Tapi kenapa juga Tara kesel?
“Say, lo suka sama Jo?”
“Astaga Kak, lo nggak mikir kalo gue seriusan kan tadi? Gue becanda menn” cewek itu tertawa2 dengan puasnya. Entah dibagian mana lucunya.
“Ya enggak sih, just saying” Tara mencoba tersenyum kaku.
Segera, setelah Sayra masuk ke bilik kloset, Tara pun keluur dari kamar mandi.
Diubah oleh sayulovme 30-09-2014 04:55
1
Kutip
Balas