- Beranda
- Stories from the Heart
...
TS
jumpingworm





6th Story 



Spoiler for "The Menu":




5th Story : Wrap Your Heart




Spoiler for "The Menu":




4th Story : Irreplaceable 




Spoiler for The Menu:
Diubah oleh jumpingworm 16-07-2017 00:41
samsung66 dan anasabila memberi reputasi
2
102.6K
1.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
jumpingworm
#1264
31. Too Late
Aku terbangun dengan kepala sakit luar biasa.
Efek dari tidur sambil memikirkan tentang Sammy dan perkataannya semalaman.
Kuraih smartphone yang tergeletak di samping bantalku semalam.
Ada pesan singkat dari Pak Grandy.
"My plane will depart at 10. Cuma mau kasih tahu aja. I'll see you soon?"
Aku mematikan layar handphone dan kembali membenamkan wajah di bantal.
Terlintas lagi wajah Pak Grandy yang memandangnya lembut semalam sambil mengungkapkan perasaannya untuk kesekian kalinya.
Tapi di saat yang sama, terbesit juga wajah Sammy yang begitu terluka keluar dari pintu apartemenku.
Ketika waktu masih di Jakarta, kami naik motor berdua.
Ketika pesta kantor dan Sammy menggandengku.
Ketika Sammy sakit, aku merawatnya.
Dan ketika Sammy muncul lagi setelah berbulan-bulan absen dari kehidupanku.
Tanpa pikir panjang lagi, aku berlari bangkit dari ranjangku.
Aku mandi secepat kilat bagai orang kesetanan, dan langsung berlari ke luar apartemen.
Dengan sigap, aku melompat ke dalam taksi dan dengan nafas masih tersengal-sengal aku meminta supir untuk ngebut secepat-cepatnya ke bandara.
Mungkin ini kesempatan terakhir dari Tuhan agar aku dapat mengatakan yang sejujurnya kepada dia.
Sesampaiku di terminal bandara, aku membayar taksi dengan uang berkelebihan, kemudian aku menerjang masuk ke dalam.
Mengikuti petunjuk, aku menuju terminal keberangkatan Internasional.
Karena ceroboh dan langkahku yang sembrono, aku sempat menabrak seorang wanita paruh baya yang kemudian kususul dengan lusinan ucapan maaf.
Isi otakku benar-benar sudah konslet.
Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.
Jam 9 lewat 45 menit.
Waktu keberangkatan tinggal 15 menit lagi.
Dan itu artinya kemungkinan besar semua penumpang sudah masuk ke dalam pesawat.
Aku duduk di depan gerbang pemeriksaan menuju ruang tunggu terminal.
Langit-langit kaca tinggi di atas kepalaku terang benderang ditembus cahaya matahari.
Tapi justru aku semakin terpuruk.
Sepertinya aku sudah terlambat.
Mungkin ini hukuman bagiku karena sudah menggantungkan perasaan Pak Grandy, di saat yang sama terlarut dalam perasaan dengan Sammy.
Aku kehabisan waktu untuk memberi jawaban atas perasaanku.
Entah kapan lagi aku bisa bertemu dengannya.
Aku duduk di kursi dengan wajah depresi.
Pelupuk mataku mulai digenangi air, tanda banjir besar akan melanda.
Sepertinya memang nasibku tidak pernah bisa beruntung dalam percintaan.
Ataukah ini karma karena di kehidupan yang lalu aku mempermainkan cinta orang?
Pikiran - pikiran aneh mulai menjamahi otakku.
Kubiarkan hatiku meleleh terlarut dalam penyesalan.
Untuk saat ini saja...
Efek dari tidur sambil memikirkan tentang Sammy dan perkataannya semalaman.
Kuraih smartphone yang tergeletak di samping bantalku semalam.
Ada pesan singkat dari Pak Grandy.
"My plane will depart at 10. Cuma mau kasih tahu aja. I'll see you soon?"
Aku mematikan layar handphone dan kembali membenamkan wajah di bantal.
Terlintas lagi wajah Pak Grandy yang memandangnya lembut semalam sambil mengungkapkan perasaannya untuk kesekian kalinya.
Tapi di saat yang sama, terbesit juga wajah Sammy yang begitu terluka keluar dari pintu apartemenku.
Ketika waktu masih di Jakarta, kami naik motor berdua.
Ketika pesta kantor dan Sammy menggandengku.
Ketika Sammy sakit, aku merawatnya.
Dan ketika Sammy muncul lagi setelah berbulan-bulan absen dari kehidupanku.
Tanpa pikir panjang lagi, aku berlari bangkit dari ranjangku.
Aku mandi secepat kilat bagai orang kesetanan, dan langsung berlari ke luar apartemen.
Dengan sigap, aku melompat ke dalam taksi dan dengan nafas masih tersengal-sengal aku meminta supir untuk ngebut secepat-cepatnya ke bandara.
Mungkin ini kesempatan terakhir dari Tuhan agar aku dapat mengatakan yang sejujurnya kepada dia.
Sesampaiku di terminal bandara, aku membayar taksi dengan uang berkelebihan, kemudian aku menerjang masuk ke dalam.
Mengikuti petunjuk, aku menuju terminal keberangkatan Internasional.
Karena ceroboh dan langkahku yang sembrono, aku sempat menabrak seorang wanita paruh baya yang kemudian kususul dengan lusinan ucapan maaf.
Isi otakku benar-benar sudah konslet.
Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.
Jam 9 lewat 45 menit.
Waktu keberangkatan tinggal 15 menit lagi.
Dan itu artinya kemungkinan besar semua penumpang sudah masuk ke dalam pesawat.
Aku duduk di depan gerbang pemeriksaan menuju ruang tunggu terminal.
Langit-langit kaca tinggi di atas kepalaku terang benderang ditembus cahaya matahari.
Tapi justru aku semakin terpuruk.
Sepertinya aku sudah terlambat.
Mungkin ini hukuman bagiku karena sudah menggantungkan perasaan Pak Grandy, di saat yang sama terlarut dalam perasaan dengan Sammy.
Aku kehabisan waktu untuk memberi jawaban atas perasaanku.
Entah kapan lagi aku bisa bertemu dengannya.
Aku duduk di kursi dengan wajah depresi.
Pelupuk mataku mulai digenangi air, tanda banjir besar akan melanda.
Sepertinya memang nasibku tidak pernah bisa beruntung dalam percintaan.
Ataukah ini karma karena di kehidupan yang lalu aku mempermainkan cinta orang?
Pikiran - pikiran aneh mulai menjamahi otakku.
Kubiarkan hatiku meleleh terlarut dalam penyesalan.
Untuk saat ini saja...
Diubah oleh jumpingworm 24-03-2015 15:40
0