Hari-hari di kelas 3 masih berlanjut.
Aku lihat, Rimba sepertinya emang suka sama Haris. Seperti yang dibilangin sama gank rempongers waktu itu. Cuman aku sebodo amat sih. Dua-duanya temen deketku ini.

Hanya saja, perasaan ini aneh. Emang bener-bener gelisah, Geli-Geli Basah. Aku suka sama Rimba, bukan cinta. Ga mau perhatian dia teralihkan ke orang lain. Tapi aku juga suka berteman dengan Haris, dengan kepolosan dan kepintarannya. Kadang aku suka memperhatikan mereka berdua ketika di kelas. Rimba sering diskusi soal pelajaran ke Haris. Haris juga sama. Aku diskusi sama Ucup. Oh, no way. Dia ga level sama aku.

Entah gimana awalnya, tapi aku pikir Haris juga sama sukanya dengan Rimba. Hanya saja, karena kepolosan dan diamnya, mungkin Haris ga mau ngomong hal itu. Mungkin juga Haris pernah dan sering denger semua orang di kelas men-cie cie in aku atau Rimba ketika kita main berdua atau jalan berdua.

Hellooowwww,, kita masih kelas 3 SD dan ini seperti sudah kehidupan orang dewasa. Hahahaa. Kehidupanku waktu itu tak sekompleks ini.

Kadang, tanpa sengaja aku juga melihat mereka berdua saling pandang-pandang an. Entah disengaja atau tidak oleh mereka. Aku berpikir tentang perasaan mereka dan apa yang terjadi dengan mereka. Mungkinkah ini yang disebut jatuh cinta? Jatuh cinta antara Haris dan Rimba.

Aku lebih sering merasakan bahwa Haris dan Rimba begitu menikmati "cinta dalam diam" mereka. Mereka saling perhatian. Saling peduli satu sama lain, tapi tak ada ungkapan atau apapun itu namanya.

Mungkin mereka sudah sama-sama tahu bahwa mereka saling cinta. Atau mungkin sudah ada yang mengungkapkan perasaan di antara mereka. Entah Haris, entah Rimba. Rimba waktu kelas 2 saja sudah pernah ngomong suka sama aku. Siapa tahu kelas 3 ini dia juga mengatakan hal yang sama ke Haris. Atau mungkin karena sudah pernah mengutarakan rasa sukanya di kelas 2, jadi Rimba sudah tidak berani lagi mengungkapkan perasaannya sekarang, karena takut akan terjadi hal yang sama seperti dia di kelas 2 dulu?

Ahh, sepertinya aku makin tidak konsen belajar. Aku terlalu kecil untuk berpikir hal-hal tersebut. Ini hanyalah pikiran yang cocoknya dipikirkan oleh orang-orang dewasa. Tapi, nyatanya waktu itu aku memang memikirkan hal-hal bodoh seperti ini.

Pernah suatu hari sebelum ujian, Haris tanya sesuatu



"Syukurlah". Aku mungkin terlalu bodoh saat itu untuk mengetahui arti kata "Syukurlah" yang dikatakan Haris. Terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa Haris memang suka sama Rimba..