- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#407
5.18. Wake Me Up When September Ends 4
Seperti apa rasanya patah hati? Mungkin rasanya hampir sama seperti ketika lu ngerasa bisa ngerjain ulangan matematika dan ketika nilainya keluar, teroreeet.... lu dapet nol besar, dengan catatan tambahan dari guru tersayang yang perhatiaanya melebihi gebetan kita, besok-besok belajar yaaa..
Lebih mengerikan lagi selain patah hati kita juga dikhianati. Rasanya itu seperti sudah jatuh tertimpa tangga, kepleset masuk jurang, dan kemudian lu sadar di dalam jurang itu isinya maho semua.
Well, rasa-rasanya memang lebay. Tapi nyatanya kalau hidup ini kita ibaratkan permen tak semua orang mendapatkan permen manis macem permen pindy. Ada yang dapet pedas kayak kino rujak, ada yang dapet mint kayak relaxa. Dan tak semua permen itu satu rasa saja, contohnya nano-nano. Permen paling anti mainstream karena menyajikan beberapa rasa sekaligus, manis asem asin. Manisnya dari sakarin yang bisa bikin lu kena kanker brokenheartis, asemnya dari ketek banci yang bisa bikin lu bermutasi dadi makhluk zombius patahhatius,dan asinnyaa dari air...ah sudahlaah... Bombastis, fantastis, dan super sekali. Dan dari 6 miyar umat manusia di bumi ini, gue yang dapet itu permen nano-nano. Benar-benar rasanya diriku ini bagai Neo dari film the Matrix, the One.
Ratusan tahun yang lalu waktu gue masih SMP, yang namanya Bernard itu antusias sekali ngedukung hubungan gue sama Hanum. Dan meski gue gak bener-bener kenal sama tuh anak setidaknya ngerasa salut dengan jerih payahnya yang patut dikenang. Ya, setidaknya sampai gue tahu kalau pada akhirnya di pelukan dialah Hanum terjatuh. Fuck.
Dan kebencianku pada Hanum meningkat pula seiring dengan meningkatnya intensitas kemesraan mereka di sekolah. Tiap pagi nongkrong bareng, tiap istirahat suap-suapan gorengan, tiap pulang gandengan tangan sampai parkiran motor.
Sementara gue, meskipun sok-sokan tegar di sekolah. Pasang gaya selangit kemudian bilang,”lebay banget sih pacaran sampai segitunya.” Dalam hati cuma bisa gigit jari karena momen-momen berhargaku telah direbut oleh Bernard sialan itu. Itu momen gue bangsaaat.. itu momen-momen yang seharusnya gue jalanin dan lu berada di posisi gue sekarang, gigit jari dan kecewa. Bukan sebaliknya. Gitu teriak hati gue.
Kau tahu Riyani, mungkin kau paham betul seperti apa yang kurasakan dihati. Aku, orang yang merasa ingin membayar kesalahannya di masa lalu ternyata dipertemukan oleh realira yang sulit diterima. Gue berusaha memperbaiki diri, berusaha menjadi lelaki baik. Kala itu kupikir telah kutemukan cinta sejatiku, dan kuberikan hatiku. Semuanya tanpa kecuali hanya untuk menyadari, semuanya hanya mimpi.
Hatiku hancur dan remuk redam bagai para fans Kangen band waktu ngelihat seperti apa vocalist dari band kesayangan mereka. Mungkin tak hanya bakso saja yang diberi formalin tapi hatiku juga. Biar meskipun patah dan hancur tetap awet dan kenyal dimakan. Jadi meski makan ati tetap enak bagai makan bakso.
Bicara efek negatif dari patah hati emang gak ada habisnya. Gimana kalau kita ngomongin efek positifnya saja?
Positifnya adalah gue positif gila, tiap pagi sebelum berangkat sekolah gue ngaca di depan cermin dan ngomong sendiri sama bayangan diri gue. Dalam hati tentunya, kalau suara sampai keluar bisa berabe. Nyak gue bakal panik bawa gue ke psikiater atau malah ke rumah sakit jiwa sekalian.
Well, setidaknya masih ada sahabat gue yang care.. Lia.
Lebih mengerikan lagi selain patah hati kita juga dikhianati. Rasanya itu seperti sudah jatuh tertimpa tangga, kepleset masuk jurang, dan kemudian lu sadar di dalam jurang itu isinya maho semua.
Well, rasa-rasanya memang lebay. Tapi nyatanya kalau hidup ini kita ibaratkan permen tak semua orang mendapatkan permen manis macem permen pindy. Ada yang dapet pedas kayak kino rujak, ada yang dapet mint kayak relaxa. Dan tak semua permen itu satu rasa saja, contohnya nano-nano. Permen paling anti mainstream karena menyajikan beberapa rasa sekaligus, manis asem asin. Manisnya dari sakarin yang bisa bikin lu kena kanker brokenheartis, asemnya dari ketek banci yang bisa bikin lu bermutasi dadi makhluk zombius patahhatius,dan asinnyaa dari air...ah sudahlaah... Bombastis, fantastis, dan super sekali. Dan dari 6 miyar umat manusia di bumi ini, gue yang dapet itu permen nano-nano. Benar-benar rasanya diriku ini bagai Neo dari film the Matrix, the One.
Ratusan tahun yang lalu waktu gue masih SMP, yang namanya Bernard itu antusias sekali ngedukung hubungan gue sama Hanum. Dan meski gue gak bener-bener kenal sama tuh anak setidaknya ngerasa salut dengan jerih payahnya yang patut dikenang. Ya, setidaknya sampai gue tahu kalau pada akhirnya di pelukan dialah Hanum terjatuh. Fuck.
Dan kebencianku pada Hanum meningkat pula seiring dengan meningkatnya intensitas kemesraan mereka di sekolah. Tiap pagi nongkrong bareng, tiap istirahat suap-suapan gorengan, tiap pulang gandengan tangan sampai parkiran motor.
Sementara gue, meskipun sok-sokan tegar di sekolah. Pasang gaya selangit kemudian bilang,”lebay banget sih pacaran sampai segitunya.” Dalam hati cuma bisa gigit jari karena momen-momen berhargaku telah direbut oleh Bernard sialan itu. Itu momen gue bangsaaat.. itu momen-momen yang seharusnya gue jalanin dan lu berada di posisi gue sekarang, gigit jari dan kecewa. Bukan sebaliknya. Gitu teriak hati gue.
Kau tahu Riyani, mungkin kau paham betul seperti apa yang kurasakan dihati. Aku, orang yang merasa ingin membayar kesalahannya di masa lalu ternyata dipertemukan oleh realira yang sulit diterima. Gue berusaha memperbaiki diri, berusaha menjadi lelaki baik. Kala itu kupikir telah kutemukan cinta sejatiku, dan kuberikan hatiku. Semuanya tanpa kecuali hanya untuk menyadari, semuanya hanya mimpi.
Hatiku hancur dan remuk redam bagai para fans Kangen band waktu ngelihat seperti apa vocalist dari band kesayangan mereka. Mungkin tak hanya bakso saja yang diberi formalin tapi hatiku juga. Biar meskipun patah dan hancur tetap awet dan kenyal dimakan. Jadi meski makan ati tetap enak bagai makan bakso.
Bicara efek negatif dari patah hati emang gak ada habisnya. Gimana kalau kita ngomongin efek positifnya saja?
Positifnya adalah gue positif gila, tiap pagi sebelum berangkat sekolah gue ngaca di depan cermin dan ngomong sendiri sama bayangan diri gue. Dalam hati tentunya, kalau suara sampai keluar bisa berabe. Nyak gue bakal panik bawa gue ke psikiater atau malah ke rumah sakit jiwa sekalian.
Well, setidaknya masih ada sahabat gue yang care.. Lia.
0
