- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#406
5.17. Wake Me Up When September Ends 3
Her name is H. She was the first person who stole my heart and she was the first person who broke it.
Gue menulis itu diatas meja kelas gue terhitung 20 hari sejak gue putus dengan Hanum. Hidup gue mulai didominasi lagu-lagu patah hati dari Dewa dan Padi. Untung saja gue lahir sebagai generasi 90an, coba kalau gue jadi generasi masa kini. Generasi patah hati yang lagu-lagunya mewek abis, oh no!
Meja gue di kelas udah penuh coret-coretan puisi yang berkisar antara kesedihan, patah hati, dan amarah. Gue udah ngerasa bagai Chairil Anwar aje; cuma kurang tua dikit sama kena TBC; naudzubillah sih jangan sampai sih kena TBC. Meja gue sekarang lebih mirip prasasti daripada meja belajar.
Pikiranku kalut abis, sudah tiada semangat untuk sekolah. Memang benar kata Teh Ling-Ling penjual obat Cina deket halte, kalau anak sekolah harusnya bukan mikirin cinta tapi pelajaran. Gini nih akibatnya kalau sudah coba-coba. Cinta itu ternyata macam narkoba.
Sebelah gue Eka; yang mana temen gue dari SD juga; tampak sibuk baca buku entah apa. Kalau dari terawangan gue sih semacam buku debat agama atau apalah yang pasti bukan buku pelajaran. Mungkin dia punya cita-cita jadi pemersatu umat manusia. Tapi kepala gue udah cukup pusing mikirin cinta jadi gak ikut-ikutan dia deh. Sakitnya tuh disini; sambil nunjuk dada yang berbulu keriting.
Belum habis kesedihanku tiba-tiba temen cewek gue yang suka gosip; si Gentong; nyamperin.
Dan seketika itu juga gue rasanya pengen nyetel lagunya Dewa yang judulnya pupus. Baaaru kusadariiii~ cintaku bertepuk sebelah tangaaaaaan~..
Fuck shit fuck shit fuck shit fuck shit!! Amitaba.. gue merapal mantra sebisanya menyumpahi semua orang yang bikin hati ini sempit.
Sore itu gue pulang sekolah, jalan kaki sendirian. Langit mendung menumpahkan gerimis kecil-kecil, aku tak peduli. Rasanya pengen nyanyi lagunya D’massiv yang aku bukan siapa-siapa, tapi sayang jaman gue SMA belum dirilis. Ah, sudahlah.....
Gue menulis itu diatas meja kelas gue terhitung 20 hari sejak gue putus dengan Hanum. Hidup gue mulai didominasi lagu-lagu patah hati dari Dewa dan Padi. Untung saja gue lahir sebagai generasi 90an, coba kalau gue jadi generasi masa kini. Generasi patah hati yang lagu-lagunya mewek abis, oh no!
Meja gue di kelas udah penuh coret-coretan puisi yang berkisar antara kesedihan, patah hati, dan amarah. Gue udah ngerasa bagai Chairil Anwar aje; cuma kurang tua dikit sama kena TBC; naudzubillah sih jangan sampai sih kena TBC. Meja gue sekarang lebih mirip prasasti daripada meja belajar.
Pikiranku kalut abis, sudah tiada semangat untuk sekolah. Memang benar kata Teh Ling-Ling penjual obat Cina deket halte, kalau anak sekolah harusnya bukan mikirin cinta tapi pelajaran. Gini nih akibatnya kalau sudah coba-coba. Cinta itu ternyata macam narkoba.
Sebelah gue Eka; yang mana temen gue dari SD juga; tampak sibuk baca buku entah apa. Kalau dari terawangan gue sih semacam buku debat agama atau apalah yang pasti bukan buku pelajaran. Mungkin dia punya cita-cita jadi pemersatu umat manusia. Tapi kepala gue udah cukup pusing mikirin cinta jadi gak ikut-ikutan dia deh. Sakitnya tuh disini; sambil nunjuk dada yang berbulu keriting.
Belum habis kesedihanku tiba-tiba temen cewek gue yang suka gosip; si Gentong; nyamperin.
Quote:
Dan seketika itu juga gue rasanya pengen nyetel lagunya Dewa yang judulnya pupus. Baaaru kusadariiii~ cintaku bertepuk sebelah tangaaaaaan~..
Fuck shit fuck shit fuck shit fuck shit!! Amitaba.. gue merapal mantra sebisanya menyumpahi semua orang yang bikin hati ini sempit.
*****
Sore itu gue pulang sekolah, jalan kaki sendirian. Langit mendung menumpahkan gerimis kecil-kecil, aku tak peduli. Rasanya pengen nyanyi lagunya D’massiv yang aku bukan siapa-siapa, tapi sayang jaman gue SMA belum dirilis. Ah, sudahlah.....
0
