Aku..
Tak banyak yang bisa aku perbuat pada kisahku.. bahkan sekarangpun ada yang tak menginginkanku.. Penolakan dari ayah tama sudah cukup membuatku sakit.. Sepanjang acara aku hanya sendiri dan sesekali ditemani tama.. Aku bahkan tak berniat mengobrol dengan keluarga tama.. bahkan dina dilarang hanya untuk sekedar dekat denganku.. begitu malangnya nasib ku kali ini..

Tama meninggalkanku sendiri dan sedikit berbincang dengan orang tuanya.. Entahlah.. aku tak berpamitan.. dan bukannya tama menghampiriku dengan senyum bahagia.. justru aku merasa ada yang aneh dengannya..

Aku dan tama masih mengobrol namun ayah tama meneriakinya dengan nada sedikit sinis seperti biasa saat melihatku..

Mereka pergi meninggalkanku.. tentu ayah tama bahagia dengan ini.. namun ibu dan adiknya seakan bersedih melihatku.. aku tetap tersenyum dan mencoba menunjukan bahwa aku wanita terbaik yang akan diinginkan anaknya sampai kapan pun.. dan tak akan pernah berubah.. ya.. aku ratu rihati anaknya yang akan dia sia-siakan nantinya..

Aku menghela nafas panjang menguatkan hariku.. Setidaknya aku tak akan bertemu tama untuk beberapa hari kedepan.. karena pastu dia akan disibukan dengan urusan rumah atau sekedar berargumen dengan ayahnya.. Tama mungkin dewasa tapi dia tidak begitu tegas untuk melawan orang tuanya.. karena dia sangat menghargai orangtuanya.. jadi biarkanlah hubungan ini berjalan dengan seiringnya waktu..

Aku menelepon taxi dan masih seperti orang termenung dengan tatapan kosong menunggu taxi yang aku pesan.. Bahkan sampai taxi itu tiba aku hanya diam.. didalam taxi juga aku tak begitu menghiraukan sekitarku dan hanya diam.. sampai supir taxi mengajakku berbicara..

Dan kami tak berbicara sampai tiba dirumah.. yang dusambut oleh andra yang keluar rumah.. entha sejak kapan dia ada dirumah.. Pak taxi yang melihatnya berkata polos..

Dia sedikit memperhatikan raut wajahku yang tak enak dipandang.. aku bahkan tak berkata apapun kepadanya.. yang membuatnya tak tahan ingin bertanya padaku..

Aku seakan cuek dan hanya fokus membersihkan diriku.. Aku bingung.. ingin menangis pun tak bisa.. apalah aku ini.. hanya satu dari sekian makhluk TUHAN yang berwujud manusia namun aku mengharapkan aku dianggap oleh semua manusia.. sungguh sangat egois..

Kami menghabiskan waktu bersama.. bersantai dan mengobrol.. aku mengirim sms ke renan bahwa aku pulang ke kosan ku.. agar dia tak menungguku dan tama dirumahnya.. Biarkan aku memendam kesedihan yang aku rasakan sekarang dan selamanya.. Betapa jelasnya terbayang penolakan itu sampai sekarang.. dan aku menerimanya.. aku menerima dengan ikhlas segala penolakan itu tanpa menuntut sebuah penjelasan..