Kaskus

Story

fj2605Avatar border
TS
fj2605
Perjalanan Hidupku (Dari Bully sampai Pelecehan)
PERJALANAN HIDUPKU

Misi agan dan sista, numpang bikin cerita yaaaa......
1. Ini cerita nyata, jadi diangkat dari kehidupan yang aku jalani.
2. Sengaja pake akun klonengan karena takut ada yang tersinggung
3. Please, jangan kepo yaaa.. aku juga punya RL yang harus aku jalani
4. Kalo ada pertanyaan yang sifatnya pribadi, tanya lewat pm aja yaa, jangan di trit ini
5. Please, jangan hakimi aku karena cerita ini..


Quote:



Quote:
Diubah oleh fj2605 09-04-2016 20:05
anasabilaAvatar border
padaswAvatar border
sandiajAvatar border
sandiaj dan 2 lainnya memberi reputasi
3
189.9K
1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
fj2605Avatar border
TS
fj2605
#1
PROLOG & PART 1 - Awal Masuk SMP
Sudah lebih dari 15 menit aku mengunggu bus kota yang biasa mengantarku pulang – pergi kuliah, namun bus yang sudah seperti jemputan untukku itu belum juga datang. Mungkin karena ini masih siang, dan biasanya kalau siang hari bus sangat sepi, sehingga supir dan awak bus mungkin merasa malas-malasan untuk menarik di siang bolong seperti ini. Karena, pasti uang setoran yang mereka dapatkan akan sangat sedikit.
Dari posisi duduk – berdiri – duduk – berdiri, begitu seterusnya aku merasa bosan karena lama sekali bus yang aku tunggu tak kujung datang. Akhirnya, aku memutuskan untuk terus berdiri dan menunggu di pinggir halte, dekat sekali dengan jalan raya, tepat di bibir trotoar, mungkin kalau saja ada motor atau mobil yang menyambar aku bisa saja tertabrak. Karena sangat dekatnya aku dengan jalanan.

Tiba-tiba ada mobil jenis sedan keluaran eropa berwarna hitam mendekatiku. Sepintas aku melihat pengemudinya adalah seorang laki-laki. Lalu aku langsung menjauh. Disamping aku takut tertabrak, karena sangat dekatnya aku dengan jalanan, aku juga takut kalau yang berada didalam mobil itu adalah laki-laki hidung belang atau “Om-Om Senang” yang suka mencari “Daun Muda” untuk dikencani. Aku takut, kalau orag yang di dalam mobil itu menganggapku cewek gak benar, atau yang biasa disebut dengan “Ayam Kampus”.

Spekulasi yang ngawur mulai bermunculan di otakku, aku jadi berpikir yang tidak-tidak, berpikir yang tidak pantas, dan berpikiran kotor. Jadi, aku memutuskan untuk menjauh dan kembali duduk di halte. Lalu kaca mobil itu terbuka, sepertinya orang yang ada di dalam mobil itu mengenaliku karena ia seperti memanggil-manggil namaku. Dan aku juga seperti tidak asing dengan wajahnya yang berparas setengah bule, berhidung mancung, dan berambut coklat kehitaman. Pada saat kaca mobil itu terbuka lebar dan aku melihat dengan jelas orang yang ada dimobil itu, aku terkejut bukan main. ASTAGA!!! Ternyata orang yang ada di mobil itu adalah Hans Suryanto, mantan pacarku yang telah berpisah denganku kurang lebih 2 tahun lamanya.

Yah, Hans yang dulu adalah cinta pertamaku, Hans yang dulu selalu memanjakanku, Hans yang dulu sangat romantis, Hans yang dulu selalu memperlakukanku bagaikan seorang ratu, Hans yang telah menyakitiku dan meninggalkanku karena ia harus menikahi wanita lain. Aku benar-benar terkejut bukan main. Aku tidak tahu harus berbuat apa, harus melakukan apa, aku benar-benar seperti disiram adukan semen, mematung dan tidak dapat bergerak sedikitpun.

Aku benar-benar tak tahu apa maksud dan tujuannya datang menghampiriku. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku saat ini. Mengapa ia menjemputku? Dari mana ia tahu aku kuliah disini? Dan mengapa ia datang lagi disaat aku sudah bisa mencoba untuk melupakannya? Dan banyak lagi pertanyaan yang satu persatu bermunculan di benakku.

Aku pikir, Hans sudah tidak mau tahu lagi keadaanku. Tetapi, yang membingungkan adalah, aku sudah loose contact dengannya selama kurang lebih 2 tahun, tapi darimana dia tahu keberadaanku sekarang, bahkan tepat sekali saat aku ingin pulang kuliah. Apakah dia masih mengawasiku?

Hans memang mempunyai sifat spionase, sebisa mungkin dia akan membuntutiku kemanapun aku pergi, bertanya-tanya tentang keadaanku kepada orang-orang yang mengenalku, dan selalu mengawasi accout social media kepunyaanku. Mungkin maksudnya adalah melindungiku. Namun, disaat seperti ini, saat dia tahu bahwa aku dan dia tidak mungkin bersatu lagi, hal ini menjadi sangat menggangguku.

Hans: “Lita, ayo masuk!”
aku: hanya diam, dan tidak menuruti ajakannya masuk kedalam mobil.
Hans: “Come on Lita, masuk mobilku, biar aku antar pulang.”
aku: masih diam, malah membuang muka pura2 tidak mengenalinya
Hans: “Please Lita, masuk mobil aku!” (teriaknya makin keras)

Karena keegoisanku aku benar-benar tak mau menoleh sedikitpun kepadanya, aku berusaha tidak melihatnya sama sekali. Tapi sifat gigihnya yang selalu aku senangi sedari dulu tidak membuatnya menyerah untuk mengajakku masuk kedalam mobilnya. Lalu, ia turun dari mobilnya dan memaksaku masuk kedalam mobilnya.

Hans: “Please Lita, Please… aku mohon kali ini aja kasih aku kesempatan untuk mengantar kamu pulang kerumah.”
aku: diam aja, gak berpaling sedikitpun dan masih membuang muka
Hans: “Lita, I beg to you, aku mohon ikut aku.. tolong Lita, tolong ikut kemobilku sekarang.” (Hans memegang tanganku dan menariknya dengan lembut)
aku: “Tolong lepas pegangan anda dari tangan saya!!” (teriak kecil, namun ketus)
Hans: “Aku gak akan pernah melepas ini sampai kamu mau ikut aku dan aku antar kamu pulang.”
aku: “Tidak akan pernah terjadi lagi, kamu gak akan pernah boleh mengantarku kemanapun itu!”

Pikirku dalam hati, “Hans, kamu sekarang sudah jadi suami orang, tolong jangan buat aku sakit hati lagi, udah cukup borok yang udah kamu berikan selama ini sama aku.” Namun, aku tetap stay cool dan tidak menunjukkan kegelisahan hatiku sama sekali, bahkan aku mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Hans yang begitu kuat memegang pergelangan tanganku.

Keadaan jalanan menjadi sangat macet sekarang, Hans memarkir mobilnya secara sembarangan tepat di depan halte. Namun, aku tetap tidak mau ikut dengannya. Ada beberapa orang yang terlihat kesal dengan kemacetan yang kami buat ini. Bahkan, ada salah satu tukang ojek berteriak-teriak.

Tukang Ojek: “Udah, ikut aja mba, berantemnya dilanjutin di rumah aja nanti!”
Hans: “Kamu lihat kan? Kamu udah buat jalanan macet karena keegoisan kamu ini. Ayo, ikut aku sekarang!”

Aku melihat keadaan semakin runyam, aku bertanya-tanya dalam hati, apakah aku harus ikut dia? Aku ragu sekali kali ini. Aku benar-benar tidak bisa mengambil keputusan. Sekarang, bukan hanya tukang ojek itu yang berteriak kepadaku, makin banyak orang yang kesal kepadaku karena telah menimbulkan kemacetan. Aku akhirnya luluh, dan ikut ke mobil Hans, karena aku tidak mau keadaan jalanan semakin ramai dan macet karena ulah Hans dan juga aku.

Aku: “Aku sudah dewasa, aku bisa pakai sit belt sendiri, gak udah berlebihan kayak gitu!!” (aku membentak hans, karena tangannya sudah mau menarik sit belt dan memasangkannya untukku)
Hans: “Aku hanya memastikan kamu memakainya dengan benar.”
Aku: “Aku bukan orang dari hutan, ataupun pedalaman, aku tahu cara memakai sit belt dengan baik dan benar!”
Hans: “Oke. Aku melakukan ini demi keselamatanmu.”
Aku: “Di depan aku turun!”
Hans: “NO!!!! aku akan antar kamu sampai rumah, bahkan sampai kamu masuk rumah dengan selamat”
Aku: “Aku sudah dewasa sekarang, aku bisa jaga diriku sendiri dan bisa pulang sendiri dengan selamat. Jadi tolong, di depan kamu minggir, karena aku mau turun dan pulang sendiri!!”
Hans: “Aku bahkan tidak akan pernah membiarkan kamu pulang sendiri hari ini. So, jangan meminta aku lagi buat menurunkanmu di pinggir jalan”
Aku: “Oke, aku aka loncat dari mobil ini sekarang!”
Hans: “Loncat dari mobil? Erlita Evelyn, I really know who you are. Kamu gak akan mungkin berani loncat dari mobil. Jangan coba mengancamku lagi ya!” (sambil mengacak2 rambutku)
Aku: “Don’t you ever touch me again!!”

Aku diam seribu bahasa saat perjalanan pulang. Aku tidak tahu harus membahas apa, aku tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Aku benar-benar membeku, diam seperti patung batu. Aku hanya terdiam melihat ke jendela mobil, lalu aku tersadar bahwa ini bukan jalanan menuju rumahku.

Aku: “Kamu mau bawa aku kemana? Ini bukan jalan menuju rumahku! Apa kamu udah lupa jalan menuju kerumahku?”
Hans: “Aku gak akan pernah lupa jalan menujju rumahmu.”
Aku: “Terus, kita mau kemana?”
Hans: “Kamu pasti belum makan siang, kita makan siang dulu sebelum kamu pulang ke rumah. Aku gak akan pernah mau lihat kamu menahan lapar hanya karena gak punya uang untuk makan siang di kampus. Aku gak mau kamu sakit karena magh kamu kambuh gara-gara kamu menahan lapar.”

Ternyata, ia masih ingat kalau aku punya penyakit magh dan aku sering menahan lapar karena tidak punya uang untuk makan siang dan akan membalas dendam dengan makan sebanyak-banyaknya saat sampai kerumah. Satu hal lagi yang membuatku heran. Darimana Hans tau kalau aku tidak punya uang untuk makan siang hari ini ya? Di perjalanan, aku kembali terdiam tanpa berkata-kata apapun.

Mungkin ini jawaban dari firasatku yang sangat tidak enak hari ini. Jawaban atas lemasnya jantungku karena berdetak sangat kencang yang disebabkan oleh perasaan tidak enak yang melandaku siang ini. Yaps, ini adalah kejutan. Namun, ini adalah kejutan yang sangat menyakitkan, kejutan yang dapat mengorek luka lama yang sedang kuobati. Dan apapun kejutan itu, dari dulu aku sangat tidak suka dengan kejutan. Apapun bentuk kejutan itu.


PART 1 - Awal Masuk SMP

Quote:


Diubah oleh fj2605 30-08-2014 18:40
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.