- Beranda
- Stories from the Heart
17 Seventeenth
...
TS
nabilla0414
17 Seventeenth
Quote:
Apasih yang dilakukan remaja disaat usianya akan menginjak 17 tahun?
Belena Alvarez, gadis yang akan menginjak usia ke-17. Hampir semua yang bernuansa 17 melekat dalam dirinya.
Namun, karena satu hal. Membuat ia menjadi membenci angkat 17.
Kenapa? I don’t know soo
Belena Alvarez, gadis yang akan menginjak usia ke-17. Hampir semua yang bernuansa 17 melekat dalam dirinya.
Namun, karena satu hal. Membuat ia menjadi membenci angkat 17.
Kenapa? I don’t know soo
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
kalo sekiranya belom muncul di index, coba liat last page. soalnya kadang ane update lewat HP jadi susah mau masukin index. makasih 

Diubah oleh nabilla0414 22-09-2014 19:46
anasabila memberi reputasi
1
29.4K
Kutip
264
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nabilla0414
#173
Part 52
Spoiler for Part 52:
Quote:
Hansel berjalan menuju salah satu ruangan dokter. ia pun memasuki ruangan 104, tepatnya ruangan dr Gondo Terine, SpPD. Hansel membuka pintu ruangan itu dan mendapatkan seorang doker sedang menulis laporan di mejanya
"Pah"sapa Hansel
Dokter itu pun menoleh sesaat dan kembali menulis "Oh, kamu" kata dokter itu. Hansel segera duduk di bangku kosong di depan meja dokter. Tak lama dokter itu segera berhenti menulis dan menatap wajah Hansel yang tampak kebingungan
"Ada apa? Pasti nanya soal Belen?" tanya dokter itu
Hansel mengangguk ragu. Dokter itu tersenyum dan mengacak-acak kepala putranya. Sayang
"Belen baik-baik aja, memang dia masih butuh pengawasan ketat. Tapi for all, gak ada yang perlu di khawatirin kok. Memang penanganan yang hampir sedikit terlambat saja tadi" jawab dokter itu santai
*****
Gio berdiri mematung di depan kaca yang langsung mengarah ke satu ruangan memandang tepat ke satu titik. Belen. Belen yang sedang terbaring lemah tak berdaya, dengna Ventilator terpasang di hidungnya, selang infus di pasangkan di pergelangan tangannya dan ECG (alat pendeteksi denyut jantung) di tubuhnya. Belen benar-benar terlihat kritis

Entah kapan dia akan sadar..
Kata-kata itu terngiang di kepalanya sampai-sampai dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri
Apa dia akan sadar? Apa dia akan kembali seperti dia yang dulu? Apa dia akan kembali berkumpul bersama yang lainnya? Apa dia akan tersenyum kembali? Gio, please! Positive untk orang yang lo sayang, jangan pernah lo abaikan keajaiban yang akan Tuhan berikan kepada umat-Nya. Mujizat Tuhan itu nyata, Tuhan gak pernah tidur dia pasti selalu menjaga Belen dimana pun saat ini Belen berad
aDarian dan James sudah pulang. Tinggal Bryan dan Tasya yang sedang menunggu di ruang tunggu. Boy dan Brandon, mereka sedang mengurus administrasi
"Yo, gue bener-bener say thanks banget sama lo. kalo gak ada lo, entah adek gue kayak apa sekarang ini" Kata Bryan berdiri di hadapan Gio yang masih mematung memandangi Belen yang sedang terbaring. Gio tak membalas ucapan Bryan
"mong, aku mau pulang. Mama aku udah telpon aku nyuruh pulang tadi" kata Tasya yang tiba-tiba berdiri di samping Bryan
"Aku anterin kamu pulang" kata Bryan
"Gak usah deh, aku naik taksi aja" tolak Tasya
"Gak, kamu pergi sama aku jadi kamu pulang juga harus sama aku" kata Bryan lalu berpamitan kepada Gio buat nganterin Tasya pulang
Tak lama mereka pergi, Boy datang bersama Brandon
"Lo gak balik?" tanya Boy menepuk pundak Gio
Gio diem bener-bener layaknya orang menyesal
"Udah lah gak usah dipikirin, yang penting adik gue sekarang gak kenapa-kenapa" lanjut Boy
Gio masih diam. Ia terdengar membuang nafasnya keras "Boy, gue mau tanya satu hal sama lo" kata Gio kemudian
"Mau tanya apa?" tanya Boy
"Apa Belen masih benci sama gue?" tanya balik Gio
Boy ngerutin keningnya bingung
. Ia memasang wajah seperti bertanya 'maksud lo?'. Gio terdengar kembali membuang nafasnya keras. Boy mengajak Gio untuk keluar dari tempat ini. Tepatnya mereka ke taman rumah sakit. Boy langsung duduk di bangku taman menatap Gio yang terlihat canggung
"Sekarang, lo ceritain semuanya ke gue" kata Boy memecah keheningan di antara mereka berdua
Gio menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya dari mulut terdengar begitu keras. "Mungkin ini kesalahan fatal yang udah gue lakuin ke Belen" katanya kemudian diam. Boy masih terlihat bingung.
Mengerutkan keningnya dan menatap cowok yang duduk di sebelahnya itu "Gue tau, Belen itu bukan cewek biasa yang sering gue temuin dimanapun. Dia beda.. Dia..." Gio menjeda sejenak perkataannya. Boy masih menunggu untuk melanjutkan ucapannya
"Maybe, She is my first love" lanjut Gio. "Okay, I know, banyak cewek yang deketin gue dan mau jadi pacar gue. Bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk bisa kenal dan deket sama gue. Tapi bagi gue, mereka itu sama aja. Cuma cewek manja dan egois yang cuma mandang orang dari fisiknya aja"
"Jadi, gosip anak-anak tentang lo sebagai heartbreaker itu? Salah?" tanya Boy mulai mengambil kesimpulan dari omongan Gio barusan. Gio cuma mengangguk sekali dengan memainkan kedua alisnya
"Bukan gue yang deketin mereka, tapi mereka yang deketin gue" jawab Gio hampir terdengar seperti kesal. "Tapi Belen beda, di mata gue mungkin dia hampir sama kayak cewek-cewek lain, tapi.. Gue ngerasa ada yang beda dari dia. Okay gue tau dia galak, dia childish, dia cuek tapi entah kenapa semua sifatnya itu yang bikin gue suka sama Belen dan sayang sama Belen" lanjut Gio
"Waktu dia nyuruh gue buat jauhin dia, okay gue ngejauh karena itu permintaan dia dan karena gue sayang sama dia. Tapi selama ini gue gak pernah ngejauh dari dia, gue selalu nyari dia dimanapun dia berada dan.. mungkin dia lebih bahagia tanpa gue sekarang" lanjut Gio lagi
"Lo salah bro" Boy menepuk bahu Gio. "Gue tau adek gue itu kayak gimana. Mungkin dia juga suka sama lo, tapi biasalah namanya cewek pasti dia gengsi kalo bilang duluan kalo dia suka sama kita. Hampir setiap hari semenjak lo gak muncul-muncul lagi di depan dia, dia selalu uring-uringan gak jelas di kamarnya" lanjutnya
Boy menelan ludah, "Dia gak pernah kayak gini sebelumnya dan itu pasti ada satu penyebabnya dan mungkin itu penyebabnya adalah elo"
Gio mengerutkan keningnya bingung. Tapi Gio masih menunggu kelanjutan Boy untuk menjelaskan semuanya
Boy mengendus nafasnta keras, "Iya elo, gue baru sadar ternyata dia sering banget teriak-teriak nyebut-nyebut 'playboy' dan 'heartbreaker' dan gue baru tau ternyata yang dia maksud itu elo. Waktu gue lagi jalan berdua sama lo, gue juga gak sengaja liat ekspresi Belen itu kayak gimana. Gak mungkin banget dia benci sama orang tapi ekspresinya gak kayak biasanya dia benci sama orang, cuek. Dan cuma elo yang bikin adek gue berubah dan semenjak ketemu elo, Dia sekarang agak begitu peduli dengan pemanpilannya"
Gio terdengar tertawa kecil
"Oh iya, terus yang Belen bilang soal lo playboy playboy itu?"
"Belen salah paham sama gue. Dia pernah liat gue jalan sama cewek lain dan itu.." Gio menahan tawanya. "Dan itu ternyata gue jalan sama adik gue sendiri, si Blenda" lanjut Gio masih menahan tawanya
Boy cuma ber'oh' dan kemudian tertawa. Entah mengapa Gio tak membicarakan soal alasan ia mendekati Belen yang hanya ingin melindungi Belen dari ancaman Brittany, Adelle dan Jake. Yah, Jake.
0
Kutip
Balas