- Beranda
- Stories from the Heart
17 Seventeenth
...
TS
nabilla0414
17 Seventeenth
Quote:
Apasih yang dilakukan remaja disaat usianya akan menginjak 17 tahun?
Belena Alvarez, gadis yang akan menginjak usia ke-17. Hampir semua yang bernuansa 17 melekat dalam dirinya.
Namun, karena satu hal. Membuat ia menjadi membenci angkat 17.
Kenapa? I don’t know soo
Belena Alvarez, gadis yang akan menginjak usia ke-17. Hampir semua yang bernuansa 17 melekat dalam dirinya.
Namun, karena satu hal. Membuat ia menjadi membenci angkat 17.
Kenapa? I don’t know soo
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
kalo sekiranya belom muncul di index, coba liat last page. soalnya kadang ane update lewat HP jadi susah mau masukin index. makasih 

Diubah oleh nabilla0414 22-09-2014 19:46
anasabila memberi reputasi
1
29.4K
Kutip
264
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nabilla0414
#168
Part 51
Spoiler for Part 51:
AUTHOR POV
Gio menyantap kwetiaw rebus yang ada di hadapannya pelan-pelan. namanya juga panas, ya pasti pelan-pelan lah

"Uhuk.. Uhuk..!"suara Belen batuk
Telapak tangan Belen memeluk lehernya. Nafasnya terlihat gak beraturan dan lambat. "Gio" Suara yang ia keluarkan pun juga gak seperti suara yang ia keluarkan biasanya. Serak

Gio langsung menoleh ke gadis yang ada di hadapannya. Ia begitu terkejut melihat kondisi gadis itu yang tak seperti biasanya. Ia melihat kulit Belen yang kemerahan dan kaligata. Telapak tangan Belen memeluk lehernya
"Belen lo kenapa?
" cepat, Gio beranjak dari tempatnya dan duduk di sebelah Belen. Melihat kondisi Belen yang aneh seperti ini, ia tampak begitu terkejut, khawatir dan cemas. Tiba-tiba Belen pingsan. Spontan Gio langsung membopong tubuh gadis itu dan berlari menuju klinik yang ada di dalam arena tersebutSetibanya di sana, Gio langsung membaringkan tubuh gadis itu di atas bed. perawat yang sdang bertugas segera memasangkan veltilator kepada Belen. Perawat menanyakan apa yang terjadi kepada pasien tersebut kemudian Gio menjelaskan secara mendetail kejadian sebelum belen seperti ini
Perawat itu pun memeriksa kondisi Belen dengan stetoskop dan menyentuh denyut nadi di leher
"Dia harus cepat dibawa ke rumah sakit. Alerginya sudah terlalu parah dan denyut nadinya pun sudah melemah" kata perawat yang bertugas menangani Belen tersebut
Rasa cemas Gio semakin menjadi-jadi. Ia hanya menganggukkan kepalanya menuruti apa yang diperintah oleh perawat tersebut. Gio kembali membopong Belen dan bersama perawat tersebut ia berlari keluar dari arena permainan Dufan menuju parkiran mobil. Tepat dimana mobilnya diparkirkan
Belen dan perawat itu duduk di kursi belakang, sementara Gio masih terfokus kepada jalan. Gio membawa mobilnya dengan kecepatan sebisanya. Ia melajukan mobil ke sebuah rumah sakit yang tak jauh dari kawasan tersebut
SILOAM HOSPITAL
Belen segera di larikan ke IGD. Dokter yang bertugas di ruangan ini cepat bertindak. Gio di cegah masuk oleh perawat yang berugas, ia pun menunggu di depan ruang tunggu IGD. Ia terlihat begitu cemas, khawatir dan takut, bila terjadi apa-apa dengan gadis yang ada di dalam ruangan tersebut

"Gio?" panggil seseorang dan GIo langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Wajahnya tampak tak asing lagi di mata Gio. Tapi siapa? Dia memakai jas dokter dan Gio melihat papan nama yang terpasang di jas tersebut MAXIMILLIAN BENJAMIN ALVAREZ? Kak Beben?

"lo ngapain disini? Siapa yang sakit?" tanya Beben
"Alergi Belen kambuh kak" jawab Gio terdengar seperti menyesal. "Tapi sumpah gue gak tau kalo makanan yang dia makan itu rasanya pedes" lanjut sengaja memberi jeda beberapa detik
Beben terlihat begitu terkejut dan Gio menceritakan kembali kejadian sebelumnya. Saat dimana mereka berdua terpisah dari yang lain dan saat dimana mereka berdua mencari keberadaan 4 orang tersebut. Sampai-sampai ponsel mereka pun tidak ada yang dapat di hubungi saat Gio menelepon mereka satu per satu
Beben langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas putihnya dan entah siapa yang dia telpon, yang jelas seperti orang itu adalah orang terdekat di keluarga mereka. Setelah menelpon, Beben pun segera berlalu masuk ke dalam ruang IGD
Beben mendapatkan adiknya terbaring lemah di atas bed dengan Ventilator dan selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Dokter sedang menangani dengan menggunakan Drfinilator (alat pengejut jantung)
"All clear?" tanya dokter cemas
"Clear" jawab suster
Beben segera membantu menangani dokter itu. Walaupun dia masih terbilang mahasiswa kedokteran semester 3, tetapi masalah menangani seperti ini dia sudah mempelajarinya di dalam teori maupun praktik
"Kamu kuat dek.. Kamu kuat!
" Teriak Beben dalam hatinya ketika melihat kondisi adik bungsunya dari dekatKulit Belen semakin memerah. Kelopak matanya membengkak dan kemerahan. Bibirnya pun juga mengalami pembengkakan. ECG menunjukkan kondisi belen sangat kritis dengan denyut jantung di bawah normal
Sementara Beben dan beberapa tim medis yang menangani Belen sedang melakukan penanganan, di depan ruang tunggu IGD Gio terduduk diam dengan perasaan cemas dan sangat khawatir. Takut terjadi apa-apa dengan gadis yang berada di dalam ruangan itu. Takut apa yang sudah ia harapkan tak seperti apa yang ia harapankan.. Takut..

"Argh!" Gumam Gio kemudian menyenderkan tubuhnya ke badan bangku dan kepala ia senderkan di dinding, kepalanya mendongak ke atas menatap langit-langit dengan pikiran kosong dan rasa cemas dan juga khawatir yang menghantuinya
"Gio!" panggil seseorang
Gio segera menoleh ke sumber suara itu. Di dapatnya seorang pria, mengenakan kemeja rapih dan celana bahan hitam panjang besertam sepatuh hitam. Gio sudah tak asing lagi dengan wajah pria tersebut. ia bangkit dari tempat duduknya. Gio menundukkan kepalanya. Pria itu memandang Gio dengan tatapan bingung. Walaupun mereka berdua sama-sama begitu cemas dan khawaitr, tetapi mereka berdua tampak begitu tenang. Terutama pria tersebut. Ia memandang Gio dengan wajah calm namun dalam
"Yang lain dimana?" tanya pria itu. yang gak lain adalah Kak Brandon
Gio diam, kepalanya masih tertunduk lesu. "Mereka semua lagi menuju kesini, kak" jawab Gio dengan nada tampak seperti orang kecewa
Brandon membuang nafasnya keras kemudian memegang pundak Gio
"Gio!" Teriak beberapa orang memanggil nama Gio disaat yang bersamaan. Gio dan Brandon langsung menolah mendapatkan Boy, Darian, Hansel, James, Tasya dan Bryan datang dan menghampiri mereka berdua
Brandon langsung berbalik badan dan mendapatkan mereka ber-6 berdiri di depannya. Bryan dan Boy langsung tertunduk lesu
"Kakak kecewa sama kalian berdua!" kata Brandon mengarah kepada dua cowok yang lagi di hadapannya. Memarahi dengan nada tenang namun tegas
Bryan mengangkat kepalanya, sedangkan Boy masih tertunduk lesu. "Kak, sumpah aku gak tau apapun. Emang dari awal aku tuh sama Tasya pisah sama mereka semua-" jelas Bryan
"Kakak gak mau dengerin penjelasan apapun. Yang jelas Kakak kecewa sama kalian berdua karena kakak sudah memberi kepercayaan kepada kalian berdua untuk menjaga Belen, tapi mana?" potong Brandon. "Dimana kalian berdua saat Belen membutuhkan kalian? Untung ada Gio saat itu. Coba kalau tidak" lanjut Brandon masih dengan suara tenang namun terdengar tegas
Dalam situasi seperti ini Brandon sama sekali tak meluapkan emosinya kepada kedua adiknya yang berdiri di hadapannya. Melainkan menasihati dengan kepala dingin, tenang dan santai. Walaupun ia memang begitu sangat khawatir dan shock atas kejadian ini
"Kamu Boy. Kamu kemana aja sampai Gio hubungin kamu, nomor kamu gak aktif sama sekali!" tanya Brandon lagi-lagi dengan sikap tenang
Boy masih menudukkan kepalanya diam. "Kak, ini salah gue juga kok. Gue emang gak becus untuk jagain.. Belen" kata Gio tiba-tiba. Boy langsung ngangkat kepalanya dan yang lainnya juga menatap Gio. Gio terlihat begitu sangat menyesal dan juga terdengar sangat kecewa kepada dirinya sendiri
Suara pintu ruang IGD-pun terdengar terbuka. Mereka semua segera berjalan menghampiri Beben dan dokter yang menangani Belen tadi. Beben terlihat tampak lesu. Ia hanya menganggukkan kepalanya ketika dokter yang berada di depannya menjelaskan sesuatu. Dokter itu segera pergi dan tepat setelah kedatangan Brandon dan yang lainnya. Kecuali Gio yang mematung menatap ke arah depan ruang IGD
"GImana kondisi Belen, Ben?" tanya Brandon
"Alerginya parah. Sekarang kondisi Belen lagi kritis, tapi Kakak gak usah khawatir, dokter udah kasih Epinefrin. Cuma sekarang Belen perlu diawasi dan dipantau ketat takut gejala Anafilaksis nya muncul lagi" jelas Beben
"Terus, sekarang apa kita boleh jenguk dia?" tanya Brandon
"untuk saat ini Belen belum boleh dikunjungi oleh siapapun. Entah kapan dia akan sadar, yang jelas dia masih butuh oenanganan medis untuk saat ini" jawab Beben
Beben kemudian pamit karena ia harus segera menulis laporan untuk kegiatan praktiknya hari ini
***
Hansel berjalan menuju salah satu ruangan dokter. ia pun memasuki ruangan 104, tepatnya ruangan dr Gondo Terine, SpPD. Hansel membuka pintu ruangan itu dan mendapatkan seorang doker sedang menulis laporan di mejanya
0
Kutip
Balas