- Beranda
- The Lounge
Rumah-Rumah Adat yang ada di Indonesia
...
TS
CpT.McMiLLaN
Rumah-Rumah Adat yang ada di Indonesia

Semoga No repost

Ane mau share nih tentang Rumah-Rumah Adat di Indonesia
Berikut ini:
Quote:
Pengertian Rumah Adat
Rumah Adat merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat.Indonesia dikenal seagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beneraka ragam bahasa dan suku dari sabang ampai merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat.
Hingga saat ini masih banyak suku atau Daerah-daerah di indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai – nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya rumah adat tertentu dijadikan sebagai auala (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja sebagai obyek wisata.
Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat.Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia.
Rumah Adat merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat.Indonesia dikenal seagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beneraka ragam bahasa dan suku dari sabang ampai merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat.
Hingga saat ini masih banyak suku atau Daerah-daerah di indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai – nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya rumah adat tertentu dijadikan sebagai auala (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja sebagai obyek wisata.
Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat setempat.Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia.
Spoiler for 1.:
1.Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD)
Rumah Adat : Rumah Krong Bade/Rumoh Aceh

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
Rumah Adat : Rumah Krong Bade/Rumoh Aceh

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
Spoiler for 2.:
2.Provinsi Sumatera Utara (SUMUT)
Rumah Adat : Rumah Bolon

Rumah Adat Sumatera Utara Pada bidang seni rupa terutama menonjol hasil arsitektur rumah adapt, hasil seni pahat dan ukir, serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai variasi melalui bentuk dan ornament. Ada rumah Karo, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, disatu kelompok dan ada rumah Melayu serta Nias.
Umumnya bentuk bangunan rumah adapt pada kelompok pertama melambangkan ‘kerbau berdiri tegak’. Rumah Melayu menggambarkan bentuk ‘belalai gajah minum’, sedangkan rumah Nias terutama di selatan menggambarkan bentuk ‘perahu’.
Rumah Adat : Rumah Bolon

Rumah Adat Sumatera Utara Pada bidang seni rupa terutama menonjol hasil arsitektur rumah adapt, hasil seni pahat dan ukir, serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai variasi melalui bentuk dan ornament. Ada rumah Karo, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, disatu kelompok dan ada rumah Melayu serta Nias.
Umumnya bentuk bangunan rumah adapt pada kelompok pertama melambangkan ‘kerbau berdiri tegak’. Rumah Melayu menggambarkan bentuk ‘belalai gajah minum’, sedangkan rumah Nias terutama di selatan menggambarkan bentuk ‘perahu’.
Spoiler for 3.:
3.Provinsi Sumatera Barat (SUMBAR)
Rumah Adat : Rumah Gadang

3. Sumatera Barat / Sumbar
Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.
Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Rumah Gadang: Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan[1], dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.
Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Uma: Uma adalah nama untuk rumah tradisional suku Mentawai yang merupakan rumah adat dan banyak di jumpai di kabupaten Kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Rumah Adat : Rumah Gadang

3. Sumatera Barat / Sumbar
Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.
Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Rumah Gadang: Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan[1], dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.
Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Uma: Uma adalah nama untuk rumah tradisional suku Mentawai yang merupakan rumah adat dan banyak di jumpai di kabupaten Kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Spoiler for 4.:
4.Provinsi Riau
Rumah Adat : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar

4. Riau
Rumah Adat Riau
Rumah orang melayu Riau dibangun di atas tiang-tiang penyangga untuk menghindari masuknya air serta menjaga agar hewan-hewan ternak tidak masuk ke dalam rumah. Pada rumah tinggal (yang disebut rumah bubung melayu, atau rumah belah bubung, atau rumah rabung), kolong rumah sering dipakai sebagai tempat bertukang di samping sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian dan menangkap ikan. Kadang-kadang kolong rumah juga dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain anak-anak.
Selain itu dikenal jenis-jenis rumah yang namanya didasarkan pada bentuk atapnya. Rumah yang beratap curam disebut ‘lipat pandan’, yang beratap agak landai disebut ‘lipat kajang’, sedangkan rumah dengan atap bersusun disebut disebut ‘atap layar atau ampar labu’. Rumah ini didirikan di atas tiang setinggi 1,50-2,40 meter, dan terdiri atas ruangan-ruangan yang disebut Selasar (ruang depan), rumah induk, telo dan penanggah.
Selasar merupakan ruangan paling depan, biasanya berlantai lebih rendah daripada rumah induk dan dindingnya separuh terbuka. Selasar yang terpisah dari rumah induk dan letaknya menjorok jauh ke muka disebut Selasar Luar, yang bersambung dengan rumah induk tetapi tetapi lantainya lebih rendah dari lantai rumah induk disebut Selasar Jatuh, sedangkan Selasar yang bersatu dengan rumah induk disebut Selsar Dalam, yang fungsinya untuk menerima tamu-tamu terhormat. Selain itu terdapat Selasar yang terletak disamping rumah induk dan menempel pada dinding dari depan ke belakang, yang disebut Selasar Gajah Menyusur. Ruangan ini digunakan untuk tempat bermain anak-anak atau tempat menerima tamu-tamu biasa dalam upacara perkimpoian.
Rumah induk dibagi atas 3 ruangan, yaitu ruang muka, ruang tengah, dan ruang dalam. Ruang muka berfungsi sebagai serambi tempat duduk-duduk para penghuni rumah ketika menerima tamu; ruang tengah merupakan tempat menginap kerabat atau tamu-tamu yang lain, juga merupakan tempat tidur anak laki-laki; sedangkan ruang dalam merupakan tempat tidur keluarga pemilik rumah, termasuk tempat tidur para gadis.
Penanggah terdiri atas 2 ruangan, yaitu Telo dan Penanggah. Telo merupakan ruangan penghubung antara rumah induk dan penanggah, sedangkan penanggah sendiri merupakan ruangan tempat memasak. Di dalam Telo disimpan peralatan pertanian dan cadangan air.
Suatu bangunan yang disebut ‘selaso jatuh kembar’ merupakan tempat tinggal para datuk, pemangku adat, atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, seperti ruangan besar yang dipergunakan sebagai tempat tidur, ruang bersila, anjungan dan dapur. Tiang rumah, atap, loteng, tangga dan lantainya semua berukir dengan ragam hias ayam berlaga. Rumah adat ini dilengkapi dengan balai adat untuk tempat pertemuan dan mengadakan musyawarah adat.
Rumah Adat : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar

4. Riau
Rumah Adat Riau
Rumah orang melayu Riau dibangun di atas tiang-tiang penyangga untuk menghindari masuknya air serta menjaga agar hewan-hewan ternak tidak masuk ke dalam rumah. Pada rumah tinggal (yang disebut rumah bubung melayu, atau rumah belah bubung, atau rumah rabung), kolong rumah sering dipakai sebagai tempat bertukang di samping sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian dan menangkap ikan. Kadang-kadang kolong rumah juga dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain anak-anak.
Selain itu dikenal jenis-jenis rumah yang namanya didasarkan pada bentuk atapnya. Rumah yang beratap curam disebut ‘lipat pandan’, yang beratap agak landai disebut ‘lipat kajang’, sedangkan rumah dengan atap bersusun disebut disebut ‘atap layar atau ampar labu’. Rumah ini didirikan di atas tiang setinggi 1,50-2,40 meter, dan terdiri atas ruangan-ruangan yang disebut Selasar (ruang depan), rumah induk, telo dan penanggah.
Selasar merupakan ruangan paling depan, biasanya berlantai lebih rendah daripada rumah induk dan dindingnya separuh terbuka. Selasar yang terpisah dari rumah induk dan letaknya menjorok jauh ke muka disebut Selasar Luar, yang bersambung dengan rumah induk tetapi tetapi lantainya lebih rendah dari lantai rumah induk disebut Selasar Jatuh, sedangkan Selasar yang bersatu dengan rumah induk disebut Selsar Dalam, yang fungsinya untuk menerima tamu-tamu terhormat. Selain itu terdapat Selasar yang terletak disamping rumah induk dan menempel pada dinding dari depan ke belakang, yang disebut Selasar Gajah Menyusur. Ruangan ini digunakan untuk tempat bermain anak-anak atau tempat menerima tamu-tamu biasa dalam upacara perkimpoian.
Rumah induk dibagi atas 3 ruangan, yaitu ruang muka, ruang tengah, dan ruang dalam. Ruang muka berfungsi sebagai serambi tempat duduk-duduk para penghuni rumah ketika menerima tamu; ruang tengah merupakan tempat menginap kerabat atau tamu-tamu yang lain, juga merupakan tempat tidur anak laki-laki; sedangkan ruang dalam merupakan tempat tidur keluarga pemilik rumah, termasuk tempat tidur para gadis.
Penanggah terdiri atas 2 ruangan, yaitu Telo dan Penanggah. Telo merupakan ruangan penghubung antara rumah induk dan penanggah, sedangkan penanggah sendiri merupakan ruangan tempat memasak. Di dalam Telo disimpan peralatan pertanian dan cadangan air.
Suatu bangunan yang disebut ‘selaso jatuh kembar’ merupakan tempat tinggal para datuk, pemangku adat, atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, seperti ruangan besar yang dipergunakan sebagai tempat tidur, ruang bersila, anjungan dan dapur. Tiang rumah, atap, loteng, tangga dan lantainya semua berukir dengan ragam hias ayam berlaga. Rumah adat ini dilengkapi dengan balai adat untuk tempat pertemuan dan mengadakan musyawarah adat.
Spoiler for 5.:
5.Provinsi Kepulauan Riau
Rumah Adat : Rumah Selaso Jatuh Kembar

5. Kepulauan Riau / Kepri
Rumah Adat Kepulauan Riau Kepulauan Riau merupakan salah satu satu provinsi di Indonesia. Daerah ini merupakan gugusan pulau yang tersebar di perairan selat Malaka dan laut Cina selatan. Keadaan pulau-pulau itu berbukit dengan pantai landai dan terjal. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Sedangkan agama yang dianut oleh sebagian besar dari mereka adalah Islam.
Kondisi alam dan keyakinan masyarakat Kepulauan Riau sangat mempengaruhi pola arsitektur rumahnya. Pengaruh alam sekitar dan keyakinan dapat dilihat dari bentuk rumahnya, yaitu berbentuk panggung yang didirikan di atas tiang dengan tinggi sekitar 1,50 meter sampai 2,40 meter. Penggunaan bahan-bahan untuk membuat rumah, pemberian ragam hias, dan penggunaan warna-warna untuk memperindah rumah merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan dan ekpresi nilai keagamaan dan nilai budaya.
Salah satu rumah untuk tempat tinggal masyarakat Kepulauan Riau adalah rumah Belah Bubung. Rumah ini juga dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu karena bentuk atapnya terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung. Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing, khususnya Cina dan Belanda, karena bentuknya berbeda dengan rumah asal mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan Limas.
Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.
Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya, semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya. Namun demikian, kekayaan bukan sebagai penentu yang mutlak. Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah keserasian dengan pemiliknya. Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima. Adapun uratannya adalah: ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Ukuran yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.
Rumah Adat : Rumah Selaso Jatuh Kembar

5. Kepulauan Riau / Kepri
Rumah Adat Kepulauan Riau Kepulauan Riau merupakan salah satu satu provinsi di Indonesia. Daerah ini merupakan gugusan pulau yang tersebar di perairan selat Malaka dan laut Cina selatan. Keadaan pulau-pulau itu berbukit dengan pantai landai dan terjal. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Sedangkan agama yang dianut oleh sebagian besar dari mereka adalah Islam.
Kondisi alam dan keyakinan masyarakat Kepulauan Riau sangat mempengaruhi pola arsitektur rumahnya. Pengaruh alam sekitar dan keyakinan dapat dilihat dari bentuk rumahnya, yaitu berbentuk panggung yang didirikan di atas tiang dengan tinggi sekitar 1,50 meter sampai 2,40 meter. Penggunaan bahan-bahan untuk membuat rumah, pemberian ragam hias, dan penggunaan warna-warna untuk memperindah rumah merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan dan ekpresi nilai keagamaan dan nilai budaya.
Salah satu rumah untuk tempat tinggal masyarakat Kepulauan Riau adalah rumah Belah Bubung. Rumah ini juga dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu karena bentuk atapnya terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung. Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing, khususnya Cina dan Belanda, karena bentuknya berbeda dengan rumah asal mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan Limas.
Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.
Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya, semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya. Namun demikian, kekayaan bukan sebagai penentu yang mutlak. Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah keserasian dengan pemiliknya. Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima. Adapun uratannya adalah: ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Ukuran yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.
Spoiler for 6.:
6.Provinsi Jambi
Rumah Adat : Rumah Panjang

Rumah Panggung Kajang Leko merupakan konsep arsitektur dari Marga Bathin. Hingga sekarang orang Bathin tetap mempertahankan adat istiadat yang ditinggalkan oleh pendahulu mereka, bahkan peninggalan Kajang Leko pun masih dapat dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini. Salah satu perkampungan Bathin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang.
Rumah Panggung Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi & seni ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan "gajah mabuk" diambil dari cerita nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan "jerambah" atau "lipat kajang" dengan atap bagian atas dinamakan kasau, terbuat dari anyaman ijuk yang dilipat dua untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.
Pada langit-langit rumah terdapat pemisah/pembatas yang dinamai "tebar layar" yang berfungsi untuk menahan rembesan tepias air hujan. Ruang diantara layar tebar dan atap biasanya difungsikan untuk menyimpan peralatan. sedangkan di bagian tepi, dinding rumah terbuat dari kayu yang dihiasi dengan ukiran.
Pintu rumah kajang leko ada tiga macam yaitu: pintu tegak, pintu masidinding, dan pintu balik melintang.
Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban.
Rumah Panggung Kajang Leko adalah salah satu bentuk pengejawantahan cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran, dll.
Rumah Adat : Rumah Panjang

Rumah Panggung Kajang Leko merupakan konsep arsitektur dari Marga Bathin. Hingga sekarang orang Bathin tetap mempertahankan adat istiadat yang ditinggalkan oleh pendahulu mereka, bahkan peninggalan Kajang Leko pun masih dapat dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini. Salah satu perkampungan Bathin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang.
Rumah Panggung Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi & seni ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan "gajah mabuk" diambil dari cerita nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan "jerambah" atau "lipat kajang" dengan atap bagian atas dinamakan kasau, terbuat dari anyaman ijuk yang dilipat dua untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.
Pada langit-langit rumah terdapat pemisah/pembatas yang dinamai "tebar layar" yang berfungsi untuk menahan rembesan tepias air hujan. Ruang diantara layar tebar dan atap biasanya difungsikan untuk menyimpan peralatan. sedangkan di bagian tepi, dinding rumah terbuat dari kayu yang dihiasi dengan ukiran.
Pintu rumah kajang leko ada tiga macam yaitu: pintu tegak, pintu masidinding, dan pintu balik melintang.
Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban.
Rumah Panggung Kajang Leko adalah salah satu bentuk pengejawantahan cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran, dll.
Spoiler for 7.:
7.Provinsi Sumatera Selatan (SUMSEL)
Rumah Adat : Rumah Limas

7. Sumatera Selatan / Sumsel
Rumah Adat Sumatera Selatan
Dalam hal Seni bangunan masyarakat Sumatera Selatan mengenal beberapa bentuk yang difungsikan sebagai bangunan tempat tinggal, musyawarah, ibadah dan bangunan lainnya. Bagi masyarakat yang tinggal di daratan kebanyakan menggunakan bangunan berkonsep panggung, seperti rumah limas dan rumah ulu. Sedangkan mereka yang tinggal di atas air disebur rumah rakit.
Rumah Limas adalah bangunan empat persegi panjang di atas panggung yang memiliki atap berbentuk limas dengan lantai yang berunduk. Masing- masing tinggi tiang rumah memiliki ketingian 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Bahan bangunan yang digunakan dipilih jenis kayu yang bekualitas baik, seperti kayu petangan, kayu tembesu dan kayu merawan. Biasanya rumah limas menghadap ke barat yang menandakan rumah sang bangsawan.
Rumah Ulu adalah rumah berbentuk panggung. Bagaian tiap ruang rumah ini terbagi atas tida ruangan, yaitu ruang keluarga, ruang tamu dan ruang kamar tidur. Cirri khas dari rumah ini adalah tidak adanya dinding pembatas antara ruangan, tetapi hanya dibatasi dengan tirai yang disebut tambal sulam (terbuat dari kain warna-warni).
Rumah Rakit merupakan bangunan rumah tradisional yang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal yang memiliki cirri khsa tersendiri. Jenis bangunan ini dibuat diatas rakit, yaitu susunan bamboo atau balok kayu yang diikat menjadi satu yang mempunyai bentuk bujur sangkar. Bangunan ini biasanya banyak ditemukan di sepanjang sungai Musi.
Rumah Adat : Rumah Limas
7. Sumatera Selatan / Sumsel
Rumah Adat Sumatera Selatan
Dalam hal Seni bangunan masyarakat Sumatera Selatan mengenal beberapa bentuk yang difungsikan sebagai bangunan tempat tinggal, musyawarah, ibadah dan bangunan lainnya. Bagi masyarakat yang tinggal di daratan kebanyakan menggunakan bangunan berkonsep panggung, seperti rumah limas dan rumah ulu. Sedangkan mereka yang tinggal di atas air disebur rumah rakit.
Rumah Limas adalah bangunan empat persegi panjang di atas panggung yang memiliki atap berbentuk limas dengan lantai yang berunduk. Masing- masing tinggi tiang rumah memiliki ketingian 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Bahan bangunan yang digunakan dipilih jenis kayu yang bekualitas baik, seperti kayu petangan, kayu tembesu dan kayu merawan. Biasanya rumah limas menghadap ke barat yang menandakan rumah sang bangsawan.
Rumah Ulu adalah rumah berbentuk panggung. Bagaian tiap ruang rumah ini terbagi atas tida ruangan, yaitu ruang keluarga, ruang tamu dan ruang kamar tidur. Cirri khas dari rumah ini adalah tidak adanya dinding pembatas antara ruangan, tetapi hanya dibatasi dengan tirai yang disebut tambal sulam (terbuat dari kain warna-warni).
Rumah Rakit merupakan bangunan rumah tradisional yang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal yang memiliki cirri khsa tersendiri. Jenis bangunan ini dibuat diatas rakit, yaitu susunan bamboo atau balok kayu yang diikat menjadi satu yang mempunyai bentuk bujur sangkar. Bangunan ini biasanya banyak ditemukan di sepanjang sungai Musi.
Spoiler for 8.:
8.Provinsi Lampung
Rumah Adat :NOWOU SESAT

8. Lampung
Rumah tradisional adat Lampung memiliki kekhasan seperti berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari jaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia, rumah ini biasa disebut dengan rumah SESAT.
Rumah Sesat berfungsi sebagai tempat pepung adat (musyawarah) para purwatin (penyimbang) antar marga. Rumah tersebut biasanya dilengkapi dengan jambat agung (tangga) atau lorong agung untuk masuk ke dalam rumah.
Di Lampung rumah tersebut juga dikenal dengan sebutan Sesat Balai Agung yang dilengkapi 3 payung masing-masing berwarna putih (lambang tingkat marga), kuning (tingkat kampung) dan merah (tingkat suku).
Adapun lambang Garuda pada rumah Sesat melambangkan marga Lampung. Rumah adat ini dibagi dalam beberapa bagian antara lain: Ijan Geladak, tangga masuk yang dilengkapi dengan atap yang disebut Rurung Agung, anjungan, serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil, Pusiban, ruang dalam tempat musyawarah resmi, Ruang Tetabuhan, tempat menyimpan alat musik tradisional Lampung yang dinamakan Talo Balak (kulintang), Ruang Gajah Merem, tempat istirahat bagi para penyeimbang.
Hal lain yang khas pada rumah Sesat ii adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung) yang berwarna putih, kuning dan merah sebagai simbol tingkat kepenyeimbang bagi masyarakat tradisional Lampung.
Rumah Adat :NOWOU SESAT

8. Lampung
Rumah tradisional adat Lampung memiliki kekhasan seperti berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari jaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia, rumah ini biasa disebut dengan rumah SESAT.
Rumah Sesat berfungsi sebagai tempat pepung adat (musyawarah) para purwatin (penyimbang) antar marga. Rumah tersebut biasanya dilengkapi dengan jambat agung (tangga) atau lorong agung untuk masuk ke dalam rumah.
Di Lampung rumah tersebut juga dikenal dengan sebutan Sesat Balai Agung yang dilengkapi 3 payung masing-masing berwarna putih (lambang tingkat marga), kuning (tingkat kampung) dan merah (tingkat suku).
Adapun lambang Garuda pada rumah Sesat melambangkan marga Lampung. Rumah adat ini dibagi dalam beberapa bagian antara lain: Ijan Geladak, tangga masuk yang dilengkapi dengan atap yang disebut Rurung Agung, anjungan, serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil, Pusiban, ruang dalam tempat musyawarah resmi, Ruang Tetabuhan, tempat menyimpan alat musik tradisional Lampung yang dinamakan Talo Balak (kulintang), Ruang Gajah Merem, tempat istirahat bagi para penyeimbang.
Hal lain yang khas pada rumah Sesat ii adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung) yang berwarna putih, kuning dan merah sebagai simbol tingkat kepenyeimbang bagi masyarakat tradisional Lampung.
UPDATE 1,2,DAN 3 ADA DI POST 11,12,DAN 13
UPDATE 1#
UPDATE 2#
UPDATE 3# DAN KOMENTAR KASKUSER
Spoiler for SUMBER:

Numpang trit ane gan:
Quote:
Sekian thread ane semoga bermanfaat bagi anda
Timpuk ane

jangan 
juga 

Diubah oleh CpT.McMiLLaN 26-09-2014 15:24
0
10.4K
Kutip
48
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•104.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
CpT.McMiLLaN
#12
RESERVED FOR UPDATE 2#
Spoiler for 20.:
20.Provinsi Kalimantan Tengah (KALTENG)
Rumah Adat : Rumah Betang
![kaskus-image]()
20. Kalimantan Tengah / Kalteng
Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan.
Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang.
Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Rumah Adat : Rumah Betang

20. Kalimantan Tengah / Kalteng
Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan.
Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang.
Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Spoiler for 21.:
21.Provinsi Kalimantan Selatan (KALSEL)
Rumah Adat : Rumah Banjar Bubungan Tinggi.
![kaskus-image]()
21. Kalimantan Selatan / Kalsel
Rumah Adat Kalimantan Selatan
Rumah adat di Kalimantan Selatan ada beberapa macam, diantaranya ada rumah suku Banjar yang disebut Rumah Bubungan Tinggi dan rumah dari suku Dayak Bukit yang dikenal dengan sebutan Balai.
Rumah Banjar: adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.
Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya.
Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa type Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton (Dalam Sultan).
Jadi nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai keraton. Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering.
Rumah Balai: Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, "memusat" karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).
Rumah Adat : Rumah Banjar Bubungan Tinggi.

21. Kalimantan Selatan / Kalsel
Rumah Adat Kalimantan Selatan
Rumah adat di Kalimantan Selatan ada beberapa macam, diantaranya ada rumah suku Banjar yang disebut Rumah Bubungan Tinggi dan rumah dari suku Dayak Bukit yang dikenal dengan sebutan Balai.
Rumah Banjar: adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.
Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya.
Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa type Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton (Dalam Sultan).
Jadi nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai keraton. Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering.
Rumah Balai: Balai merupakan rumah adat untuk melaksanakan ritual pada religi suku mereka. Bentuk balai, "memusat" karena di tengah-tengah merupakan tempat altar atau panggung tempat meletakkan sesajen. Tiap balai dihuni oleh beberapa kepala keluarga, dengan posisi hunian mengelilingi altar upacara. Tiap keluarga memiliki dapur sendiri yang dinamakan umbun. Jadi bentuk balai ini, berbeda dengan rumah adat suku Dayak umumnya yang berbentuk panjang (Rumah Panjang).
Spoiler for 22.:
22.Provinsi Kalimantan Timur (KALTIM)
Rumah Adat : Rumah Lamin.
![kaskus-image]()
22. Kalimantan Timur / Kaltim
Rumah Adat Kalimantan Timur
Rumah lamin, rumah adat suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur, berbentuk panggung setinggi 3 meter dari tanah yang dihuni oleh 25-30 kepala keluarga. Ujung atap rumah diberi hiasan kepala naga, simbol keagungan, budi luhur dan kepahlawanan. Halaman rumah diisi oleh patung-patung blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung.
Rumah lamin merupakan rumah tradisional berbagai suku bangsa yang berddiam di Kalimantan Timur, misalnya suku bangsa Dayak Tunjung, Bahau, Benuak dan lain-lain. Di bagian daerah yang lain juga terdapat rumah-rumah tradisional dengan bentuk yang hampir sama, misalnya rumah betang yang merupakan rumah suku bangsa Dayak Ngaju dan Ot Danum di Kalimantan Tengah.
Lamin merupakan rumah panjang berbentuk panggung yang biasanya didirikan di tepi-tepi sungai. Tinggi rumah tersebut sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah dengan panjang sekitar 25-50 meter serta lebar 8-10 meter.
Rumah Adat : Rumah Lamin.

22. Kalimantan Timur / Kaltim
Rumah Adat Kalimantan Timur
Rumah lamin, rumah adat suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur, berbentuk panggung setinggi 3 meter dari tanah yang dihuni oleh 25-30 kepala keluarga. Ujung atap rumah diberi hiasan kepala naga, simbol keagungan, budi luhur dan kepahlawanan. Halaman rumah diisi oleh patung-patung blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung.
Rumah lamin merupakan rumah tradisional berbagai suku bangsa yang berddiam di Kalimantan Timur, misalnya suku bangsa Dayak Tunjung, Bahau, Benuak dan lain-lain. Di bagian daerah yang lain juga terdapat rumah-rumah tradisional dengan bentuk yang hampir sama, misalnya rumah betang yang merupakan rumah suku bangsa Dayak Ngaju dan Ot Danum di Kalimantan Tengah.
Lamin merupakan rumah panjang berbentuk panggung yang biasanya didirikan di tepi-tepi sungai. Tinggi rumah tersebut sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah dengan panjang sekitar 25-50 meter serta lebar 8-10 meter.
Spoiler for 23.:
23.Provinsi Sulawesi Utara (SULUT)
Rumah Adat : Rumah Pewaris
![kaskus-image]()
23. Sulawesi Utara / Sulut
Rumah Adat Sulawesi Utara Rumah adat Sulawesi Utara ialah Rumah Pewaris, Rumah ini mempunyei ruang tamu, ruang keluarga dan kamar-kamar. Di kanan-kiri rumah terdapat tangga, tangga sebelah kanan untuk memasuki rumah. sedang untuk keluar rumah menuruni tangga yang sebelah kiri.
Rumah Adat : Rumah Pewaris

23. Sulawesi Utara / Sulut
Rumah Adat Sulawesi Utara Rumah adat Sulawesi Utara ialah Rumah Pewaris, Rumah ini mempunyei ruang tamu, ruang keluarga dan kamar-kamar. Di kanan-kiri rumah terdapat tangga, tangga sebelah kanan untuk memasuki rumah. sedang untuk keluar rumah menuruni tangga yang sebelah kiri.
Spoiler for 24.:
24.Provinsi Sulawesi Barat (SULBAR)
Rumah Adat : Rumah Tongkonan
![kaskus-image]()
24. Sulawesi Barat / Sulbar
Rumah Adat Sulawesi Barat Provinsi Sulawesi Barat memiliki beberapa jenis rumah adat, diantaranya adalah rumah adat Mamuju dan rumah adat Mamasa. Kedua rumah adat tersebut diketahui memiliki arti atau makna tersendiri dalam setiap bentuk fisik atau ciri khas arsitekturnya.
Rumah Adat Mamuju adalah kesatuan bangunan yang merupakan kesatuan nilai terpisahkan dengan bangunan lain. Bangunan-bangunan ini terdiri atas: 1 bangunan rumah utama (Salassa), 1 bangunan barada raja, 1 bangunan rumah pengawai, 1 bangunan pandai besi dan emas, 1 lumbung pangan, 1 bangunan kandang kuda dan rusa serta 2 tempat duduk penjaga. Bangunan ini berada di tengah kota Mamuju, ibukota Sulawesi Barat.
Rumah adat Mamasa terdiri dari 4 tingkatan berdasarkan strata dalam masyarakat yang berbeda corak, ukuran dan bentuknya. Banua Sura untuk kalangan bangsawan (berukiran), Banua Bolong untuk kalangan hartawan dan pemberani (bercorak hitam), banua Rapa untuk kalangan masyarakat biasa (tanpa cat dan ukiran) dan Banua Longkarrin/Lettong untuk strata paling bawah. Gambaran rumah tersebut terdapat di Tondok Sirenden Kecamatan Tawalian.
Rumah Adat : Rumah Tongkonan

24. Sulawesi Barat / Sulbar
Rumah Adat Sulawesi Barat Provinsi Sulawesi Barat memiliki beberapa jenis rumah adat, diantaranya adalah rumah adat Mamuju dan rumah adat Mamasa. Kedua rumah adat tersebut diketahui memiliki arti atau makna tersendiri dalam setiap bentuk fisik atau ciri khas arsitekturnya.
Rumah Adat Mamuju adalah kesatuan bangunan yang merupakan kesatuan nilai terpisahkan dengan bangunan lain. Bangunan-bangunan ini terdiri atas: 1 bangunan rumah utama (Salassa), 1 bangunan barada raja, 1 bangunan rumah pengawai, 1 bangunan pandai besi dan emas, 1 lumbung pangan, 1 bangunan kandang kuda dan rusa serta 2 tempat duduk penjaga. Bangunan ini berada di tengah kota Mamuju, ibukota Sulawesi Barat.
Rumah adat Mamasa terdiri dari 4 tingkatan berdasarkan strata dalam masyarakat yang berbeda corak, ukuran dan bentuknya. Banua Sura untuk kalangan bangsawan (berukiran), Banua Bolong untuk kalangan hartawan dan pemberani (bercorak hitam), banua Rapa untuk kalangan masyarakat biasa (tanpa cat dan ukiran) dan Banua Longkarrin/Lettong untuk strata paling bawah. Gambaran rumah tersebut terdapat di Tondok Sirenden Kecamatan Tawalian.
Spoiler for 25.:
25.Provinsi Sulawesi Tengah (SULTENG)
Rumah Adat : Rumah Tambi
![kaskus-image]()
25. Sulawesi Tengah / Sulteng
Rumah Adat Sulawesi Tengah Rumah tinggal penduduk Sulawesi Tengah disebut 'tambi', yang merupakan tempat tinggal untuk segala lapisan masyarakat. Yang membedakan rumah sebagai tempat tinggal kalangan bangawan dengan rakyat biasa terletak pada bubungan rumah para bangsawan dipasang simbol kepala kerbau, sedangkan rumah rakyat biasa tidak dipasang simbol tersebut
Rumah tambi merupakan rumah di atas tiang yang terbuat dari kayu bonati. Bentuk rumah ini segi empat dan bentuk atapnya piramida yang terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Ukurannya tergantung dari kemampuan masing-masing pemiliknya.
Pada bangunan-bangunan tradisional dihias dengan berbagai bentuk ragam hias yang menggunakan motif-motif tertentu, terutama motif fauna dan flora. Ragam hias dengan motif fauna terdiri dari 'pebaula' (berbentuk kepala dan tanduk kerbau) dan 'bati' (ukiran kepala kerbau, ayam, atau babi). Ragam hias ini tidak diukir seperti benda-benda ukiran biasa, tetapi hanya dipahat sampai halus dan rapi. Ukiran kerbau merupakan simbol kekayaan, kesuburan dan kesejahteraan pemilik rumah.
Sedangkan ragam hias dengan motif flora (pompeninie) merupakan sobekan-sobekan kain yang dibuat dari kulit kayu. Kain yang berwarna-warni tersebut diikat dengan rotan, sehingga terangkai menjadi suatu bentuk ragam hias, yang maksudnya agar penghuni rumah terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat. Umumnya bentuk bunga yang sering dibuat sebagai ragam hias rumah. Warna ragam hias ini bermacam-macam, biasanya berwarna merah, putih, kuning, hitam, biru atau hijau.
Rumah Adat : Rumah Tambi

25. Sulawesi Tengah / Sulteng
Rumah Adat Sulawesi Tengah Rumah tinggal penduduk Sulawesi Tengah disebut 'tambi', yang merupakan tempat tinggal untuk segala lapisan masyarakat. Yang membedakan rumah sebagai tempat tinggal kalangan bangawan dengan rakyat biasa terletak pada bubungan rumah para bangsawan dipasang simbol kepala kerbau, sedangkan rumah rakyat biasa tidak dipasang simbol tersebut
Rumah tambi merupakan rumah di atas tiang yang terbuat dari kayu bonati. Bentuk rumah ini segi empat dan bentuk atapnya piramida yang terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Ukurannya tergantung dari kemampuan masing-masing pemiliknya.
Pada bangunan-bangunan tradisional dihias dengan berbagai bentuk ragam hias yang menggunakan motif-motif tertentu, terutama motif fauna dan flora. Ragam hias dengan motif fauna terdiri dari 'pebaula' (berbentuk kepala dan tanduk kerbau) dan 'bati' (ukiran kepala kerbau, ayam, atau babi). Ragam hias ini tidak diukir seperti benda-benda ukiran biasa, tetapi hanya dipahat sampai halus dan rapi. Ukiran kerbau merupakan simbol kekayaan, kesuburan dan kesejahteraan pemilik rumah.
Sedangkan ragam hias dengan motif flora (pompeninie) merupakan sobekan-sobekan kain yang dibuat dari kulit kayu. Kain yang berwarna-warni tersebut diikat dengan rotan, sehingga terangkai menjadi suatu bentuk ragam hias, yang maksudnya agar penghuni rumah terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat. Umumnya bentuk bunga yang sering dibuat sebagai ragam hias rumah. Warna ragam hias ini bermacam-macam, biasanya berwarna merah, putih, kuning, hitam, biru atau hijau.
Spoiler for 26.:
26.Provinsi Sulawesi Tenggara (SULTRA)
Rumah Adat : Rumah Istana Buton / Malige
![kaskus-image]()
26. Sulawesi Tenggara / Sultra
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Seni bangunan tradisional yang berkembang di daerah Sulawesi tenggara pada umumnya adalah segi empat memanjang dan berbentuk panggung (pile dwelling) yang agak tertutup. Jumalah anak tangga setiap rumah memiliki perbedaan tergantung tingkat kedudukan pemiliknya.
Pembagian ruangan biasanya terdiri atas ruangan untuk menerima tamu pada bagian muka, ruang tempat menerima tamu bagian dalam, ruang pertemuan adat, kamar tidur dan dapur. Pada bagian kolong bangunan rumah biasanya difungsikan oleh masyarakat sebagai kandang ternak ayam atau babi. Rumah adat tradisional biasanya terbuat dari bahan balok-balok kayu sebagai tiang dan badan rumah menggunakan papan. Sedangkan bagian atap biasanya menggunakan daun rumbai, alang-alang dan nipah.
Rumah Adat : Rumah Istana Buton / Malige

26. Sulawesi Tenggara / Sultra
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Seni bangunan tradisional yang berkembang di daerah Sulawesi tenggara pada umumnya adalah segi empat memanjang dan berbentuk panggung (pile dwelling) yang agak tertutup. Jumalah anak tangga setiap rumah memiliki perbedaan tergantung tingkat kedudukan pemiliknya.
Pembagian ruangan biasanya terdiri atas ruangan untuk menerima tamu pada bagian muka, ruang tempat menerima tamu bagian dalam, ruang pertemuan adat, kamar tidur dan dapur. Pada bagian kolong bangunan rumah biasanya difungsikan oleh masyarakat sebagai kandang ternak ayam atau babi. Rumah adat tradisional biasanya terbuat dari bahan balok-balok kayu sebagai tiang dan badan rumah menggunakan papan. Sedangkan bagian atap biasanya menggunakan daun rumbai, alang-alang dan nipah.
Spoiler for 27.:
27.Provinsi Sulawesi Selatan (SULSEL)
Rumah Adat : Rumah Tongkonan.
![kaskus-image]()
27. Sulawesi Selatan / Sulsel
Rumah Adat Sulawesi Selatan
Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone) dan Balla Lompoa (Makassar Gowa).
Tongkonan: Konon kata tongkonan berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi. Antara lain sebagai pusat budaya, pusat pembinaan keluarga serta pembinaan peraturan keluarga dan kegotong royongan, pusat dinamisator, motivator, dan stabilator sosial.
Tongkonan mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Dikenal beberapa jenis, antara lain tongkonan layuk atau tongkonan pesio'aluk, yaitu tempat menyusun aturan-aturan sosial keagamaan.
Ada juga tongkonan pekaindoran, pekamberan, atau kaparengngesan, yaitu tongkonan yang berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari tongkonan pesio'aluk. Sementara itu, batu a'riri berfungsi sebagai tongkonan penunjang. Tongkonan ini mengatur dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan.
Bola Soba: Bola Soba atau Soraja (Rumah Raja Bugis) adalah rumah tinggal Panglima Perang Kerajaan Bone di masa pemerintahan Raja Bone XXXII tahun 1895-1905, yaitu "Andi Abdul Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawae" salah seorang putra Raja Bone XXXI (Lapawawoi Karaeng Sigeri).
Namun setelah kerajaan Bone di bawah kekuasaan Belanda, rumah ini dijadikan sebagai penginapan para tetamu dari kalangan penguasa ketika itu, sehingga seterusnya menjadi lazim dengan sebutan “Bola Soba”. Lokasi Bola Soba terletak di pusat kota Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Keberadaan rumah panggung ini juga menunjukkan, di masa lalu masyarakat Bone telah menguasai pengetahuan teknik arsitektur dan sipil yang cukup tinggi.
Balla Lompoa: Balla Lompoa adalah salah satu sisa-sisa dari Istana Kerajaan Gowa yang sekarang berfungsi sebagai museum. Di dalamnya terdapat berbagai harta pusaka peninggalan Kerajaan Gowa pada zaman keemasannya.
Balla Lompoa terletak di Sungguminasa, Gowa. Jarak lokasi ini sekitar 15 kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar. Bangunan ini berbentuk rumah panggung dengan warna coklat tua dan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
Balla Lompoa adalah istana asli Kerajaan Gowa. Balla Lompoa dalam bahasa Makassar rumah besar atau rumah kebesaran. Fungsi Balla Lompoa adalah museum yang menyimpan simbol-simbol kerajaan, seperti mahkota, senjata, payung raja, pakaian, bendera kebesaran, serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontara
Rumah Adat : Rumah Tongkonan.

27. Sulawesi Selatan / Sulsel
Rumah Adat Sulawesi Selatan
Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone) dan Balla Lompoa (Makassar Gowa).
Tongkonan: Konon kata tongkonan berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi. Antara lain sebagai pusat budaya, pusat pembinaan keluarga serta pembinaan peraturan keluarga dan kegotong royongan, pusat dinamisator, motivator, dan stabilator sosial.
Tongkonan mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Dikenal beberapa jenis, antara lain tongkonan layuk atau tongkonan pesio'aluk, yaitu tempat menyusun aturan-aturan sosial keagamaan.
Ada juga tongkonan pekaindoran, pekamberan, atau kaparengngesan, yaitu tongkonan yang berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari tongkonan pesio'aluk. Sementara itu, batu a'riri berfungsi sebagai tongkonan penunjang. Tongkonan ini mengatur dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan.
Bola Soba: Bola Soba atau Soraja (Rumah Raja Bugis) adalah rumah tinggal Panglima Perang Kerajaan Bone di masa pemerintahan Raja Bone XXXII tahun 1895-1905, yaitu "Andi Abdul Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawae" salah seorang putra Raja Bone XXXI (Lapawawoi Karaeng Sigeri).
Namun setelah kerajaan Bone di bawah kekuasaan Belanda, rumah ini dijadikan sebagai penginapan para tetamu dari kalangan penguasa ketika itu, sehingga seterusnya menjadi lazim dengan sebutan “Bola Soba”. Lokasi Bola Soba terletak di pusat kota Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Keberadaan rumah panggung ini juga menunjukkan, di masa lalu masyarakat Bone telah menguasai pengetahuan teknik arsitektur dan sipil yang cukup tinggi.
Balla Lompoa: Balla Lompoa adalah salah satu sisa-sisa dari Istana Kerajaan Gowa yang sekarang berfungsi sebagai museum. Di dalamnya terdapat berbagai harta pusaka peninggalan Kerajaan Gowa pada zaman keemasannya.
Balla Lompoa terletak di Sungguminasa, Gowa. Jarak lokasi ini sekitar 15 kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar. Bangunan ini berbentuk rumah panggung dengan warna coklat tua dan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
Balla Lompoa adalah istana asli Kerajaan Gowa. Balla Lompoa dalam bahasa Makassar rumah besar atau rumah kebesaran. Fungsi Balla Lompoa adalah museum yang menyimpan simbol-simbol kerajaan, seperti mahkota, senjata, payung raja, pakaian, bendera kebesaran, serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontara
Spoiler for 28.:
28.Provinsi Gorontalo
Rumah Adat : Rumah Dulohupa dan Rumah Pewaris.
![kaskus-image]()
28. Gorontalo
Tempat tinggal orang Gorontalo disebut laihe atau potiwoluya, yakni rumah panggung berbentuk bujur sangkar atau persegi empat yang didirikan di atas tiang dengan ketinggian antara 1 dan 4 m. Atapnya berbentuk empat persegipanjang: dilihat dari depan atap (watopo) berbentuk segitiga dan dari samping berbentuk jajarangenjang.
Bahan atap pada umumnya daun rumbia atau daun kayu. Dinding rumah berbahan bambu yang dibelah dan dianyam. Setiap kamar berjendela. Rumah terdiri atas kamar tidur, serambi, ruang dapur, dan ruang tamu. Di atas pintu terdapat ukiran yang memiliki makna tertentu.
Rumah Adat : Rumah Dulohupa dan Rumah Pewaris.

28. Gorontalo
Tempat tinggal orang Gorontalo disebut laihe atau potiwoluya, yakni rumah panggung berbentuk bujur sangkar atau persegi empat yang didirikan di atas tiang dengan ketinggian antara 1 dan 4 m. Atapnya berbentuk empat persegipanjang: dilihat dari depan atap (watopo) berbentuk segitiga dan dari samping berbentuk jajarangenjang.
Bahan atap pada umumnya daun rumbia atau daun kayu. Dinding rumah berbahan bambu yang dibelah dan dianyam. Setiap kamar berjendela. Rumah terdiri atas kamar tidur, serambi, ruang dapur, dan ruang tamu. Di atas pintu terdapat ukiran yang memiliki makna tertentu.
Spoiler for 29.:
29.Provinsi Maluku
Rumah Adat : Rumah Baileo
![kaskus-image]()
29. Maluku
Rumah Adat Maluku
Baileo merupakan bentuk bangunan tradisional Maluku yang diakui oleh seluruh warga masyarakat Maluku, karena Baileo merupakan satu-satunya bangunan warisan nenek moyang suku bangsa Maluku yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima.
Baileo adalah sebuah rumah panggung. Beratap kukuh dan besar, menutupi sebagian badan rumah. Seolah-olah berkesan member perlindungan pada rumah dan segala isinya. Atap Baileo terbuat dari rumbia, sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.
Aslinya Baileo ini tidak berdinding. Hal ini mengandung maksud agar roh nenek moyang mereka bisa dapat bebas keluar masuk bangunan tersebut. Letak lantai yang umumnya dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari tempat berdirinya rakyat desa yang bersangkutan.
Jumlah tiang penyangga bangunan yang ada melambangkan jumlah klen yang terdapat di desa tempat Baileo tersebut berada. Baileo juga dilengkapi dengan Pamali dan Bilik Pamali tempat persembahan dan tempat penyimpanan benda-benda yang dianggap suci, khususnya pada saat upacara.
Fungsi Baileo adalah sebagai tempat bermusyawarah dan bertemunya rakyat dengan dewan rakyat atau dewan negeri. Baileo juga merupakan sebuah pusat kegiatan religi masyarakat, seperti pada saat dilaksanakan upacara adat Saniri Negeri dan berbagai upacara yang melibatkan warga desa lainnya.
Rumah Adat : Rumah Baileo

29. Maluku
Rumah Adat Maluku
Baileo merupakan bentuk bangunan tradisional Maluku yang diakui oleh seluruh warga masyarakat Maluku, karena Baileo merupakan satu-satunya bangunan warisan nenek moyang suku bangsa Maluku yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima.
Baileo adalah sebuah rumah panggung. Beratap kukuh dan besar, menutupi sebagian badan rumah. Seolah-olah berkesan member perlindungan pada rumah dan segala isinya. Atap Baileo terbuat dari rumbia, sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.
Aslinya Baileo ini tidak berdinding. Hal ini mengandung maksud agar roh nenek moyang mereka bisa dapat bebas keluar masuk bangunan tersebut. Letak lantai yang umumnya dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari tempat berdirinya rakyat desa yang bersangkutan.
Jumlah tiang penyangga bangunan yang ada melambangkan jumlah klen yang terdapat di desa tempat Baileo tersebut berada. Baileo juga dilengkapi dengan Pamali dan Bilik Pamali tempat persembahan dan tempat penyimpanan benda-benda yang dianggap suci, khususnya pada saat upacara.
Fungsi Baileo adalah sebagai tempat bermusyawarah dan bertemunya rakyat dengan dewan rakyat atau dewan negeri. Baileo juga merupakan sebuah pusat kegiatan religi masyarakat, seperti pada saat dilaksanakan upacara adat Saniri Negeri dan berbagai upacara yang melibatkan warga desa lainnya.
Spoiler for 30.:
30.Provinsi Maluku Utara
Rumah Adat : Rumah Baileo.
![kaskus-image]()
30. Maluku Utara
Rumah Adat Maluku Utara Rumah adat Maluku, termasuk Maluku Utara dinamakan Bailo, dipakai untuk pertemuan, musyawarah dan upacara yang di sebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedang dindingnya dari tangkai rumbia, yang di sebut gaba-gaba
Rumah Adat : Rumah Baileo.

30. Maluku Utara
Rumah Adat Maluku Utara Rumah adat Maluku, termasuk Maluku Utara dinamakan Bailo, dipakai untuk pertemuan, musyawarah dan upacara yang di sebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedang dindingnya dari tangkai rumbia, yang di sebut gaba-gaba
Spoiler for 31.:
31.Provinsi Papua Barat
Rumah Adat : Rumah Honai.
![kaskus-image]()
32. Papua Barat
Rumah kariwari di Anjungan Papua terdiri atas dua lantai dan seluruhnya digunakan sebagai tempat pameran dan peragaan aspek budaya Papua, antara lain foto-foto berukuran besar, berbagai bentuk patung Asmat, panah beracun, perahu semang, kerang sebagai mata uang, pakaian perang dan pakaian upacara kepala suku, koteka, serta patung yang memeragakan upacara adat pembuatan tato di punggung seorang anak laki-laki yang menginjak dewasa.
Pameran dilengkapi dengan awetan berbagai satwa, misalnya kus-kus, kanguru, berbagai jenis buaya, burung dara bermahkota, ular berkaki empat atau kadal lidah biru, dan burung cenderawasih.
Seluruh ruang kariwari diberi ragam hias berupa lukisan, ukiran, serta patung. Benda-benda seperti tengkorak dan rahang babi, kanguru, punggung penyu, taring babi, busur dan anak panah, gelang-gelang rotan, dan tor (kayu besar berukir pemukul lesung pada waktu menari) diletakkan dengan cara digantung menghiasi ruang pameran. Patung-patung melambangkan nenek moyang dan sekaligus sebagai alat untuk mendatangkan roh nenek moyang pada waktu upacara pemujaan. Adapun ukiran serta lukisan selalu berhubungan dengan kepercayaan, cerita, dan mitos tentang asal mula penduduk Papua.
Di depan kariwari terdapat sebidang para-para dari kayu bulat, digunakan untuk rapat atau pertemuan dan pesta adat, yang di anjungan ini digunakan sebagai panggung pementasan seni tari dan musik serta duakali dalam seminggu digunakan latihan sanggar tari yang terbuka untuk umum. Di sini pula terdapat seniman Asmat memeragakan pembuatan patung mbis. Pengunjung dapat belajar membuat ukiran Asmat, sekaligus menimba pengalaman yang amat langka. Siapa tahu hasilnya bagus sehingga bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh.
Bangunan lain adalah sili, yakni pemukiman suku Dani di lembah Baliem, pedalaman Papua; terdiri atas honay, yakni rumah beratap bulat seperti jamur untuk laki-laki, ebei honay untuk wanita, dan wanay honay untuk babi. Bangunan ini terdiri atas dua lantai: di bawah untuk makan, memasak, dan kegiatan sehari-hari, sedang di atas untuk tidur.
Rumah Adat : Rumah Honai.

32. Papua Barat
Rumah kariwari di Anjungan Papua terdiri atas dua lantai dan seluruhnya digunakan sebagai tempat pameran dan peragaan aspek budaya Papua, antara lain foto-foto berukuran besar, berbagai bentuk patung Asmat, panah beracun, perahu semang, kerang sebagai mata uang, pakaian perang dan pakaian upacara kepala suku, koteka, serta patung yang memeragakan upacara adat pembuatan tato di punggung seorang anak laki-laki yang menginjak dewasa.
Pameran dilengkapi dengan awetan berbagai satwa, misalnya kus-kus, kanguru, berbagai jenis buaya, burung dara bermahkota, ular berkaki empat atau kadal lidah biru, dan burung cenderawasih.
Seluruh ruang kariwari diberi ragam hias berupa lukisan, ukiran, serta patung. Benda-benda seperti tengkorak dan rahang babi, kanguru, punggung penyu, taring babi, busur dan anak panah, gelang-gelang rotan, dan tor (kayu besar berukir pemukul lesung pada waktu menari) diletakkan dengan cara digantung menghiasi ruang pameran. Patung-patung melambangkan nenek moyang dan sekaligus sebagai alat untuk mendatangkan roh nenek moyang pada waktu upacara pemujaan. Adapun ukiran serta lukisan selalu berhubungan dengan kepercayaan, cerita, dan mitos tentang asal mula penduduk Papua.
Di depan kariwari terdapat sebidang para-para dari kayu bulat, digunakan untuk rapat atau pertemuan dan pesta adat, yang di anjungan ini digunakan sebagai panggung pementasan seni tari dan musik serta duakali dalam seminggu digunakan latihan sanggar tari yang terbuka untuk umum. Di sini pula terdapat seniman Asmat memeragakan pembuatan patung mbis. Pengunjung dapat belajar membuat ukiran Asmat, sekaligus menimba pengalaman yang amat langka. Siapa tahu hasilnya bagus sehingga bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh.
Bangunan lain adalah sili, yakni pemukiman suku Dani di lembah Baliem, pedalaman Papua; terdiri atas honay, yakni rumah beratap bulat seperti jamur untuk laki-laki, ebei honay untuk wanita, dan wanay honay untuk babi. Bangunan ini terdiri atas dua lantai: di bawah untuk makan, memasak, dan kegiatan sehari-hari, sedang di atas untuk tidur.
Diubah oleh CpT.McMiLLaN 22-08-2014 14:12
0
Kutip
Balas