- Beranda
- Sejarah & Xenology
Indonesian War of Independence (1945-1949)
...
TS
mabdulkarim
Indonesian War of Independence (1945-1949)
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Thread ini bakal dirapikan lagi. Nyari buku sumber dulu....

Ngasih masukan juga boleh...
Entar tak bahasa soal pertempuran, upaya diplomasi, dan lain-lain (kalau sempat)
Diubah oleh mabdulkarim 31-07-2021 00:08
dellesology dan irma.kawaii memberi reputasi
2
65.7K
216
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.6KAnggota
Tampilkan semua post
mosquit0
#133
TRIP - Tentara Republik Indonesia Pelajar (1)
Quote:
Pertempuran TRIP di Jalan Salak Malang
Setelah Jepang menyerah dan terjadi pelucutan senjata, lahirlah organisasi-organisasi pelajar di seluruh daerah. Selain tentara formal, para pelajar juga membentuk kesatuannya sendiri. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) pelajar pun dibentuk di Surabaya. Pendaftaran dilakukan pada 22 September 1945, persyaratannya harus berumur 17 tahun. Pasukan ini terdiri atas 4 staf. Tanggal 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka dengan sendirinya BKR Pelajar berubah nama menjadi TKR Pelajar pada tanggal 19 Oktober 1945 yang diresmikan oleh komandan TKR Kota Surabaya, Soengkono. Barisan pelajar ini aktif terjun dalam pertempuran melawan tentara Sekutu di Surabaya, baik dalam kota ataupun di luar kota. Karena kekuatan yang tak seimbang maka pasukan TKR pelajar terpaksa meninggalkan Surabaya, akhirnya bermarkas di pabrik gula Candi.
Tahun 1946 TKR berubah menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) maka TKR Pelajar pun berubah nama menjadi TRI Pelajar tepatnya pada tanggal 26 Januari 1946 yang kemudian dikenal sampai sekarang dengan sebutan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar). Pemusatan pasukan kemudian ditempatkan di Desa Jetis, sebelah timur Mojokerto, di mana tempat tersebut merupakan basis perjuangan para pelajar yang akan menuju garis depan yang datang dari daerah Kediri, Blitar, Malang, Jember, Madiun, Solo, Jogya, Bojonegoro dan lain-lain. Rasa nasionalisme di kota yang merdeka ini ditanamkan oleh orator semacam Bung Tomo. Pada 17 Maret 1946 Bung Tomo berpidato di Stadion Malang yang dihadiri oleh ribuan orang yang datang berduyun-duyun. “Djanganlah meroentjing-roentjingkan hak lebih dahoeloe akan tetapi penoehilah toentoetan kewadjiban sebagai warga negara Indonesia,” demikian antara lain yang diungkapkan Bung Tomo. Selain Bung Tomo, Mas Isman komandan TRIP Jawa Timur juga dielu-elukan rakyat ketika memasuki Kota Malang. “Jangan elu-elukan kami, kami bukan pahlawan, tangan kami berlumuran darah. Yang layak menjadi pahlawan adalah rakyat yang teraniaya dan terjajah.”
Pada 14-16 Juli 1946 di Kota Malang diadakan Kongres Pelajar yang dihadiri oleh semua unsur pimpinan IPI Jawa Timur, termasuk bagian laskarnya. Pada 21 Juli 1946 dengan masuknya satuan pelajar dan laskar IPI sebagai realisasi kongres di Malang maka diputuskan Markas Pusat TRIP Jawa Timur berkedudukan di Kota Malang dengan pimpinan Komandan Isman dan Wakil Komandan Moeljosoedjono berkedudukan di Mojokerto. Kemudian pasukan yang ada dikoordinasi dalam satuan-satuan kecil. Batalyon 1000 meliputi Karesidenan Surabaya berkedudukan di Mojokerto dipimpin Gatot Kusumo. Batalyon 2000 meliputi Karesidenan Madiun dan Bojonegoro berkedudukan di Madiun terdiri dipimpin Surachman. Batalyon 3000 meliputi Karesidenan Kediri berkedudukan di Kediri dipimpin Sudarno. Batalyon 4000 meliputi Karesidenan Besuki berkedudukan di Jember dipimpin Mukarto. Batalyon 5000 meliputi Karesidenan Malang berkedudukan di Malang dipimpin Susanto.
Pada Februari 1946 TRIP memperluas sayapnya dengan mengadakan latihan kader, meminta setiap sekolah di seluruh Jawa Timur mengirim dua wakilnya. Situasi berubah ketika pada April 1946 kubu TRIP di Kadamean diserang tentara Belanda dengan tembakan mortir. Dua pelajar gugur dan dua orang lagi luka-luka. Salah seorang yang terluka adalah Mohammad Razid dari Malang. Kedua belah kakinya putus kena pecahan mortir sehingga akhirnya ia meninggal. Dalam pertempuran lain di Balungbendo dua pelajar lagi gugur. Mereka adalah Saibudin dimakamkan di Taman Pahlawan Sidoarjo dan Budiarjo dimakamkan di Taman Pahlawan Malang.
Tanggal 21 Juli 1947 terjadilah Agresi Belanda I yang menggempur daerah Besuki dan arah selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Pada 22 Juli 1947 staff Divisi Untung Suropati memberikan arahan kepada para pemimpin TRIP untuk merencanakan pertahanan Kota Malang. Sebelum serangan Belanda tiba di Malang, Kota Malang akan dikosongkan dan objek-objek yang vital akan dibumihanguskan, termasuk kantor telegraf. Pada waktu itu pasukan TRIP Batalyon 5000 Malang semua anggotanya tersebar di beberapa tempat, pasukan tempur telah dikirimkan ke garis depan di daerah Porong, Pandaan dan Tretes-Trawas. Sebagian pasukan masih berada dan tersebar di daerah Malang Selatan untuk memberikan penerangan kepada rakyat tentang perlunya pertahanan rakyat (volk defence) sebagai upaya untuk mempersiapkan rakyat menghadapi segala kemungkinan dari musuh. Sedangkan pasukan lainnya berada di Kota Malang dengan pimpinan Komandan Batalyon Soesanto.

Tanggal 23 Juli 1947 Brigade KNIL memasuki daerah Lawang, perlawanan dilakukan oleh rakyat terhadap gerakan ofensif pihak Belanda ini. Terdapat beberapa kelompok perjuangan yang terlibat dalam penghadangan gerakan Brigade KNIL ini, di antaranya adalah Pasukan Polisi Perjuangan, laskar-laskar rakyat seperti Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang berpusat di Singosari dan TRIP yang pada saat itu sedang mempersiapkan basis pertahanan Kota Malang. Keberadaan Brigade KNIL di daerah Lawang kurang lebih sekitar satu minggu karena menyangka Kota Malang akan dipertahankan mati-matian oleh Divisi VII Untung Suropati yang memang memiliki persenjataan yang kuat dan lengkap. Untuk itu mereka mendatangkan bala bantuan pasukan dari Brigade Marine untuk menyerang Kota Malang.
Di Kota Malang pada 23 Juli 1947 gedung dan pabrik di Kotalama sudah rata dengan tanah. Kerusakan besar terjadi di Alun-alun Contong, Gedung BRI, Kantor Keresidenan, hingga Gedung Rakyat (Onderling Belang) hancur oleh bom-bom yang sengaja dipasang. Bangunan-bangunan lain yang dihancurkan adalah Hotel Negara (Splendid Inn), Hotel Palace dan Bioskop Rex. Taktik bumi hangus dilakukan agar Belanda sekalipun bisa merebut Kota Malang tidak akan mendapatkan apa-apa. Bahkan bangunan yang dibumihanguskan mencapai hampir 1000 gedung.
Tepat pada pukul 03.00 tanggal 31 Juli 1947, pasukan Belanda mulai menyerbu Kota Malang dengan kendaraan berat dan persenjataan lengkap. Pasukan Belanda cukup mudah memasuki Kota Malang sebab kota ini telah dikosongkan oleh Komando Divisi Untung Suropati dan Kota Malang dinyatakan sebagai kota terbuka. Akan tetapi, Malang yang telah dibakar dan dikosongkan tak berarti pasukan Belanda bisa mendudukinya tanpa perlawanan dari rakyat. Perlawanan sengit terjadi sejak masuk sisi utara Kabupaten Malang, sepanjang jalan raya Lawang-Malang tank-tank musuh dihadang dengan berbagai rintangan dan pasukan Belanda dihujani senapan mesin oleh TNI dan laskar-laskar. Pertempuran penghadangan tentara Belanda juga terjadi di Singosari di mana empat prajurit Belanda menjadi korban jebakan bom.
Di dalam kota, pasukan TRIP telah bersiaga menghadang pasukan Belanda. Sampai di Lapangan Pacuan Kuda Betek, Jl. Salak (sekarang Jl. Pahlawan TRIP), terjadi tembak menembak antara pasukan TRIP dan Belanda. Dalam pertempuran sekitar 5 jam ini TRIP melawan dengan gigih tentara Belanda yang sudah terlatih. Pada saat itu, tentara Belanda menggunakan persenjataan lengkap dan beberapa tank. Sementara para pejuang TRIP, hanya memakai senjata yang seadanya. Bahkan dengan sadis tentara Belanda menabrakkan dan melindas kerumunan tentara TRIP sampai mereka tewas dengan sebuah tank. Lebih 34 pelajar gugur dan beberapa lainnya luka-luka tertawan termasuk komandan kompi. Komandan Batalyon 5000, Soesanto, tertembak di tempat terpisah di Jalan Ijen dekat Gereja Katolik ketika sedang mengendarai motor hingga dia menabrak tembok sebuah bangunan. Bukan hanya tentara pelajar yang menjadi korban. Pelajar yang bukan tentara pun juga jadi korban. Tentara Belanda terus menyerbu rumah sakit Celaket mencari tentara. Mereka tidak bisa membedakan antara anggota Palang Merah dan tentara pejuang. Dua orang anggota Palang Merah Pemuda tertangkap dan dibunuh. Sebuah laporan menyebutkan salah seorang di antaranya matanya dicungkil.
Karena Agresi Belanda ini maka Pusat Komando TRIP berpindah ke Gabru, Kediri dan Madiun. Markas Komando Pusat TRIP berkedudukan di Gabru, Markas Komando I (gabungan dari Batalyon 1000 dan Batalyon 2000) berkedudukan di Madiun sedangkan Markas Komando II berasal dari Batalyon 3000 di Kediri. Ada sebuah lagu yang berhasil digubah oleh para pelajar, khususnya ketika Malang sudah direbut tentara Belanda pada 31 Juli 1947. Liriknya sebagai berikut: “Mari kawan-kawan menuju Kota Malang/yang telah lama terpaksa kita tinggalkan/Mari rebut kembali dari tangan musuh/mari kita serbu kita halau dengan musnah/Hai pemuda-pemuda harapan bangsa/ Ingat kewajiban Kota Malang menanti sudah, pahlawan jang perwira/tabahkan hatimu/tiada gentar dwiwarna harus berkibar pula di Malang yang megah.”
Para korban yang gugur tersebut dikubur oleh sekelompok orang yang ditawan Belanda dalam satu lubang yang tidak jauh dari markas TRIP di Jl. Salak yang kini telah dirubah menjadi Jl. Pahlawan TRIP. Untuk mengenang dan menghargai jasa dan pengorbanan para pejuang yang gugur tersebut, dibangun sebuah monumen Pahlawan TRIP. Monumen dan Taman Makam Pahlawan TRIP ini terletak di Jl. Pahlawan TRIP, sebelah utara Museum Brawijaya Malang. Peresmian taman makam pahlawan TRIP ini dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959.
http://ngalam.web.id/read/3814/perte...-salak-malang/
Quote:
-------------

0
