- Beranda
- Stories from the Heart
MIMPI, MEMORI, MELODI
...
TS
ka.elka
MIMPI, MEMORI, MELODI
Quote:
Permisi Agan n Sista penghuni SFTH, ane mau numpang share cerita pertama ane nih, kalau amburegul eh amburadul mohon maaf ya, maaf ane masih newbie 

MIMPI, MEMORI, MELODI
.Cover:
Spoiler for mimpi, memori, melodi:

Indeks:
Quote:
Indeks:
CHAPTER 1
Prolog
Part 1 - Kembali Ke Desa
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Berbagi Meja, Berbagi Cerita
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
Part 5 - Teman Lama Bertemu Kembali
Part 6 - Bullying
Part 7 - Reuni SD
Part 8 - Mengejar Prestasi
Part 9 - Perjalanan Ke Jakarta
Part 10 - Terjebak Romantisme Kota Bandung
Part 11 - Dari Balik Kaca Bus Itu
CHAPTER 2
Part 12 - Sebuah Awal Yang Baru
Part 13 - Apalah Arti Sebuah Nama
Part 14 - Akibat Sebuah Lamunan
Part 15 - Catatan Rahasia Naya
Part 16 - Penambal Hati
Part 17 - Sepasang Sampan Di Rawa Pening
Part 18 - Penganiayaan
Part 19 - Tak Sanggup Menjauhinya
Part 20 - Persaudaraan
Part 21 - Is This Love
CHAPTER 1
Prolog
Part 1 - Kembali Ke Desa
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Berbagi Meja, Berbagi Cerita
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
Part 5 - Teman Lama Bertemu Kembali
Part 6 - Bullying
Part 7 - Reuni SD
Part 8 - Mengejar Prestasi
Part 9 - Perjalanan Ke Jakarta
Part 10 - Terjebak Romantisme Kota Bandung
Part 11 - Dari Balik Kaca Bus Itu
CHAPTER 2
Part 12 - Sebuah Awal Yang Baru
Part 13 - Apalah Arti Sebuah Nama
Part 14 - Akibat Sebuah Lamunan
Part 15 - Catatan Rahasia Naya
Part 16 - Penambal Hati
Part 17 - Sepasang Sampan Di Rawa Pening
Part 18 - Penganiayaan
Part 19 - Tak Sanggup Menjauhinya
Part 20 - Persaudaraan
Part 21 - Is This Love
========================================================
Prolog
Spoiler for Prolog:
Prolog
Ia terbangun dari tidurnya, tubuhnya terperanjat, keringatnya mengucur deras, dadanya terasa sesak, dan raut mukanya tampak tegang. Ia melirik ke arah jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Diraihnya segelas air putih di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Teguk demi teguk, air tersebut kini mengalir deras di kerongkongannya, lalu terjun bebas menghujam lambungnya yang kosong. Perasaannya kini berangsur menjadi sedikit lebih tenang setelah meminum air tersebut, dan ia mulai mengatur nafasnya, berusaha mengontrol dirinya, lalu ia mencoba berfikir dan mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Mimpi. Ya, mimpi itu hadir kembali. Sebuah mimpi tentang seseorang wanita yang pernah mengisi hatinya dahulu, seorang gadis remaja yang menghiasi hari-harinya dahulu, sosok yang selalu ada di dalam fikiran, lamunan, angan dan khayalannya. Mimpi tersebut memang bukanlah mimpi buruk, namun ada perasaan yang selama ini membuatnya merasa terganggu dan membuatnya selalu bertanya-tanya di dalam hati tentang apa arti dari mimpi tersebut.
Mimpi tersebut bukanlah yang pertama atau kedua kalinya, mungkin yang kesekian puluh kalinya sejak enam tahun yang lalu, saat di mana mereka berdua bertemu untuk yang terakhir kalinya. Enam tahun berlalu, walau ia tak pernah lagi memikirkan atau mengingat-ingat kembali tentang wanita itu, bahkan saat ia sudah bergonta-ganti dan berpindah-pindah dari satu cinta ke cinta lainnya, terkadang mimpi itu sesekali muncul kembali menemani tidurnya secara tiba-tiba tanpa diduga dan direncana.
Tentu saja setiap setelah terbangun dari mimipi-mimpinya tersebut, ia menjadi teringat kembali dengan sosok wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu. Membuatnya senyum-senyum sendiri mengingat jalannya cerita di dalam mimpinya yang baru saja berlalu, atau mengingat kisah masa lalunya bersama wanita tersebut. Tetapi sejenak kemudian, selalu nampak keraguan di dalam dirinya, ekspresi kebingungan tergambar di wajahnya, dan ribuan rasa penasaran hinggap di benaknya.
"Tuhan, sebenarnya apa maksud dari semua mimpi-mimpiku selama ini tentangnya? Enam tahun berlalu, di saat aku tak pernah lagi memikirkannya, mengapa Kau selalu menghadirkannya di setiap mimpi-mimpiku? Apa arti dari semua ini? Apakah karena dahulu aku pernah menyayanginya namun hanya memendam rasaku terhadapnya, aku tak pernah sampai untuk memilikinya, sehingga rasa penasaranku sampai terbawa-bawa ke dalam mimpiku selama ini? Atau apakah aku mempunyai salah kepadanya? Atau aku masih memiliki hutang dan janji-janji yang belum kulunasi kepadanya? Atau... dialah jodohku, tulang rusukku, yang suatu saat nanti akan bersatu? Arrgghh, aku bingung dengan semua ini!"
Ya, ribuan pertanyaan seperti itulah yang selalu memenuhi fikirannya setiap ia bermimpi tentang wanita itu. Kini matanya sulit untuk terpejam kembali. Ia beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju ke dapur, diseduhnya secangkir kopi, lalu dibawanya ke pendopo rumah, kemudian ia duduk di lantai dan bersandar pada pilar kayu yang kokoh menopang atap pendopo tersebut. Dengan ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan sebuah alunan melodi lagu 'Is This Love' dari Bob Marley, ia pandangi langit malam Banyubiru yang bertabur bintang dengan tatapan kosong dan fikiran yang menerawang. Kini ia larut dalam lamunannya, mencoba mengenang masa lalunya yang Indah, sebuah memori saat ia bersama dengan wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu, masa-masa saat ia berseragam putih abu-abu.
---
Ia terbangun dari tidurnya, tubuhnya terperanjat, keringatnya mengucur deras, dadanya terasa sesak, dan raut mukanya tampak tegang. Ia melirik ke arah jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Diraihnya segelas air putih di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Teguk demi teguk, air tersebut kini mengalir deras di kerongkongannya, lalu terjun bebas menghujam lambungnya yang kosong. Perasaannya kini berangsur menjadi sedikit lebih tenang setelah meminum air tersebut, dan ia mulai mengatur nafasnya, berusaha mengontrol dirinya, lalu ia mencoba berfikir dan mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Mimpi. Ya, mimpi itu hadir kembali. Sebuah mimpi tentang seseorang wanita yang pernah mengisi hatinya dahulu, seorang gadis remaja yang menghiasi hari-harinya dahulu, sosok yang selalu ada di dalam fikiran, lamunan, angan dan khayalannya. Mimpi tersebut memang bukanlah mimpi buruk, namun ada perasaan yang selama ini membuatnya merasa terganggu dan membuatnya selalu bertanya-tanya di dalam hati tentang apa arti dari mimpi tersebut.
Mimpi tersebut bukanlah yang pertama atau kedua kalinya, mungkin yang kesekian puluh kalinya sejak enam tahun yang lalu, saat di mana mereka berdua bertemu untuk yang terakhir kalinya. Enam tahun berlalu, walau ia tak pernah lagi memikirkan atau mengingat-ingat kembali tentang wanita itu, bahkan saat ia sudah bergonta-ganti dan berpindah-pindah dari satu cinta ke cinta lainnya, terkadang mimpi itu sesekali muncul kembali menemani tidurnya secara tiba-tiba tanpa diduga dan direncana.
Tentu saja setiap setelah terbangun dari mimipi-mimpinya tersebut, ia menjadi teringat kembali dengan sosok wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu. Membuatnya senyum-senyum sendiri mengingat jalannya cerita di dalam mimpinya yang baru saja berlalu, atau mengingat kisah masa lalunya bersama wanita tersebut. Tetapi sejenak kemudian, selalu nampak keraguan di dalam dirinya, ekspresi kebingungan tergambar di wajahnya, dan ribuan rasa penasaran hinggap di benaknya.
"Tuhan, sebenarnya apa maksud dari semua mimpi-mimpiku selama ini tentangnya? Enam tahun berlalu, di saat aku tak pernah lagi memikirkannya, mengapa Kau selalu menghadirkannya di setiap mimpi-mimpiku? Apa arti dari semua ini? Apakah karena dahulu aku pernah menyayanginya namun hanya memendam rasaku terhadapnya, aku tak pernah sampai untuk memilikinya, sehingga rasa penasaranku sampai terbawa-bawa ke dalam mimpiku selama ini? Atau apakah aku mempunyai salah kepadanya? Atau aku masih memiliki hutang dan janji-janji yang belum kulunasi kepadanya? Atau... dialah jodohku, tulang rusukku, yang suatu saat nanti akan bersatu? Arrgghh, aku bingung dengan semua ini!"
Ya, ribuan pertanyaan seperti itulah yang selalu memenuhi fikirannya setiap ia bermimpi tentang wanita itu. Kini matanya sulit untuk terpejam kembali. Ia beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju ke dapur, diseduhnya secangkir kopi, lalu dibawanya ke pendopo rumah, kemudian ia duduk di lantai dan bersandar pada pilar kayu yang kokoh menopang atap pendopo tersebut. Dengan ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan sebuah alunan melodi lagu 'Is This Love' dari Bob Marley, ia pandangi langit malam Banyubiru yang bertabur bintang dengan tatapan kosong dan fikiran yang menerawang. Kini ia larut dalam lamunannya, mencoba mengenang masa lalunya yang Indah, sebuah memori saat ia bersama dengan wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu, masa-masa saat ia berseragam putih abu-abu.
---
Diubah oleh ka.elka 28-08-2014 15:32
anasabila memberi reputasi
1
6.1K
Kutip
50
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ka.elka
#14
Part 8 - Mengejar Prestasi
Spoiler for Part 8 - Mengejar Prestasi:
Part 8 - Mengejar Prestasi
Hari demi hari berlalu, tak terasa telah hampir satu semester Enda bersekolah di SMA Ambarawa. Sedikit demi sedikit Enda mulai mengenal teman-temannya sekelas, dan memiliki beberapa teman di luar kelasnya.
Hubungan Enda, Naya, Wiji dan Wahyu menjadi sangat dekat dan akrab satu sama lainnya, lebih dari sekedar teman, mereka adalah sahabat. Walaupun bersahabat lantas tak menjadikan mereka membentuk suatu kelompok geng dan membatas-batasi teman, mereka tetap bisa membaur kesana-kemari bersama teman-teman yang lainnya. Tampak sesekali Wiji dan Wahyu membaur dengan anak-anak yang lain, Naya tetap ke Kantin dan pergi ke Sekolah bersama Yani, dan Enda kadang terlihat berkumpul bersama Pramono dan kelompoknya.
Mengenai Winda, akhirnya Enda mengetahui yang mana yang bernama Winda dan kelompoknya yang beranggotakan Airin, Dina, dan Dini. Namun Enda hanya sebatas mengetahui namanya dan sesekali mengenali wajah mereka saat mereka sedang diabsen atau maju ke depan Kelas mengerjakan tugas dari Guru. Tak pernah ada interaksi atau percakapan sedikitpun yang terjadi antara Enda dengan Winda dan kelompoknya. Dan Enda pun tak pernah ambil pusing memikirkannya, baginya tidak kenal sama sekali lebih baik daripada kenal tetapi ada lagi pihak-pihak lain yang salah faham terhadapnya dan menambah musuh baginya.
---
Ujian akhir semester atau ujian kenaikan kelas semakin dekat. Enda mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya demi meraih prestasi dan mendapatkan nilai yang baik. Enda menargetkan dirinya harus masuk peringkat 3 besar pada ujian kali ini. Tentunya target tersebut bukanlah target yang mudah baginya, tetapi sedikitnya Enda sudah mengetahui peta kekuatan dan persaingan prestasi di Kelasnya dari hasil setiap test harian dan ujian mid semester lalu.
Kompetisi prestasi di Kelasnya masih didominasi oleh kelompok anak kutu buku yaitu, Angga, Rudi, Anto dan Rahma. Namun sesekali Enda dan Airin mampu merusak dominasi mereka. Tentunya ini hal yang mengejutkan, Enda yang merupakan murid baru ternyata mampu memperlihatkan kecerdasannya dan mampu bersaing, sementara Airin yang merupakan anggota kelompoknya Winda, kelompok yang terkenal heboh, sok cantik, sok terkenal, dan cerewet itu juga mampu menunjukkan prestasi. Soal kecerdasan memang Airin yang paling menonjol di dalam kelompoknya.
---
"Selamat anak-anak! Kalian telah melewati ujian akhir semester kalian dengan lancar, sekarang saatnya Ibu akan membagikan raport kalian!" Kata Ibu Tati mengucapkan selamat kepada murid-muridnya di hari pembagian raport ini. "Tetapi sebelum Ibu membagikan raport kalian, ibu akan mengumumkan hasil keseluruhan ujian kalian serta mengumumkan siapa peraih peringkat 3 besar di kelas ini." lanjut Bu Tati.
"Yang pertama hasil ujian kenaikan kelas kali ini menyatakan bahwa semua siswa-siswi di kelas ini semuanya berhasil naik kelas ke tingkat selanjutnya tanpa ada satupun yang tinggal kelas" lanjut Bu Tati sambil memberikan tepuk tangan kepada seluruh muridnya. Tepuk tangan meriah dari seisi kelas pun menyambut pengumuman dari Bu Tati.
"Berikutnya peraih peringkat 3 besar di kelas ini adalah,... ranking tiga berhasil diraih oleh Airin Anggraeni, ranking kedua diraih oleh Enda Dasabrian, dan ranking pertama diraih oleh Rahmawati!" lanjut Bu Tati mengumumkan peraih peringkat 3 besar di kelas XI IPS 2, dan tepuk tangan meriah pun menyambutnya.
Raport telah dibagikan oleh Bu Tati kepada seluruh muridnya. Suasana Kelas mendadak menjadi gaduh, murid-murid saling bertanya dan membandingkan nilai yang diraihnya kepada temannya. Ada yang merasa puas, ada pula yang merasa tidak puas. Terlebih Anto, Rudi, dan Angga yang tampak terlihat kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan, ujian kali ini mereka tak mampu menembus peringkat 3 besar, dan harus mengakui keunggulan Airin yang mendapatkan ranking 3, dan Enda yang meraih ranking 2. Sementara Rahma yang mampu meraih peringkat pertama tak dijadikan masalah oleh Anto, Rudi, dan Angga, sementara dipencundangi Airin dan Enda adalah masalah besar bagi mereka bertiga.
"Hai!, selamat ya!" Kata seorang gadis mungil berambut bergelombang dan berponi yang berdiri di hadapan Enda, seraya mengulurkan tangan dan tersenyum manis kepada Enda.
"Eh, Airin? Hmm makasih ya! Selamat juga buat kamu, hehe..." balas Enda memberi ucapan selamat kepada Airin, serta menjabat tangannya dan membalas senyuman Airin.
"Hmm.. ternyata kamu pintar juga ya! Mmm.. kapan-kapan bisa kan kita belajar bareng?" pinta Airin dengan sedikit malu-malu.
"Terimakasih Rin! Kamu juga pintar kok! Hmm... boleh, terlebih di kelas 3 nanti kita harus benar-benar mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Nasional, jadi kapanpun kamu mau, kamu atur aja." balas Enda dengan penuh senyuman.
"Hmm.. Ok! Makasih ya Nda! Ya udah, sampai jumpa ya!" kata Airin mengakhiri perkenalan singkat mereka sambil berjalan mundur meninggalkan Enda dan melambaikan tangan serta memberikan senyuman manisnya.
---
Hari demi hari berlalu, tak terasa telah hampir satu semester Enda bersekolah di SMA Ambarawa. Sedikit demi sedikit Enda mulai mengenal teman-temannya sekelas, dan memiliki beberapa teman di luar kelasnya.
Hubungan Enda, Naya, Wiji dan Wahyu menjadi sangat dekat dan akrab satu sama lainnya, lebih dari sekedar teman, mereka adalah sahabat. Walaupun bersahabat lantas tak menjadikan mereka membentuk suatu kelompok geng dan membatas-batasi teman, mereka tetap bisa membaur kesana-kemari bersama teman-teman yang lainnya. Tampak sesekali Wiji dan Wahyu membaur dengan anak-anak yang lain, Naya tetap ke Kantin dan pergi ke Sekolah bersama Yani, dan Enda kadang terlihat berkumpul bersama Pramono dan kelompoknya.
Mengenai Winda, akhirnya Enda mengetahui yang mana yang bernama Winda dan kelompoknya yang beranggotakan Airin, Dina, dan Dini. Namun Enda hanya sebatas mengetahui namanya dan sesekali mengenali wajah mereka saat mereka sedang diabsen atau maju ke depan Kelas mengerjakan tugas dari Guru. Tak pernah ada interaksi atau percakapan sedikitpun yang terjadi antara Enda dengan Winda dan kelompoknya. Dan Enda pun tak pernah ambil pusing memikirkannya, baginya tidak kenal sama sekali lebih baik daripada kenal tetapi ada lagi pihak-pihak lain yang salah faham terhadapnya dan menambah musuh baginya.
---
Ujian akhir semester atau ujian kenaikan kelas semakin dekat. Enda mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya demi meraih prestasi dan mendapatkan nilai yang baik. Enda menargetkan dirinya harus masuk peringkat 3 besar pada ujian kali ini. Tentunya target tersebut bukanlah target yang mudah baginya, tetapi sedikitnya Enda sudah mengetahui peta kekuatan dan persaingan prestasi di Kelasnya dari hasil setiap test harian dan ujian mid semester lalu.
Kompetisi prestasi di Kelasnya masih didominasi oleh kelompok anak kutu buku yaitu, Angga, Rudi, Anto dan Rahma. Namun sesekali Enda dan Airin mampu merusak dominasi mereka. Tentunya ini hal yang mengejutkan, Enda yang merupakan murid baru ternyata mampu memperlihatkan kecerdasannya dan mampu bersaing, sementara Airin yang merupakan anggota kelompoknya Winda, kelompok yang terkenal heboh, sok cantik, sok terkenal, dan cerewet itu juga mampu menunjukkan prestasi. Soal kecerdasan memang Airin yang paling menonjol di dalam kelompoknya.
---
"Selamat anak-anak! Kalian telah melewati ujian akhir semester kalian dengan lancar, sekarang saatnya Ibu akan membagikan raport kalian!" Kata Ibu Tati mengucapkan selamat kepada murid-muridnya di hari pembagian raport ini. "Tetapi sebelum Ibu membagikan raport kalian, ibu akan mengumumkan hasil keseluruhan ujian kalian serta mengumumkan siapa peraih peringkat 3 besar di kelas ini." lanjut Bu Tati.
"Yang pertama hasil ujian kenaikan kelas kali ini menyatakan bahwa semua siswa-siswi di kelas ini semuanya berhasil naik kelas ke tingkat selanjutnya tanpa ada satupun yang tinggal kelas" lanjut Bu Tati sambil memberikan tepuk tangan kepada seluruh muridnya. Tepuk tangan meriah dari seisi kelas pun menyambut pengumuman dari Bu Tati.
"Berikutnya peraih peringkat 3 besar di kelas ini adalah,... ranking tiga berhasil diraih oleh Airin Anggraeni, ranking kedua diraih oleh Enda Dasabrian, dan ranking pertama diraih oleh Rahmawati!" lanjut Bu Tati mengumumkan peraih peringkat 3 besar di kelas XI IPS 2, dan tepuk tangan meriah pun menyambutnya.
Raport telah dibagikan oleh Bu Tati kepada seluruh muridnya. Suasana Kelas mendadak menjadi gaduh, murid-murid saling bertanya dan membandingkan nilai yang diraihnya kepada temannya. Ada yang merasa puas, ada pula yang merasa tidak puas. Terlebih Anto, Rudi, dan Angga yang tampak terlihat kecewa dengan hasil yang mereka dapatkan, ujian kali ini mereka tak mampu menembus peringkat 3 besar, dan harus mengakui keunggulan Airin yang mendapatkan ranking 3, dan Enda yang meraih ranking 2. Sementara Rahma yang mampu meraih peringkat pertama tak dijadikan masalah oleh Anto, Rudi, dan Angga, sementara dipencundangi Airin dan Enda adalah masalah besar bagi mereka bertiga.
"Hai!, selamat ya!" Kata seorang gadis mungil berambut bergelombang dan berponi yang berdiri di hadapan Enda, seraya mengulurkan tangan dan tersenyum manis kepada Enda.
"Eh, Airin? Hmm makasih ya! Selamat juga buat kamu, hehe..." balas Enda memberi ucapan selamat kepada Airin, serta menjabat tangannya dan membalas senyuman Airin.
"Hmm.. ternyata kamu pintar juga ya! Mmm.. kapan-kapan bisa kan kita belajar bareng?" pinta Airin dengan sedikit malu-malu.
"Terimakasih Rin! Kamu juga pintar kok! Hmm... boleh, terlebih di kelas 3 nanti kita harus benar-benar mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Nasional, jadi kapanpun kamu mau, kamu atur aja." balas Enda dengan penuh senyuman.
"Hmm.. Ok! Makasih ya Nda! Ya udah, sampai jumpa ya!" kata Airin mengakhiri perkenalan singkat mereka sambil berjalan mundur meninggalkan Enda dan melambaikan tangan serta memberikan senyuman manisnya.
---
0
Kutip
Balas