Aku kembali ke kelas dengan hati riang, melewati menit demi menit penuh semangat. Aku adalah matahari yang berpijar terang bahagia. Setidaknya itulah yang kurasakan ketika memikirkannya, Hanum.

Kau tahu Riyani, hidup itu penuh kejutan. Berbulan-bulan lalu kulewati hari-hari sendiri, menyesali setiap perbuatanku pada Hanum. Kemudian hanya dalam hitungan hari semua berubah, kumiliki kesempatan untuk memperbaiki semua. I should fix it, I must fix it. Tak sabar hatiku menanti bel pulang. Hari ini pelajaran bahasa Indonesia, tugasnya membuat puisi. Kuambil selembar kertas dan kubuatlah puisi cinta untuknya. Hatiku berbunga-bunga persis para wota yang bertemu dedek Nabila. Aku yakin betul puisi lebih indah daripada milik W.S. Rendra karena ini ditulis dari perasaan nyata.

Hari itu kupikir hiduoku baik-baik saja. Hari itu kupikir semua akan berjalan normal. Aku pilang, makan siang, tidur, dan bermimpi tentangnya. Hari itu aku salah. Hanya butuh satu ujung jarum untuk meledakkan ribuan balon hidrogen yang terbang di udara. Hanya butuh satu kalimat untuk mengubah hiduo Boy Siculun menjadi seorang ganteng level dewa pujaan para wanita.



Kutakbisaaaa.. jaauuuh.. jauuuh darimu... aku bernyanyi pelan sambil berjalan ke kelas Hanum. Kita berdua bakal pacaran sambil jalan pulang, kupikir.



Kami duduk di bangku depan kelasnya. Didepan kami terhampar taman kecil berisi bunga-bunga. Di sisi sebelahnya tampak anak-anak kelas satu sedang piket. Para newbie itu belum berani buat cabut tanpa piket. Ha ha ha... aku menertawakan mereka, persis benar seperti gue dulu.



Dia terdiam, raut mukanya berubah.