- Beranda
- Stories from the Heart
MIMPI, MEMORI, MELODI
...
TS
ka.elka
MIMPI, MEMORI, MELODI
Quote:
Permisi Agan n Sista penghuni SFTH, ane mau numpang share cerita pertama ane nih, kalau amburegul eh amburadul mohon maaf ya, maaf ane masih newbie 

MIMPI, MEMORI, MELODI
.Cover:
Spoiler for mimpi, memori, melodi:

Indeks:
Quote:
Indeks:
CHAPTER 1
Prolog
Part 1 - Kembali Ke Desa
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Berbagi Meja, Berbagi Cerita
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
Part 5 - Teman Lama Bertemu Kembali
Part 6 - Bullying
Part 7 - Reuni SD
Part 8 - Mengejar Prestasi
Part 9 - Perjalanan Ke Jakarta
Part 10 - Terjebak Romantisme Kota Bandung
Part 11 - Dari Balik Kaca Bus Itu
CHAPTER 2
Part 12 - Sebuah Awal Yang Baru
Part 13 - Apalah Arti Sebuah Nama
Part 14 - Akibat Sebuah Lamunan
Part 15 - Catatan Rahasia Naya
Part 16 - Penambal Hati
Part 17 - Sepasang Sampan Di Rawa Pening
Part 18 - Penganiayaan
Part 19 - Tak Sanggup Menjauhinya
Part 20 - Persaudaraan
Part 21 - Is This Love
CHAPTER 1
Prolog
Part 1 - Kembali Ke Desa
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Berbagi Meja, Berbagi Cerita
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
Part 5 - Teman Lama Bertemu Kembali
Part 6 - Bullying
Part 7 - Reuni SD
Part 8 - Mengejar Prestasi
Part 9 - Perjalanan Ke Jakarta
Part 10 - Terjebak Romantisme Kota Bandung
Part 11 - Dari Balik Kaca Bus Itu
CHAPTER 2
Part 12 - Sebuah Awal Yang Baru
Part 13 - Apalah Arti Sebuah Nama
Part 14 - Akibat Sebuah Lamunan
Part 15 - Catatan Rahasia Naya
Part 16 - Penambal Hati
Part 17 - Sepasang Sampan Di Rawa Pening
Part 18 - Penganiayaan
Part 19 - Tak Sanggup Menjauhinya
Part 20 - Persaudaraan
Part 21 - Is This Love
========================================================
Prolog
Spoiler for Prolog:
Prolog
Ia terbangun dari tidurnya, tubuhnya terperanjat, keringatnya mengucur deras, dadanya terasa sesak, dan raut mukanya tampak tegang. Ia melirik ke arah jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Diraihnya segelas air putih di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Teguk demi teguk, air tersebut kini mengalir deras di kerongkongannya, lalu terjun bebas menghujam lambungnya yang kosong. Perasaannya kini berangsur menjadi sedikit lebih tenang setelah meminum air tersebut, dan ia mulai mengatur nafasnya, berusaha mengontrol dirinya, lalu ia mencoba berfikir dan mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Mimpi. Ya, mimpi itu hadir kembali. Sebuah mimpi tentang seseorang wanita yang pernah mengisi hatinya dahulu, seorang gadis remaja yang menghiasi hari-harinya dahulu, sosok yang selalu ada di dalam fikiran, lamunan, angan dan khayalannya. Mimpi tersebut memang bukanlah mimpi buruk, namun ada perasaan yang selama ini membuatnya merasa terganggu dan membuatnya selalu bertanya-tanya di dalam hati tentang apa arti dari mimpi tersebut.
Mimpi tersebut bukanlah yang pertama atau kedua kalinya, mungkin yang kesekian puluh kalinya sejak enam tahun yang lalu, saat di mana mereka berdua bertemu untuk yang terakhir kalinya. Enam tahun berlalu, walau ia tak pernah lagi memikirkan atau mengingat-ingat kembali tentang wanita itu, bahkan saat ia sudah bergonta-ganti dan berpindah-pindah dari satu cinta ke cinta lainnya, terkadang mimpi itu sesekali muncul kembali menemani tidurnya secara tiba-tiba tanpa diduga dan direncana.
Tentu saja setiap setelah terbangun dari mimipi-mimpinya tersebut, ia menjadi teringat kembali dengan sosok wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu. Membuatnya senyum-senyum sendiri mengingat jalannya cerita di dalam mimpinya yang baru saja berlalu, atau mengingat kisah masa lalunya bersama wanita tersebut. Tetapi sejenak kemudian, selalu nampak keraguan di dalam dirinya, ekspresi kebingungan tergambar di wajahnya, dan ribuan rasa penasaran hinggap di benaknya.
"Tuhan, sebenarnya apa maksud dari semua mimpi-mimpiku selama ini tentangnya? Enam tahun berlalu, di saat aku tak pernah lagi memikirkannya, mengapa Kau selalu menghadirkannya di setiap mimpi-mimpiku? Apa arti dari semua ini? Apakah karena dahulu aku pernah menyayanginya namun hanya memendam rasaku terhadapnya, aku tak pernah sampai untuk memilikinya, sehingga rasa penasaranku sampai terbawa-bawa ke dalam mimpiku selama ini? Atau apakah aku mempunyai salah kepadanya? Atau aku masih memiliki hutang dan janji-janji yang belum kulunasi kepadanya? Atau... dialah jodohku, tulang rusukku, yang suatu saat nanti akan bersatu? Arrgghh, aku bingung dengan semua ini!"
Ya, ribuan pertanyaan seperti itulah yang selalu memenuhi fikirannya setiap ia bermimpi tentang wanita itu. Kini matanya sulit untuk terpejam kembali. Ia beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju ke dapur, diseduhnya secangkir kopi, lalu dibawanya ke pendopo rumah, kemudian ia duduk di lantai dan bersandar pada pilar kayu yang kokoh menopang atap pendopo tersebut. Dengan ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan sebuah alunan melodi lagu 'Is This Love' dari Bob Marley, ia pandangi langit malam Banyubiru yang bertabur bintang dengan tatapan kosong dan fikiran yang menerawang. Kini ia larut dalam lamunannya, mencoba mengenang masa lalunya yang Indah, sebuah memori saat ia bersama dengan wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu, masa-masa saat ia berseragam putih abu-abu.
---
Ia terbangun dari tidurnya, tubuhnya terperanjat, keringatnya mengucur deras, dadanya terasa sesak, dan raut mukanya tampak tegang. Ia melirik ke arah jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Diraihnya segelas air putih di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Teguk demi teguk, air tersebut kini mengalir deras di kerongkongannya, lalu terjun bebas menghujam lambungnya yang kosong. Perasaannya kini berangsur menjadi sedikit lebih tenang setelah meminum air tersebut, dan ia mulai mengatur nafasnya, berusaha mengontrol dirinya, lalu ia mencoba berfikir dan mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Mimpi. Ya, mimpi itu hadir kembali. Sebuah mimpi tentang seseorang wanita yang pernah mengisi hatinya dahulu, seorang gadis remaja yang menghiasi hari-harinya dahulu, sosok yang selalu ada di dalam fikiran, lamunan, angan dan khayalannya. Mimpi tersebut memang bukanlah mimpi buruk, namun ada perasaan yang selama ini membuatnya merasa terganggu dan membuatnya selalu bertanya-tanya di dalam hati tentang apa arti dari mimpi tersebut.
Mimpi tersebut bukanlah yang pertama atau kedua kalinya, mungkin yang kesekian puluh kalinya sejak enam tahun yang lalu, saat di mana mereka berdua bertemu untuk yang terakhir kalinya. Enam tahun berlalu, walau ia tak pernah lagi memikirkan atau mengingat-ingat kembali tentang wanita itu, bahkan saat ia sudah bergonta-ganti dan berpindah-pindah dari satu cinta ke cinta lainnya, terkadang mimpi itu sesekali muncul kembali menemani tidurnya secara tiba-tiba tanpa diduga dan direncana.
Tentu saja setiap setelah terbangun dari mimipi-mimpinya tersebut, ia menjadi teringat kembali dengan sosok wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu. Membuatnya senyum-senyum sendiri mengingat jalannya cerita di dalam mimpinya yang baru saja berlalu, atau mengingat kisah masa lalunya bersama wanita tersebut. Tetapi sejenak kemudian, selalu nampak keraguan di dalam dirinya, ekspresi kebingungan tergambar di wajahnya, dan ribuan rasa penasaran hinggap di benaknya.
"Tuhan, sebenarnya apa maksud dari semua mimpi-mimpiku selama ini tentangnya? Enam tahun berlalu, di saat aku tak pernah lagi memikirkannya, mengapa Kau selalu menghadirkannya di setiap mimpi-mimpiku? Apa arti dari semua ini? Apakah karena dahulu aku pernah menyayanginya namun hanya memendam rasaku terhadapnya, aku tak pernah sampai untuk memilikinya, sehingga rasa penasaranku sampai terbawa-bawa ke dalam mimpiku selama ini? Atau apakah aku mempunyai salah kepadanya? Atau aku masih memiliki hutang dan janji-janji yang belum kulunasi kepadanya? Atau... dialah jodohku, tulang rusukku, yang suatu saat nanti akan bersatu? Arrgghh, aku bingung dengan semua ini!"
Ya, ribuan pertanyaan seperti itulah yang selalu memenuhi fikirannya setiap ia bermimpi tentang wanita itu. Kini matanya sulit untuk terpejam kembali. Ia beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju ke dapur, diseduhnya secangkir kopi, lalu dibawanya ke pendopo rumah, kemudian ia duduk di lantai dan bersandar pada pilar kayu yang kokoh menopang atap pendopo tersebut. Dengan ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan sebuah alunan melodi lagu 'Is This Love' dari Bob Marley, ia pandangi langit malam Banyubiru yang bertabur bintang dengan tatapan kosong dan fikiran yang menerawang. Kini ia larut dalam lamunannya, mencoba mengenang masa lalunya yang Indah, sebuah memori saat ia bersama dengan wanita yang selalu hadir di dalam mimpinya itu, masa-masa saat ia berseragam putih abu-abu.
---
Diubah oleh ka.elka 28-08-2014 15:32
anasabila memberi reputasi
1
6.1K
Kutip
50
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ka.elka
#8
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
Spoiler for Part 4 - Kelas Sejuta Cerita:
Part 4 - Kelas Sejuta Cerita
"Ok anak-anak, pelajaran Ibu cukup sampai di sini. Jangan lupa mengerjakan PR yang Ibu berikan! dan jangan ribut sampai guru berikutnya masuk ke kelas!" ucap Bu Tati mengakhiri jam pelajarannya sambil berlalu meninggalkan ruangan Kelas.
"Ciieeee... yang udah akrab, ngobrol berdua mulu nih, yang lain dilupain, hahaha…."
Enda dan Naya terkejut dan menoleh ke meja belakang mereka, ternyata Wiji dan Wahyu yang mengagetkan dan menggoda mereka berdua.
"Apaan sih Ji? Ngagetin aja ih!" kata Naya kesal sambil mencubit lengan Wiji dan Wahyu.
"Hahaha.. sorry Nay, cuma bercanda kog! Gitu aja kok sewot, hahaha" timpal Wiji sambil tertawa.
"Bercandanya nggak seru tau!" kata Naya sambil memasang muka cemberutnya dan pipinya yang memerah, "Oh ya Nda, kenalin ini Wiji dan Wahyu. Mereka orang paling nggak jelas di kelas ini, julukan mereka adalah ‘duo sableng’ hahaha." lanjut Naya memperkenalkan Wiji dan Wahyu kepada Enda dengan sedikit ejekan yang ditujukan kepada Wiji dan Wahyu.
"Hai, aku Enda!" Kata Enda sembari mengulurkan tangannya kepada Wiji dan Wahyu.
"Aku Wijianto, panggil aja Wiji!" "Aku Wahyu!" mereka berjabat tangan dan membalas perkenalan Enda.
"Eh Nda, hati-hati duduk di samping Mak Lampir! Kalau lagi marah serem, bisa-bisa badan kamu habis dicubitin seperti kami tadi, hahaha." lanjut Wahyu sambil tertawa puas menyindir Naya.
"Enak aja! Kalau aku Mak Lampir, kamu tuh Gerandongnya, hahaha." timpal Naya membalas ledekan Wahyu.
Sontak mereka berempat tertawa keras, namun tawa mereka seolah tenggelam di tengah gaduhnya suara seisi kelas, di mana murid-murid yang lain juga sedang asik saling bercanda, dan bergosip mengisi sela-sela waktu pergantian jam pelajaran.
"Oh iya Nay, Ji, Yu, ceritain dong bagaimana tentang kelas ini, suasananya serta murid-muridnya!" pinta Enda kepada Naya, Wiji, dan Wahyu.
Naya, Wiji, dan Wahyu saling bertatapan dan raut wajah mereka seperti tampak kebingungan harus memulai dari mana menceritakan tentang kelas tersebut kepada Enda.
"Hmmm.. kamu deh Ji yang cerita! Kalau aku kan baru juga satu semester di sini, jadi juga belum begitu tau keseluruhan tentang kelas ini!" kata Naya memerintah Wiji untuk bercerita.
"Hmm.. Ok deh!" jawab Wiji memulai bercerita, "Kamu tenang aja Nda, anak-anak di kelas ini baik-baik kok! Cuma, ya... ada beberapa anak yang membentuk suatu kelompok atau geng, yang hanya berteman akrab dengan sesama anggota kelompoknya saja. Ada beberapa kelompok di kelas ini. Tetapi ada juga beberapa anak yang mampu membaur kesana kemari tanpa terikat suatu kelompok" lanjut Wiji menerangkan.
"Kelompok? Geng? Wow!.. Aku kira cuma sekolah di kota-kota besar saja yang ada hal seperti itu, ternyata di desa juga ada ya?" Tanya Enda heran.
"Yah, mungkin gara-gara sinetron remaja nggak jelas yang sering tayang di TV, sehingga meracuni moral remaja bahkan sampai ke desa-desa, haha." timpal Wahyu dengan gaya sok tahunya.
"Alah, gitu-gitu kamu juga suka nontonnya kan Yu? Malah kamu ngefans tuh sama salah satu aktrisnya, hahaha." ledek Naya kepada Wahyu.
"Hahahaha..." Lagi-lagi tawa keras pecah di tengah-tengah obrolan mereka berempat akibat Naya yang sukses memperolok Wahyu.
"Terus terus, siapa saja murid-murid yang membentuk dan tergabung dalam kelompok-kelompok tersebut?" tanya Enda penasaran.
"Hmm.. yang pertama ada kelompoknya si Pramono, yang beranggotakan Pramono sebagai leadernya, kemudian ada Seno, Wondo, dan Cahyo. Mereka bisa dibilang premannya kelas ini, tapi fungsi mereka sebenarnya adalah menjaga dan melindungi kelas ini dari gangguan murid-murid kelas lain. Tapi anaknya baik-baik kok, jadi anggap saja mereka ini sebagai security kelas kita, hahaha." kata Wiji menerangkan. Namun Wiji hanya sebatas mengenalkan nama-nama mereka tanpa menunjukkan dan memberitahu kepada Enda yang mana orang-orangnya. Karena menurut Wiji, tidak etis bila menunjuk-nunjuk orang, lebih baik Enda yang berkenalan sendiri kepada mereka, atau suatu saat nanti, lama-kelamaan Enda akan mengetahui sendiri mana saja orang-orang yang diceritakannya.
"Lalu ada kelompoknya si Winda, yang beranggotakan Winda sebagai leadernya, lalu ada Airin, dan si kembar Dina dan Dini. Kelompok ini lebih mirip kumpulan Ibu-ibu PKK, karena terkenal heboh dan cerewet. Mereka merasa diri mereka paling cantik, paling eksis, dan paling wow, bukan hanya di kelas ini, bahkan di sekolah ini, hahaha… Gosipnya sih, Winda itu primadonanya sekolah ini untuk tingkat kelas XI, tapi sayang kelompok ini sedikit sulit membaur dengan murid-murid yang lain." sambung Wahyu melanjutkan cerita Wiji.
"Kemudian ada kelompok kutu buku, yang beranggotakan Angga, Rudi, Anto, dan Rahma. Mereka anaknya baik-baik, cuma kalau urusan pelajaran mereka selalu serius, dan bila saat ujian jangan harap bisa mendapat contekan dari mereka, jangankan contekan, dipanggil saja tidak menoleh sedikitpun, hahaha... Walau satu kelompok, mereka selalu bersaing saat ujian untuk mendapatkan nilai terbaik, dan mereka selalu menduduki peringkat 5 besar di kelas ini." lanjut Wiji kembali bercerita.
"Lalu, kalian sendiri bagaimana? Apakah kalian juga punya kelompok sendiri? Atau bergabung dengan kelompok-kelompok lain?" Tanya Enda kepada Wiji, Wahyu, dan Naya.
"Aku dan Wiji orangnya asik kok! Jadi kami bisa membaur kemana saja tanpa pilih-pilih teman." jawab Wahyu dengan tersenyum.
"Kalau aku sama sih, ya karena aku juga terbilang anak baru di Kelas ini, aku biasanya membaur kesana kemari, berteman dengan siapa saja. Cuma, aku lebih sering terlihat berduaan dengan Yani saat ke Kantin atau saat bersamaan berangkat dan pulang sekolah, ya karena kami bertetangga, rumah kami berdekatan." jawab Naya.
"Oh, baguslah kalau begitu! Memang sebaiknya kita harus berteman dengan siapa saja, tanpa memilih-milih teman." kata Enda menanggapi jawaban dari Naya, Wiji, dan Wahyu.
"Terus kamu sendiri mau bagaimana Nda? Berminat masuk ke salah satu kelompok teman di Kelas ini, atau mau membaur?" tanya Wiji kepada Enda.
"Sebagai murid baru di sini, tentu aku akan membaur dengan siapa saja di kelas ini, bahkan di sekolah ini, agar aku dapat berkenalan dengan mereka dan memiliki banyak teman... Dan untuk saat ini, aku sangat senang dapat berkenalan dan berteman dengan kalian Nay, Ji, Yu! Kalian orangnya ramah, asik dan terbuka." jawab Enda dengan penuh senyuman kepada ketiga teman barunya tersebut.
"Oohh... so sweat!.. Jadi terharu, saatnya berpelukan, hehehe." goda Wiji dan Wahyu bersamaan sambil merentangkan tangan ke arah Naya mengajak berpelukan dengan pandangannya yang nakal.
Dengan secepat kilat Naya mengelak dan mengarahkan kepalan tangannya ke arah Wiji dan Wahyu, "Berani nyentuh, remuk sampean!" ancam Naya.
"Huahahahaha....." Wiji dan Wahyu saling berpandangan dan tertawa lebar karena sukses mengerjai Naya.
---
"Ok anak-anak, pelajaran Ibu cukup sampai di sini. Jangan lupa mengerjakan PR yang Ibu berikan! dan jangan ribut sampai guru berikutnya masuk ke kelas!" ucap Bu Tati mengakhiri jam pelajarannya sambil berlalu meninggalkan ruangan Kelas.
"Ciieeee... yang udah akrab, ngobrol berdua mulu nih, yang lain dilupain, hahaha…."
Enda dan Naya terkejut dan menoleh ke meja belakang mereka, ternyata Wiji dan Wahyu yang mengagetkan dan menggoda mereka berdua.
"Apaan sih Ji? Ngagetin aja ih!" kata Naya kesal sambil mencubit lengan Wiji dan Wahyu.
"Hahaha.. sorry Nay, cuma bercanda kog! Gitu aja kok sewot, hahaha" timpal Wiji sambil tertawa.
"Bercandanya nggak seru tau!" kata Naya sambil memasang muka cemberutnya dan pipinya yang memerah, "Oh ya Nda, kenalin ini Wiji dan Wahyu. Mereka orang paling nggak jelas di kelas ini, julukan mereka adalah ‘duo sableng’ hahaha." lanjut Naya memperkenalkan Wiji dan Wahyu kepada Enda dengan sedikit ejekan yang ditujukan kepada Wiji dan Wahyu.
"Hai, aku Enda!" Kata Enda sembari mengulurkan tangannya kepada Wiji dan Wahyu.
"Aku Wijianto, panggil aja Wiji!" "Aku Wahyu!" mereka berjabat tangan dan membalas perkenalan Enda.
"Eh Nda, hati-hati duduk di samping Mak Lampir! Kalau lagi marah serem, bisa-bisa badan kamu habis dicubitin seperti kami tadi, hahaha." lanjut Wahyu sambil tertawa puas menyindir Naya.
"Enak aja! Kalau aku Mak Lampir, kamu tuh Gerandongnya, hahaha." timpal Naya membalas ledekan Wahyu.
Sontak mereka berempat tertawa keras, namun tawa mereka seolah tenggelam di tengah gaduhnya suara seisi kelas, di mana murid-murid yang lain juga sedang asik saling bercanda, dan bergosip mengisi sela-sela waktu pergantian jam pelajaran.
"Oh iya Nay, Ji, Yu, ceritain dong bagaimana tentang kelas ini, suasananya serta murid-muridnya!" pinta Enda kepada Naya, Wiji, dan Wahyu.
Naya, Wiji, dan Wahyu saling bertatapan dan raut wajah mereka seperti tampak kebingungan harus memulai dari mana menceritakan tentang kelas tersebut kepada Enda.
"Hmmm.. kamu deh Ji yang cerita! Kalau aku kan baru juga satu semester di sini, jadi juga belum begitu tau keseluruhan tentang kelas ini!" kata Naya memerintah Wiji untuk bercerita.
"Hmm.. Ok deh!" jawab Wiji memulai bercerita, "Kamu tenang aja Nda, anak-anak di kelas ini baik-baik kok! Cuma, ya... ada beberapa anak yang membentuk suatu kelompok atau geng, yang hanya berteman akrab dengan sesama anggota kelompoknya saja. Ada beberapa kelompok di kelas ini. Tetapi ada juga beberapa anak yang mampu membaur kesana kemari tanpa terikat suatu kelompok" lanjut Wiji menerangkan.
"Kelompok? Geng? Wow!.. Aku kira cuma sekolah di kota-kota besar saja yang ada hal seperti itu, ternyata di desa juga ada ya?" Tanya Enda heran.
"Yah, mungkin gara-gara sinetron remaja nggak jelas yang sering tayang di TV, sehingga meracuni moral remaja bahkan sampai ke desa-desa, haha." timpal Wahyu dengan gaya sok tahunya.
"Alah, gitu-gitu kamu juga suka nontonnya kan Yu? Malah kamu ngefans tuh sama salah satu aktrisnya, hahaha." ledek Naya kepada Wahyu.
"Hahahaha..." Lagi-lagi tawa keras pecah di tengah-tengah obrolan mereka berempat akibat Naya yang sukses memperolok Wahyu.
"Terus terus, siapa saja murid-murid yang membentuk dan tergabung dalam kelompok-kelompok tersebut?" tanya Enda penasaran.
"Hmm.. yang pertama ada kelompoknya si Pramono, yang beranggotakan Pramono sebagai leadernya, kemudian ada Seno, Wondo, dan Cahyo. Mereka bisa dibilang premannya kelas ini, tapi fungsi mereka sebenarnya adalah menjaga dan melindungi kelas ini dari gangguan murid-murid kelas lain. Tapi anaknya baik-baik kok, jadi anggap saja mereka ini sebagai security kelas kita, hahaha." kata Wiji menerangkan. Namun Wiji hanya sebatas mengenalkan nama-nama mereka tanpa menunjukkan dan memberitahu kepada Enda yang mana orang-orangnya. Karena menurut Wiji, tidak etis bila menunjuk-nunjuk orang, lebih baik Enda yang berkenalan sendiri kepada mereka, atau suatu saat nanti, lama-kelamaan Enda akan mengetahui sendiri mana saja orang-orang yang diceritakannya.
"Lalu ada kelompoknya si Winda, yang beranggotakan Winda sebagai leadernya, lalu ada Airin, dan si kembar Dina dan Dini. Kelompok ini lebih mirip kumpulan Ibu-ibu PKK, karena terkenal heboh dan cerewet. Mereka merasa diri mereka paling cantik, paling eksis, dan paling wow, bukan hanya di kelas ini, bahkan di sekolah ini, hahaha… Gosipnya sih, Winda itu primadonanya sekolah ini untuk tingkat kelas XI, tapi sayang kelompok ini sedikit sulit membaur dengan murid-murid yang lain." sambung Wahyu melanjutkan cerita Wiji.
"Kemudian ada kelompok kutu buku, yang beranggotakan Angga, Rudi, Anto, dan Rahma. Mereka anaknya baik-baik, cuma kalau urusan pelajaran mereka selalu serius, dan bila saat ujian jangan harap bisa mendapat contekan dari mereka, jangankan contekan, dipanggil saja tidak menoleh sedikitpun, hahaha... Walau satu kelompok, mereka selalu bersaing saat ujian untuk mendapatkan nilai terbaik, dan mereka selalu menduduki peringkat 5 besar di kelas ini." lanjut Wiji kembali bercerita.
"Lalu, kalian sendiri bagaimana? Apakah kalian juga punya kelompok sendiri? Atau bergabung dengan kelompok-kelompok lain?" Tanya Enda kepada Wiji, Wahyu, dan Naya.
"Aku dan Wiji orangnya asik kok! Jadi kami bisa membaur kemana saja tanpa pilih-pilih teman." jawab Wahyu dengan tersenyum.
"Kalau aku sama sih, ya karena aku juga terbilang anak baru di Kelas ini, aku biasanya membaur kesana kemari, berteman dengan siapa saja. Cuma, aku lebih sering terlihat berduaan dengan Yani saat ke Kantin atau saat bersamaan berangkat dan pulang sekolah, ya karena kami bertetangga, rumah kami berdekatan." jawab Naya.
"Oh, baguslah kalau begitu! Memang sebaiknya kita harus berteman dengan siapa saja, tanpa memilih-milih teman." kata Enda menanggapi jawaban dari Naya, Wiji, dan Wahyu.
"Terus kamu sendiri mau bagaimana Nda? Berminat masuk ke salah satu kelompok teman di Kelas ini, atau mau membaur?" tanya Wiji kepada Enda.
"Sebagai murid baru di sini, tentu aku akan membaur dengan siapa saja di kelas ini, bahkan di sekolah ini, agar aku dapat berkenalan dengan mereka dan memiliki banyak teman... Dan untuk saat ini, aku sangat senang dapat berkenalan dan berteman dengan kalian Nay, Ji, Yu! Kalian orangnya ramah, asik dan terbuka." jawab Enda dengan penuh senyuman kepada ketiga teman barunya tersebut.
"Oohh... so sweat!.. Jadi terharu, saatnya berpelukan, hehehe." goda Wiji dan Wahyu bersamaan sambil merentangkan tangan ke arah Naya mengajak berpelukan dengan pandangannya yang nakal.
Dengan secepat kilat Naya mengelak dan mengarahkan kepalan tangannya ke arah Wiji dan Wahyu, "Berani nyentuh, remuk sampean!" ancam Naya.
"Huahahahaha....." Wiji dan Wahyu saling berpandangan dan tertawa lebar karena sukses mengerjai Naya.
---
Diubah oleh ka.elka 12-08-2014 17:12
0
Kutip
Balas