- Beranda
- Stories from the Heart
You Make Me Stuck In Kaskus [TrueStory]
...
TS
naccha
You Make Me Stuck In Kaskus [TrueStory]
Quote:
You Make Me Stuck In Kaskus
Quote:
Permisi mimin, momod, kaskuser, SR dan semua yang ada disini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu 
Ane mau share cerita, ini cerita real tapi kejadiannya tidak menimpa ane
ini sebenernya cerita teman ane yang sudah bersedia kisah hidupnya ane share di mari 
Sebenernya dia pengen share sendiri tapi, dia bukan tipe orang yang suka menulis.. mengetik maksudnya
Dan kalian tau betapa susahnya menulis cerita orang lain yang kita sendiri ga pernah ngalamin kejadian itu
Bahkan bahasa dan gaya bicara ane musti ngikutin mereka
Ane juga harus paham karakter semua tokohnya biar pas dialog, ini loh mereka, seperti ini mereka kalo lagi ngobrol.
Tapi dengan berbekal niat, semangat, pengalaman dan kejadian yang sebagian pernah ada di ane juga
cieeee
ane yakin ane sanggup 
Oke, atas nama privasi
semua tokoh yang ada di cerita ini namanya ane samarkan, karna ane yang nulis jadi ane bebas dong mau kasih nama apa
Jika ada kesamaan nama, itu hanya unsur ketidaksengajaan. Maaf yes 
Ane juga udah stalking semua tokoh-tokohnya
Tokoh-tokohnya para kaskuser loh gan
dan sekarang masih pada aktif di kaskus 
Dan untuk kenyamanan penulis, ane pake sudut pandang orang pertama pelaku utama
Boleh kepo tapi jangan kebangetan
Oiya, ane nemu juga lagu yang pas buat menggambarkan keadaan si empunya cerita

Ane mau share cerita, ini cerita real tapi kejadiannya tidak menimpa ane
ini sebenernya cerita teman ane yang sudah bersedia kisah hidupnya ane share di mari 
Sebenernya dia pengen share sendiri tapi, dia bukan tipe orang yang suka menulis.. mengetik maksudnya

Dan kalian tau betapa susahnya menulis cerita orang lain yang kita sendiri ga pernah ngalamin kejadian itu
Bahkan bahasa dan gaya bicara ane musti ngikutin mereka
Ane juga harus paham karakter semua tokohnya biar pas dialog, ini loh mereka, seperti ini mereka kalo lagi ngobrol.Tapi dengan berbekal niat, semangat, pengalaman dan kejadian yang sebagian pernah ada di ane juga
cieeee
ane yakin ane sanggup 
Oke, atas nama privasi
semua tokoh yang ada di cerita ini namanya ane samarkan, karna ane yang nulis jadi ane bebas dong mau kasih nama apa
Jika ada kesamaan nama, itu hanya unsur ketidaksengajaan. Maaf yes 
Ane juga udah stalking semua tokoh-tokohnya
Tokoh-tokohnya para kaskuser loh gan
dan sekarang masih pada aktif di kaskus 
Dan untuk kenyamanan penulis, ane pake sudut pandang orang pertama pelaku utama
Boleh kepo tapi jangan kebangetan

Oiya, ane nemu juga lagu yang pas buat menggambarkan keadaan si empunya cerita

Spoiler for Taraaaaa:
I Knew I Loved You – Savage Garden
Maybe it's intuition
But some things you just don't question
Like in your eyes
I see my future in an instant
and there it goes
I think I've found my best friend
I know that it might sound more than
a little crazy but I believe
I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
There's just no rhyme or reason
only this sense of completion
and in your eyes
I see the missing pieces
I'm searching for
I think I found my way home
I know that it might sound more than
a little crazy but I believe
A thousand angels dance around you
I am complete now that I found you
Quote:
Udah ya, fokus lagi ke cerita. Ane mulai nih. Ane ambil posisi jadi penulis sekaligus jadi tokoh utama.
Ehemm..
Perkenalkan, nama gue Naya
yaelaaaah.. canggung banget dah ane
Oke fokus lagi, konsentrasi. Posisi ane udah bukan naccha nih, tapi empunya cerita 
Ehemm.. Perkenalkan nama gue Naya. Gue tinggal di.. bentar, kalo soal tempat tinggal bisa dibilang keluarga gue nomaden
Tapi emang kenyataannya gitu, gue lahir dan dibesarkan di Bogor tapi cuman sampe kelas 5 SD aja. Selebihnya keluarga gue pindah ke Bandung dan hidup disana sampe kelas 1 SMA. Kelas 2 SMA balik lagi ke Bogor
Dan dari sinilah, dari kelas 2 SMA awal cerita gue.
Ehemm..
Perkenalkan, nama gue Naya
yaelaaaah.. canggung banget dah ane
Oke fokus lagi, konsentrasi. Posisi ane udah bukan naccha nih, tapi empunya cerita 
Ehemm.. Perkenalkan nama gue Naya. Gue tinggal di.. bentar, kalo soal tempat tinggal bisa dibilang keluarga gue nomaden
Tapi emang kenyataannya gitu, gue lahir dan dibesarkan di Bogor tapi cuman sampe kelas 5 SD aja. Selebihnya keluarga gue pindah ke Bandung dan hidup disana sampe kelas 1 SMA. Kelas 2 SMA balik lagi ke Bogor
Dan dari sinilah, dari kelas 2 SMA awal cerita gue.Quote:
(FYI, Naya itu sebenernya nama ikan piaraan ane
tapi bodo amat lah, toh ga ada yang komplain
)
tapi bodo amat lah, toh ga ada yang komplain
)Quote:
INDEX
Part 1 - Berawal Dari Bogor [September 2010]
Part 2 - Dia Suka Dia
Part 3 - Akulah Dia
Part 4 - Welcome to Kaskus [Januari 2011]
Part 5 - Resign Dari Kaskus [Maret 2011]
Part 6 - Bukan Rico, Tapi Ryan
Part 7 - Sahabat Jadi Cinta [Mei 2011]
Part 8 - Ada Rahasia kah?
Part 9 - Aku Bisa Terima
Part 10 - Maaf, Tak Bermaksud Menyakitimu
Part 11 - Dia Kembali Menjadi Sahabatku
Part 12 - Dia Rama, Bukan Ryan
Part 13 - Rama Kaskuser?
Part 14 - Reunian Via Kaskus
Part 15 - Kaskus Langka?
Part 16 - Lah Kok Marah?
Part 17 - Bosen Jadi SR?
Part 18 - Masih Ada Ryan
Part 19 - Maaf, Aku Tak Bisa
Part 20 - Namanya Nanda
Part 21 - PM Gaje Semua
Part 22 - Galak, Cuek, Cerewet
Part 23 – VM Disable
Part 24 – Hildan Apa Idan?
Part 25 - Harusnya Dan, Bukan Gan
Part 26 - Insomnia
Part 27 - Tanggal Merah, PM Libur
Part 28 - Kamu Siapnya Kapan?
Part 29 - Besok Chit Chat
Part 30 - Ini Modus Apa Gombal?
Part 31 - Gara-gara PM
Part 32 - Hai, Ryan
Part 33 - Makasih Tugasnya [Januari 2014]
Part 34 - Aku Pulaaaaang [Januari 2014]
Part 35 - Misi, Idan Bukan?
Part 36 - Masih Ada Harapan?
Part 37 - Kamu.. Iyaaa Kamuuuu
Part 38 - Hai, Alvin [April 2014]
Part 39 - Loh kok nelfon??
Part 40 - Yaelah Malah Sakit
Part 41 - Loh Kamu Sakit?
Part 42 - Beneran Sibuk? [April - 2014]
Part 43 - PM Terakhir [Mei 2014]
Part 43 - Terjebak Nostalgia [Juni 2014]
Part 44 - Sulitnya Membencimu
Part 45 - Eh, Ada TS
Part 46 - Foto Sama Novel Jangan Dibuang!
Part 47 - Knapa Kursi Ini Masih Ada?
Part 48 - Oh, Kirain Idan
Part 49 - Tebak-tebakan Yuk [September 2014]
Part 50 - PM? Dari Siapa?
Part 51 - Hai, Apa Kabar?
Part 52 - Yakin Ada Masalah? Bukannya Lagi Sibuk?
Part 53 - Sakit Ya??
Part 54 - Cepet Sembuh
Part 55 - Gilak! Asal Jepret Aja
Part 56 - Aku Pulaaaaaaang
Part 57 - Di Tempat Itulah Aku Mengenang Semua
Part 58 - Bukan, Itu Bukan Mama
Part 59 - Pulang Sana!
Part 60 - Sengaja Menjauh???
Part 61- Bahagia Itu di RL
Part 62 - Singkat, Padat, Ga Jelas
Part 63 - 13 Menit
Part 64 - Semoga Menjadi yang Terakhir
Part 65 - Terus Aja Gangguin Orang
Part 66 - Flashback
Part 67 - Jomblo Ngemil Mercon
Part 68 - Finally..
Lanjuutt di bawah
Spoiler for Index:
Part 1 - Berawal Dari Bogor [September 2010]
Part 2 - Dia Suka Dia
Part 3 - Akulah Dia
Part 4 - Welcome to Kaskus [Januari 2011]
Part 5 - Resign Dari Kaskus [Maret 2011]
Part 6 - Bukan Rico, Tapi Ryan
Part 7 - Sahabat Jadi Cinta [Mei 2011]
Part 8 - Ada Rahasia kah?
Part 9 - Aku Bisa Terima
Part 10 - Maaf, Tak Bermaksud Menyakitimu
Part 11 - Dia Kembali Menjadi Sahabatku
Part 12 - Dia Rama, Bukan Ryan
Part 13 - Rama Kaskuser?
Part 14 - Reunian Via Kaskus
Part 15 - Kaskus Langka?
Part 16 - Lah Kok Marah?
Part 17 - Bosen Jadi SR?
Part 18 - Masih Ada Ryan
Part 19 - Maaf, Aku Tak Bisa
Part 20 - Namanya Nanda
Part 21 - PM Gaje Semua
Part 22 - Galak, Cuek, Cerewet
Part 23 – VM Disable
Part 24 – Hildan Apa Idan?
Part 25 - Harusnya Dan, Bukan Gan
Part 26 - Insomnia
Part 27 - Tanggal Merah, PM Libur
Part 28 - Kamu Siapnya Kapan?
Part 29 - Besok Chit Chat
Part 30 - Ini Modus Apa Gombal?
Part 31 - Gara-gara PM
Part 32 - Hai, Ryan
Part 33 - Makasih Tugasnya [Januari 2014]
Part 34 - Aku Pulaaaaang [Januari 2014]
Part 35 - Misi, Idan Bukan?
Part 36 - Masih Ada Harapan?
Part 37 - Kamu.. Iyaaa Kamuuuu
Part 38 - Hai, Alvin [April 2014]
Part 39 - Loh kok nelfon??
Part 40 - Yaelah Malah Sakit
Part 41 - Loh Kamu Sakit?
Part 42 - Beneran Sibuk? [April - 2014]
Part 43 - PM Terakhir [Mei 2014]
Part 43 - Terjebak Nostalgia [Juni 2014]
Part 44 - Sulitnya Membencimu
Part 45 - Eh, Ada TS
Part 46 - Foto Sama Novel Jangan Dibuang!
Part 47 - Knapa Kursi Ini Masih Ada?
Part 48 - Oh, Kirain Idan
Part 49 - Tebak-tebakan Yuk [September 2014]
Part 50 - PM? Dari Siapa?
Part 51 - Hai, Apa Kabar?
Part 52 - Yakin Ada Masalah? Bukannya Lagi Sibuk?
Part 53 - Sakit Ya??
Part 54 - Cepet Sembuh
Part 55 - Gilak! Asal Jepret Aja
Part 56 - Aku Pulaaaaaaang
Part 57 - Di Tempat Itulah Aku Mengenang Semua
Part 58 - Bukan, Itu Bukan Mama
Part 59 - Pulang Sana!
Part 60 - Sengaja Menjauh???
Part 61- Bahagia Itu di RL
Part 62 - Singkat, Padat, Ga Jelas
Part 63 - 13 Menit
Part 64 - Semoga Menjadi yang Terakhir
Part 65 - Terus Aja Gangguin Orang
Part 66 - Flashback
Part 67 - Jomblo Ngemil Mercon
Part 68 - Finally..
Lanjuutt di bawah

Diubah oleh naccha 09-02-2015 11:38
anasabila memberi reputasi
1
38.2K
Kutip
505
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
naccha
#47
Part 10 - Maaf, Tak Bermaksud Menyakitimu
Quote:
Lagi – lagi gue bohong, hari ini udah 2 orang gue bohongin, Ryan sama Masha
Gue sebenernya ga mau beli buku, justru gue mau ngomong sama Ryan soal kejadian kemarin. Gue pastiin dulu Masha pulang, baru gue cari Ryan. Hebat banget kan ide gue? 
Hari ini Ryan emang mau main basket, tapi gue ga tau jam berapa dan gue juga ga tau sekarang dia dimana
gue juga ga tau apa dia masih disekolah atau engga 
Lalu gue telfon dia, males gue kalo harus nyariin dia
Ryan : “Knapa Nay?”
Naya : “Dimana Yan?”
Ryan : “Aku di lapangan. Kenapa?”
Naya : “Ke kelas bentar gih.”
Ryan : “Loh.. kamu belum pulang?”
Naya : “Udah ke sini aja, nih aku ga ada temennya. Cepetan.”
Tut tut tuuutt.. telfon gue matiin
Gue udah ngerasa bosen sama posisi gue yang udah lama duduk di kursi depan kelas
Gue liat di samping gue. Ada tempat kosong. Yaa, gue pindah posisi duduk di lantai di samping kursi. Di sana lah gue nungguin Ryan sambil mikir gimana nanti ngomongnya ke Ryan, gue ga tega sama dia, gue ga mau nyakitin orang yang gue sayang 
“Nay.. kok belum pulang? Masha mana kok sendirian aja.”
“Eh Ryan, sini deh. Duduk sini.” Gue ga tau knapa waktu itu gue kangen banget sama Ryan
Ryan lalu duduk tepat di sebelah gue sambil nyender di tembok.
“Kok duduk di bawah?”
“Nggak papa kok, nyaman aja. Eh iya, katanya mau basket. Jam berapa mulainya?”
“Mau futsal, ga jadi basket
Masih ntar sore mulainya. Kenapa?
Tumben nanya gitu, biasanya kan kamu cuek 
“Iya iya maaf. Berarti ada waktu kan kalo kita ngomong sekarang, di sini.”
"Mau ngomong apaan sih? Penting ya? Sampe aku di suruh ke sini?”
“……” Gue diem, lalu nunduk. Gue ga berani liat ke Ryan karna gue sadar banget gue udah nangis
“Nay knapa kok diem aja? Sakit ya?”
Gue masih diem, gue ga bisa jawab pertanyaan dia padahal itu pernyataan yang sepele banget. Gue bener-bener ga bisa ngomong, gue ngerasa kalimat yang udah gue susun rapi mendadak menjadi kalimat acak yang ga mungkin gue ungkapin gitu aja
“Naya, kamu nangis?” Akhirnya Ryan sadar juga kalo gue nangis
“Ryan, maaf ya
“Maaf kenapa Nay? Kamu jangan bikin aku bingung dong
“Ryan.. kalo mulai sekarang kita udahan aja gimana?”
“Maksudnya udahan? Nay kamu lagi ngerjain aku kan?”
“Ryan, aku serius. Aku mau kita putus.. sekarang!..
Berat banget gue ngomong putus sama dia, gue ngerasa jadi orang yang paling jahat sedunia udah nyakitin orang yang sayang sama gue. Gue liat Ryan kaget banget. Dia yang tadinya di posisi nyantai nyender di tembok, sekarang memutar badannya 45 derajat menghadap gue.
“Naya, kamu ngomong apaan sih? Udah ah, ga lucu”
“Ryan, kamu masih nganggep aku becanda? Kamu ga liat aku nangis kaya gini? Kamu pikir gampang ngomong kaya gitu? Susah yaaan.. susaahh

“Nay, kalo kamu tau itu susah knapa kamu lakuin. Itu juga nyakitin diri kamu sendiri. Nay.. kamu marah sama aku? Kesel sama aku gara-gara tadi malem aku cuekin kamu? Kan aku udah bilang aku kemarin tidur awal Nay..”
“Bukan yan, bukan gara-gara itu. Aku nggak marah sama kamu. Tapi gara-gara..” gue tiba-tiba ragu mau lanjutin kalimat gue, gue jadi nggak yakin mau ngomong jujur.
“Gara-gara Rico?” Pertanyaan bodoh akhirnya keluar dari mulut Ryan, Aduh pliss dehh.. gue udah nggak peduli kali sama Rico lagian dia juga udah punya cewe
“Nggak ada hubungannya sama Rico”
“Ya terus?”
“Masha suka sama kamu sebelum aku ada di sini” akhirnya kalimat keramat itu keluar juga walaupun gue ngucapinnya dengan penuh perjuangan, nyesek banget

“Hah? Nay..” Gue liat Ryan bener-bener kaget
“Ryaan, kemarin Masha cerita ke gue semuanya. Dia suka sama kamu udah lama,dia sedih waktu tau kita jadian. Tapi dia juga ga tau musti ngapain. Di satu sisi dia ngerasa sedih.. sedih banget karna harus kehilangan orang yang dia sayang. Tapi di sisi lain, dia ga tega kalo nyakitin sahabatnya sendiri dengan cara dia ngomong jujur ke kita. Makanya dia sekarang dia keliatan beda, sering sedih ga jelas. Dia pasti ngerasa sakit banget yan
Dan kalo pun aku di posisi Masha aku pasti ngerasain hal yang sama juga.”
“Dia yang nyuruh kita putus?”
“Engga yan, bukan. Ini udah jadi keputusan aku. Aku ga mau nyakitin Masha lagi. Dia malah nyuruh aku biar ga mutusin kamu. Tapi.. kalo kita kita lanjut, banyak yang bakalan terluka yan.”
“Tapi kamu nyakitin aku Nay..” kalimat Ryan yang ini bener-bener bikin gue ga bisa ngomong lagi. Emang bener sih yang dia bilang. Gue berhenti nyakitin satu orang, tapi yang lain mulai terluka
“Ryan, bukan cuma kamu aja. Aku juga ngerasa sakit yan sama keadaan ini. Tapi emang ini satu-satunya jalan keluar biar hubungan kita kaya dulu lagi, sebelum ada perasaan lebih dalam persahabatan kita yan.”
“Nayaaa.. tapi kan Masha udah bilang kalo dia nggak papa kita nggak putus”
“……..” Gue diem karna gue ga bisa jawab. Ini pertanyaan yang paling susah sodara-sodara
“Gue juga ngerasa sakit”
Suara barusan jelas aja buat gue dan Ryan kaget
Woow
Arga.. dia udah duduk manis di kursi disebelah gue dan Ryan, sambil ngomong dengan tenangnya kalo dia juga terluka.
“Arga, lo udah lama di sini?” Tanya Ryan yang keliatan kaget
“Udah yan, gue udah lama, tapi kalian ga nyadar” Gue sama Ryan cuman bisa bengong
Ya jelas aja gue sama Ryan ga nyadar kalo ada manusia segede onta duduk di kursi itu
Secara posisi gue di samping Ryan dan posisi Ryan di samping kursi tapi dia agak membelakangi kursi, dan gue sendiri kehalang Ryan. Lagian kurang kerjaan banget gue, pas bicara serius tapi tolah toleh kesana kemari
“Ga, kok lo ga bilang kalo lo ada di sini? Lagian lo kan tadi dilapangan sama anak-anak, kok malah ke sini sih? Tanya Ryan yang agaknya mulai kesel sama Arga
“Tadinya gue ngabarin lo kalo kita nggak jadi futsal karna banyak yang ga bisa ikut. Gue tadi berdiri di sana (nunjuk ke depan pintu kelas
) Tapi gue liat kalian ngomong serius. Yaudah gue mutusin buat di sini aja trus gue sms anak-anak biar pulang duluan. Ryan.. sebenernya jarak kita dateng ke sini tuh ga lama” 
“Trus elo udah tau semua?” tanya gue ke Arga dengan agak ketakutan
“Udah Nay, makanya kalian ga perlu repot-repot jelasin lagi. Gue setuju sama Masha kalo kalian ga usah putus, toh Masha juga ga papa kan?”
“Engga Ga, gue udah yakin gue putus aja sama Ryan biar kita bisa sahabatn kaya dulu lagi”
“Nay..” Ryan bentak gue
“Gue sebenernya juga kecewa, tapi gue ga tau gue kecewa sama siapa karna kalo di logika kalian ga ada yang salah. Gue suka sama Masha tapi Masha malah suka sama sahabat gue sendiri, sama lo Yan. Gue ga bisa nyalahin lo Yan, karna emang lo nggak salah, gue juga ga bisa nyalahin Masha karna gue ga bisa maksain dia. Mungkin gue yang bego, naruh harapan banyak ke Masha”
“Arga lo dengerin gue, gue kemarin udah bilang ke Masha kalo lo suka sama dia”
“Tapi lo tau kan jawabannya, dia ga suka sama gue, dia cuman nganggep gue temen aja. Iya kan Nay?”
“Tapi Ga..”
“Nay, gue juga mundur sama kaya lo”
“Naya kamu ga mau ngerubah keputusan kamu? Tanya Ryan khawatir
“Ryan, kan gue udah bilang. Kita udahan aja. Kamu tau kan kalo disini ga ada yang ga terluka. Dan kamu juga ga mau kan nyakitin temen kamu sendiri? Kamu ga mau kan jadi orang egois?

“………………” Ryan ga jawab apa apa dia cuman diem. Begitu juga Arga.
Setelah hampir 15 menit kita bertiga diem dieman mikirin nasib masing-masing, kita mutusin buat pulang
To be continued..
Gue sebenernya ga mau beli buku, justru gue mau ngomong sama Ryan soal kejadian kemarin. Gue pastiin dulu Masha pulang, baru gue cari Ryan. Hebat banget kan ide gue? 
Hari ini Ryan emang mau main basket, tapi gue ga tau jam berapa dan gue juga ga tau sekarang dia dimana
gue juga ga tau apa dia masih disekolah atau engga 
Lalu gue telfon dia, males gue kalo harus nyariin dia

Ryan : “Knapa Nay?”
Naya : “Dimana Yan?”
Ryan : “Aku di lapangan. Kenapa?”
Naya : “Ke kelas bentar gih.”
Ryan : “Loh.. kamu belum pulang?”
Naya : “Udah ke sini aja, nih aku ga ada temennya. Cepetan.”
Tut tut tuuutt.. telfon gue matiin

Gue udah ngerasa bosen sama posisi gue yang udah lama duduk di kursi depan kelas
Gue liat di samping gue. Ada tempat kosong. Yaa, gue pindah posisi duduk di lantai di samping kursi. Di sana lah gue nungguin Ryan sambil mikir gimana nanti ngomongnya ke Ryan, gue ga tega sama dia, gue ga mau nyakitin orang yang gue sayang 
“Nay.. kok belum pulang? Masha mana kok sendirian aja.”

“Eh Ryan, sini deh. Duduk sini.” Gue ga tau knapa waktu itu gue kangen banget sama Ryan

Ryan lalu duduk tepat di sebelah gue sambil nyender di tembok.
“Kok duduk di bawah?”
“Nggak papa kok, nyaman aja. Eh iya, katanya mau basket. Jam berapa mulainya?”
“Mau futsal, ga jadi basket
Masih ntar sore mulainya. Kenapa?
Tumben nanya gitu, biasanya kan kamu cuek 
“Iya iya maaf. Berarti ada waktu kan kalo kita ngomong sekarang, di sini.”

"Mau ngomong apaan sih? Penting ya? Sampe aku di suruh ke sini?”

“……” Gue diem, lalu nunduk. Gue ga berani liat ke Ryan karna gue sadar banget gue udah nangis

“Nay knapa kok diem aja? Sakit ya?”

Gue masih diem, gue ga bisa jawab pertanyaan dia padahal itu pernyataan yang sepele banget. Gue bener-bener ga bisa ngomong, gue ngerasa kalimat yang udah gue susun rapi mendadak menjadi kalimat acak yang ga mungkin gue ungkapin gitu aja
“Naya, kamu nangis?” Akhirnya Ryan sadar juga kalo gue nangis
“Ryan, maaf ya

“Maaf kenapa Nay? Kamu jangan bikin aku bingung dong

“Ryan.. kalo mulai sekarang kita udahan aja gimana?”

“Maksudnya udahan? Nay kamu lagi ngerjain aku kan?”
“Ryan, aku serius. Aku mau kita putus.. sekarang!..
Berat banget gue ngomong putus sama dia, gue ngerasa jadi orang yang paling jahat sedunia udah nyakitin orang yang sayang sama gue. Gue liat Ryan kaget banget. Dia yang tadinya di posisi nyantai nyender di tembok, sekarang memutar badannya 45 derajat menghadap gue.
“Naya, kamu ngomong apaan sih? Udah ah, ga lucu”

“Ryan, kamu masih nganggep aku becanda? Kamu ga liat aku nangis kaya gini? Kamu pikir gampang ngomong kaya gitu? Susah yaaan.. susaahh

“Nay, kalo kamu tau itu susah knapa kamu lakuin. Itu juga nyakitin diri kamu sendiri. Nay.. kamu marah sama aku? Kesel sama aku gara-gara tadi malem aku cuekin kamu? Kan aku udah bilang aku kemarin tidur awal Nay..”
“Bukan yan, bukan gara-gara itu. Aku nggak marah sama kamu. Tapi gara-gara..” gue tiba-tiba ragu mau lanjutin kalimat gue, gue jadi nggak yakin mau ngomong jujur.
“Gara-gara Rico?” Pertanyaan bodoh akhirnya keluar dari mulut Ryan, Aduh pliss dehh.. gue udah nggak peduli kali sama Rico lagian dia juga udah punya cewe
“Nggak ada hubungannya sama Rico”

“Ya terus?”

“Masha suka sama kamu sebelum aku ada di sini” akhirnya kalimat keramat itu keluar juga walaupun gue ngucapinnya dengan penuh perjuangan, nyesek banget

“Hah? Nay..” Gue liat Ryan bener-bener kaget

“Ryaan, kemarin Masha cerita ke gue semuanya. Dia suka sama kamu udah lama,dia sedih waktu tau kita jadian. Tapi dia juga ga tau musti ngapain. Di satu sisi dia ngerasa sedih.. sedih banget karna harus kehilangan orang yang dia sayang. Tapi di sisi lain, dia ga tega kalo nyakitin sahabatnya sendiri dengan cara dia ngomong jujur ke kita. Makanya dia sekarang dia keliatan beda, sering sedih ga jelas. Dia pasti ngerasa sakit banget yan
Dan kalo pun aku di posisi Masha aku pasti ngerasain hal yang sama juga.”“Dia yang nyuruh kita putus?”

“Engga yan, bukan. Ini udah jadi keputusan aku. Aku ga mau nyakitin Masha lagi. Dia malah nyuruh aku biar ga mutusin kamu. Tapi.. kalo kita kita lanjut, banyak yang bakalan terluka yan.”
“Tapi kamu nyakitin aku Nay..” kalimat Ryan yang ini bener-bener bikin gue ga bisa ngomong lagi. Emang bener sih yang dia bilang. Gue berhenti nyakitin satu orang, tapi yang lain mulai terluka

“Ryan, bukan cuma kamu aja. Aku juga ngerasa sakit yan sama keadaan ini. Tapi emang ini satu-satunya jalan keluar biar hubungan kita kaya dulu lagi, sebelum ada perasaan lebih dalam persahabatan kita yan.”
“Nayaaa.. tapi kan Masha udah bilang kalo dia nggak papa kita nggak putus”

“……..” Gue diem karna gue ga bisa jawab. Ini pertanyaan yang paling susah sodara-sodara

“Gue juga ngerasa sakit”

Suara barusan jelas aja buat gue dan Ryan kaget
Woow
Arga.. dia udah duduk manis di kursi disebelah gue dan Ryan, sambil ngomong dengan tenangnya kalo dia juga terluka. “Arga, lo udah lama di sini?” Tanya Ryan yang keliatan kaget

“Udah yan, gue udah lama, tapi kalian ga nyadar” Gue sama Ryan cuman bisa bengong

Ya jelas aja gue sama Ryan ga nyadar kalo ada manusia segede onta duduk di kursi itu
Secara posisi gue di samping Ryan dan posisi Ryan di samping kursi tapi dia agak membelakangi kursi, dan gue sendiri kehalang Ryan. Lagian kurang kerjaan banget gue, pas bicara serius tapi tolah toleh kesana kemari
“Ga, kok lo ga bilang kalo lo ada di sini? Lagian lo kan tadi dilapangan sama anak-anak, kok malah ke sini sih? Tanya Ryan yang agaknya mulai kesel sama Arga

“Tadinya gue ngabarin lo kalo kita nggak jadi futsal karna banyak yang ga bisa ikut. Gue tadi berdiri di sana (nunjuk ke depan pintu kelas
) Tapi gue liat kalian ngomong serius. Yaudah gue mutusin buat di sini aja trus gue sms anak-anak biar pulang duluan. Ryan.. sebenernya jarak kita dateng ke sini tuh ga lama” 
“Trus elo udah tau semua?” tanya gue ke Arga dengan agak ketakutan

“Udah Nay, makanya kalian ga perlu repot-repot jelasin lagi. Gue setuju sama Masha kalo kalian ga usah putus, toh Masha juga ga papa kan?”

“Engga Ga, gue udah yakin gue putus aja sama Ryan biar kita bisa sahabatn kaya dulu lagi”
“Nay..” Ryan bentak gue

“Gue sebenernya juga kecewa, tapi gue ga tau gue kecewa sama siapa karna kalo di logika kalian ga ada yang salah. Gue suka sama Masha tapi Masha malah suka sama sahabat gue sendiri, sama lo Yan. Gue ga bisa nyalahin lo Yan, karna emang lo nggak salah, gue juga ga bisa nyalahin Masha karna gue ga bisa maksain dia. Mungkin gue yang bego, naruh harapan banyak ke Masha”

“Arga lo dengerin gue, gue kemarin udah bilang ke Masha kalo lo suka sama dia”
“Tapi lo tau kan jawabannya, dia ga suka sama gue, dia cuman nganggep gue temen aja. Iya kan Nay?”
“Tapi Ga..”
“Nay, gue juga mundur sama kaya lo”

“Naya kamu ga mau ngerubah keputusan kamu? Tanya Ryan khawatir

“Ryan, kan gue udah bilang. Kita udahan aja. Kamu tau kan kalo disini ga ada yang ga terluka. Dan kamu juga ga mau kan nyakitin temen kamu sendiri? Kamu ga mau kan jadi orang egois?

“………………” Ryan ga jawab apa apa dia cuman diem. Begitu juga Arga.
Setelah hampir 15 menit kita bertiga diem dieman mikirin nasib masing-masing, kita mutusin buat pulang

To be continued..
Diubah oleh naccha 04-11-2014 18:52
0
Kutip
Balas