- Beranda
- Stories from the Heart
Petrichor, A Lovely Story After Rain
...
TS
bekassr
Petrichor, A Lovely Story After Rain
Malam gan, ane udah lama mau bikin cerita disini, cuma ga kesampean terus, baru sekarang niatnya kesampean.
Ini cerita based on true life story of mine, cuma ada beberapa detail yang bakal ane tambah-tambahin sebagai pemanis cerita, komposisinya 80-20 lah, hehe.
Okay, i think i can start this now?
INDEX thanks to agan vanjipeng
Ini cerita based on true life story of mine, cuma ada beberapa detail yang bakal ane tambah-tambahin sebagai pemanis cerita, komposisinya 80-20 lah, hehe.
Okay, i think i can start this now?
INDEX thanks to agan vanjipeng

Spoiler for index:
Diubah oleh bekassr 12-08-2014 20:01
bukhorigan dan sunflower.id memberi reputasi
3
44.9K
292
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bekassr
#207
Part 35
Aku tidak terlalu memikirkan racauan Mike, bagaimanapun juga dia saat itu sedang kacau.
Tapi sejauh yang kutahu, orang yang sedang mabuk itu selalu mengeluarkan kejujuran. Aku bingung untuk percaya atau tidak pada racauan Mike.
Acara selesai tepat pukul 12 malam. Diakhiri dengan ledakan ledakan kembang api diatas langit. Harus kuakui acara Lira ini benar benar berkelas.
Mike sendiri diambil alih oleh temannya untuk diantarkan ke tempatnya. Aku dan Vivi izin pulang pada Lira pada pukul 2, kebanyakan tamu tamu telah berpulangan sesudah acara.
Aku hanya diam membisu ketika Vivi bercerita tentang betapa excitednya dia pada acara tadi. Akupun menghindari genggaman tangan Vivi yang mencoba menggandengku. Aku masih kepikiran dengan kata kata Mike.
Vivi yang menyadari sikapku kemudian diam. Setibanya diparkiran, Vivi masuk lebih dulu kedalam mobil setelah kuhidupkan mesin dan ac nya. Kukatakan padanya aku ingin merokok dulu.
Sebenarnya, hatiku juga telah lama tau bahwa suatu saat kejadian ini akan terjadi. Apapun caranya, ntah itu Vivi yang meninggalkanku atau aku yang meninggalkannya, hatiku telah rela. Karena dari awal aku juga telah mengetahui bahwa aku dan Vivi tidak pernah berjodoh. Betapa besarpun cintaku padanya. This thing just wont work like our plan.
Aku mengacak ngacak rambutku sambil racauan Mike terus terngiang ditelingaku. Disaat itulah, mataku menangkap sesosok yang telah kukenal dengan sangat baik, terekam sangat dalam di memoriku. Setiap lekukan tubuhnya, pekat dan lurus rambutnya. Putri. Berjalan dengan seorang lelaki putih tinggi dengan kacamata frame tipis. Mobilnya terparkir tepat diseberang mobilku.
Tiba tiba Vivi keluar dari mobil lalu berjalan kearah Putri. Astaga! Apakah selama ini Vivi dan Putri saling kenal?
Ternyata Vivi berjalan bukan kearah Putri, melainkan kearah lelaki yang bersama Putri.
"Nabil!" sapa Vivi pada lelaki itu
"Eh elu Vi! Apa kabar? Dari acaranya Lira juga?" Kata lelaki itu
"Iya, elu juga? Kok gue ga ketemu elu didalem!? Yaampun Nabil lo kapan kurusnya? Sd kan lu gembrot banget, udah bawa gandengan juga yaampun sampai pangling gue!" Kata Vivi
"Hehe iya gue juga baru datengnya jam 11an tadi. Elu mah ceritanya pas sd, gue sma udah begini juga, lagian kok lu masih bisa tau sama gue? Hehe" kata lelaki itu cengengesan, gaya bicaranya agak sedikit ngondek.
"Iyah kan tompel di tanganlu kaga pindah pindah jadinya gue yakin ini elu. Wajah lu juga gaada berubah sekalipun udah kurus hehe" kata Vivi
"Bisa aja lu. Eh oh iya, kenalin nih calon gue, Putri" kata lelaki itu mengenalkan Vivi pada Putri, mereka berjabat tangan sambil mengenalkan diri
"Elu sendiri?" Tanyanya
"Engga, noh gue bawa calon juga, sayang sini dong kenalan sama temen aku" kata Vivi memanggilku.
Terjawab sudah. Janji janji aku dan Putri memang telah patah. Saat ini, entah kenapa semesta mempertemukan kami saat kami berdua sudah milik orang lain. Nampaknya semesta sudah menetapkan keputusan untuk membunuh janji kami.
Aku menghampiri mereka, kulihat Putri terkejut melihatku. Tapi kemudian dia tersenyum. Senyum yang pernah meluluhkan hatiku, malam itu sekali lagi hatiku luluh kembali karenanya.
Setelah aku berkenalan dengan Nabil, dia lalu memperkenalkanku dengan Putri. Aku hendak mengatakan pada mereka bahwa kami sebenarnya kami sudah saling kenal, tapi tiba-tiba
"Putri, aku calon tunangannya Nabil" katanya lalu mengulurkan tangannya.
Aku tersentak.
Beginikah akhirnya Put? Kamu memutuskan untuk berpura pura tidak mengenalku dan menegaskan bahwa kamu sudah dimiliki oleh orang lain?
Memang benar bahwa selama ini aku berhasil melupakan kamu karena aku mencintai Vivi, tapi beginikah caranya Put? Tragis sekali nasib janji janji muluk kita di pinggir lembah itu.
"Rian, salam kenal" kataku akhirnya lalu menyambut uluran tangannya.
Malam itu, aku merasakan kembali halusnya tangan Putri 5 tahun lalu saat menjabat tanganku di haru pertama aku di sekolah baru itu. Ditengah deru nafasnya yang tidak beraturan setelah dia terlambat masuk kelas. Namun malam ini kami berjabat tangan dengan diri masing masing yang lain. Kali ini, Putri tidak lagi ngos-ngosan saat menjabat tanganku. Tidak lagi ada bulir keringat didahinya karena dia berlari dilorong untuk tidak terlambat.
Namun. Senyum itu masih sama seperti 5 tahun yang lalu
Tapi sejauh yang kutahu, orang yang sedang mabuk itu selalu mengeluarkan kejujuran. Aku bingung untuk percaya atau tidak pada racauan Mike.
Acara selesai tepat pukul 12 malam. Diakhiri dengan ledakan ledakan kembang api diatas langit. Harus kuakui acara Lira ini benar benar berkelas.
Mike sendiri diambil alih oleh temannya untuk diantarkan ke tempatnya. Aku dan Vivi izin pulang pada Lira pada pukul 2, kebanyakan tamu tamu telah berpulangan sesudah acara.
Aku hanya diam membisu ketika Vivi bercerita tentang betapa excitednya dia pada acara tadi. Akupun menghindari genggaman tangan Vivi yang mencoba menggandengku. Aku masih kepikiran dengan kata kata Mike.
Vivi yang menyadari sikapku kemudian diam. Setibanya diparkiran, Vivi masuk lebih dulu kedalam mobil setelah kuhidupkan mesin dan ac nya. Kukatakan padanya aku ingin merokok dulu.
Sebenarnya, hatiku juga telah lama tau bahwa suatu saat kejadian ini akan terjadi. Apapun caranya, ntah itu Vivi yang meninggalkanku atau aku yang meninggalkannya, hatiku telah rela. Karena dari awal aku juga telah mengetahui bahwa aku dan Vivi tidak pernah berjodoh. Betapa besarpun cintaku padanya. This thing just wont work like our plan.
Aku mengacak ngacak rambutku sambil racauan Mike terus terngiang ditelingaku. Disaat itulah, mataku menangkap sesosok yang telah kukenal dengan sangat baik, terekam sangat dalam di memoriku. Setiap lekukan tubuhnya, pekat dan lurus rambutnya. Putri. Berjalan dengan seorang lelaki putih tinggi dengan kacamata frame tipis. Mobilnya terparkir tepat diseberang mobilku.
Tiba tiba Vivi keluar dari mobil lalu berjalan kearah Putri. Astaga! Apakah selama ini Vivi dan Putri saling kenal?
Ternyata Vivi berjalan bukan kearah Putri, melainkan kearah lelaki yang bersama Putri.
"Nabil!" sapa Vivi pada lelaki itu
"Eh elu Vi! Apa kabar? Dari acaranya Lira juga?" Kata lelaki itu
"Iya, elu juga? Kok gue ga ketemu elu didalem!? Yaampun Nabil lo kapan kurusnya? Sd kan lu gembrot banget, udah bawa gandengan juga yaampun sampai pangling gue!" Kata Vivi
"Hehe iya gue juga baru datengnya jam 11an tadi. Elu mah ceritanya pas sd, gue sma udah begini juga, lagian kok lu masih bisa tau sama gue? Hehe" kata lelaki itu cengengesan, gaya bicaranya agak sedikit ngondek.
"Iyah kan tompel di tanganlu kaga pindah pindah jadinya gue yakin ini elu. Wajah lu juga gaada berubah sekalipun udah kurus hehe" kata Vivi
"Bisa aja lu. Eh oh iya, kenalin nih calon gue, Putri" kata lelaki itu mengenalkan Vivi pada Putri, mereka berjabat tangan sambil mengenalkan diri
"Elu sendiri?" Tanyanya
"Engga, noh gue bawa calon juga, sayang sini dong kenalan sama temen aku" kata Vivi memanggilku.
Terjawab sudah. Janji janji aku dan Putri memang telah patah. Saat ini, entah kenapa semesta mempertemukan kami saat kami berdua sudah milik orang lain. Nampaknya semesta sudah menetapkan keputusan untuk membunuh janji kami.
Aku menghampiri mereka, kulihat Putri terkejut melihatku. Tapi kemudian dia tersenyum. Senyum yang pernah meluluhkan hatiku, malam itu sekali lagi hatiku luluh kembali karenanya.
Setelah aku berkenalan dengan Nabil, dia lalu memperkenalkanku dengan Putri. Aku hendak mengatakan pada mereka bahwa kami sebenarnya kami sudah saling kenal, tapi tiba-tiba
"Putri, aku calon tunangannya Nabil" katanya lalu mengulurkan tangannya.
Aku tersentak.
Beginikah akhirnya Put? Kamu memutuskan untuk berpura pura tidak mengenalku dan menegaskan bahwa kamu sudah dimiliki oleh orang lain?
Memang benar bahwa selama ini aku berhasil melupakan kamu karena aku mencintai Vivi, tapi beginikah caranya Put? Tragis sekali nasib janji janji muluk kita di pinggir lembah itu.
"Rian, salam kenal" kataku akhirnya lalu menyambut uluran tangannya.
Malam itu, aku merasakan kembali halusnya tangan Putri 5 tahun lalu saat menjabat tanganku di haru pertama aku di sekolah baru itu. Ditengah deru nafasnya yang tidak beraturan setelah dia terlambat masuk kelas. Namun malam ini kami berjabat tangan dengan diri masing masing yang lain. Kali ini, Putri tidak lagi ngos-ngosan saat menjabat tanganku. Tidak lagi ada bulir keringat didahinya karena dia berlari dilorong untuk tidak terlambat.
Namun. Senyum itu masih sama seperti 5 tahun yang lalu
Diubah oleh bekassr 06-08-2014 02:49
0