- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#398
5.11. Mentari di Ujung Agustus 4
Pria metroseksual adalah gambaran yang tepat. Tampan, kaya, rapi jali, kulit putih secerah artis boyband korea. Aku yakin betul kalau dia seumuran dengan ABG masa kini maka apabila dia berjalan-jalan di mall para cewek-cewek labil akan berteriak, “Oppa!! Oppa!! Oppa!!” sembari mengajaknya berfoto bersama dengan kamera DSLR. Dia berbeda jauh denganku, seperti langit dan bumi. Selain itu, diantara puluhan lelaki yang mungkin mengenal Hanum dia adalah orang terakhir yang kuperhitungkan kemungkinannya merebut Hanum dariku. Karena apa? Karena beliau itu melambai. Ya, me... lam... bai...
Sejak hari itu hari-hariku diliputi kekhawatiran besar. Ketakutan akan kehilangan dirinya begitu besar menjangkiti diriku bagai virus yang tak ditemukan obatnya. Hidup gue berubah total bagai zombie yang kelaparan kehabisan mangsa.
Pagi itu gue berangkat dengan setengah semangat dan tak semangat. Antara segan hidup mati tak mau. Ingin rasanya segera berangkat untuk melihatnya, tapi hati kecilku menyimpan ketakutan melihatnya berpaling dariku. Aku berjalan ke sekolah dengan lemah gemulai karena saking lemasnya. Gue seperti sudah tak makan 3 hari 3 malam hanya karena memikirkan Hanum seorang, sungguh terlalu.
Kriiiing!!! Bel masuk sekolah berbunyi. Aku pun bergegas masuk kelas.
Istirahat pertama ini gue dan temen-temen berniat ke kantin belakang. Rasanya seru juga berjalan bergerombol sekelas, apalagi kelas bahasa hanya ada satu kelas seangkatan. Berasa eksklusif dan naik kasta jadi brahmana, halah.
Aku pun asyik bercanda dan mengobrol bersama kawan-kawanku ketika adegan selanjutnya sudah berasa di drama korea level elite. Gue lewat di depan kelas XI IPA 2. Ketika tak sengaja kutengok ke dalam kelas, terlihatlah sesosok orang yang kukenal. Jeng, jeng, jeng... Tiba-tiba backsound lagu malaysia kesukaan gue diputar.. ~kusangkakan.. panas perpanjangaaaaan~
Aku melihat Hanum di dalam kelas itu, menoleh pula padaku secara tak sengaja. Seperti ahli ilmu cocokologi, pikiran gue langsung mencetuskan ide bahwasanya inilah yang namanya jodoh. Dia tampak mempesona seperti biasa, tersenyum padaku. Cahaya matahari menembus melalui jendela kelas yang menjadi background tempat dia berdiri membentuk effect glow light tanpa harus diedit dengan photoshop. Melihat senyumnya yang dipenuhi glowing effect plus blink-blink itu melelehkan hatiku. Bahkan aku sudah terlalu tersihir untuk dapat membalas senyumnya. Hatiku terbang jauh melalangbuana ke langit ketujuh, berenang diatas awan. Dan...
JEDEEER!!! Ketika gue lagi asyik berenang, petir menyambar hati kecilku yang lemah ini. Maka berjatuhanlah kepingan-kepingan itu dari atas awan terjun jauh ke bumi. Sedetik sebelum gue sempat membalas senyumnya, seseorang muncul dari belakangnya. Berdiri tegak, tak terlalu jelas namun aku bisa menangkap profilnya. Senyumku yang belum terbentuk pudar sudah, kupalingkan wajahku.
Kenapa kitaa~ bersandiwaraa~ ~
Siang itu gue dan Anto sedang nongkrong di persewaan kaset. Gue rasanya pengen minjem beberapa film karena rasanya BeTe seharian di sekolah. Sedangkan Anto bermaksud meminjam CD game. Aku pun sibuk tenggelam mencarai-cari film apa yang bagus untuk ditonton. Film romance? Ah ntar bikin galau lagi. Film Horor? Wah gak seru. Film action aja kali ya. Sedang asyik-asyik browsing film manual bahu gue ditowel.
Sejak hari itu hari-hariku diliputi kekhawatiran besar. Ketakutan akan kehilangan dirinya begitu besar menjangkiti diriku bagai virus yang tak ditemukan obatnya. Hidup gue berubah total bagai zombie yang kelaparan kehabisan mangsa.
Pagi itu gue berangkat dengan setengah semangat dan tak semangat. Antara segan hidup mati tak mau. Ingin rasanya segera berangkat untuk melihatnya, tapi hati kecilku menyimpan ketakutan melihatnya berpaling dariku. Aku berjalan ke sekolah dengan lemah gemulai karena saking lemasnya. Gue seperti sudah tak makan 3 hari 3 malam hanya karena memikirkan Hanum seorang, sungguh terlalu.
Quote:
Kriiiing!!! Bel masuk sekolah berbunyi. Aku pun bergegas masuk kelas.
*****
Quote:
Istirahat pertama ini gue dan temen-temen berniat ke kantin belakang. Rasanya seru juga berjalan bergerombol sekelas, apalagi kelas bahasa hanya ada satu kelas seangkatan. Berasa eksklusif dan naik kasta jadi brahmana, halah.
Aku pun asyik bercanda dan mengobrol bersama kawan-kawanku ketika adegan selanjutnya sudah berasa di drama korea level elite. Gue lewat di depan kelas XI IPA 2. Ketika tak sengaja kutengok ke dalam kelas, terlihatlah sesosok orang yang kukenal. Jeng, jeng, jeng... Tiba-tiba backsound lagu malaysia kesukaan gue diputar.. ~kusangkakan.. panas perpanjangaaaaan~
Aku melihat Hanum di dalam kelas itu, menoleh pula padaku secara tak sengaja. Seperti ahli ilmu cocokologi, pikiran gue langsung mencetuskan ide bahwasanya inilah yang namanya jodoh. Dia tampak mempesona seperti biasa, tersenyum padaku. Cahaya matahari menembus melalui jendela kelas yang menjadi background tempat dia berdiri membentuk effect glow light tanpa harus diedit dengan photoshop. Melihat senyumnya yang dipenuhi glowing effect plus blink-blink itu melelehkan hatiku. Bahkan aku sudah terlalu tersihir untuk dapat membalas senyumnya. Hatiku terbang jauh melalangbuana ke langit ketujuh, berenang diatas awan. Dan...
JEDEEER!!! Ketika gue lagi asyik berenang, petir menyambar hati kecilku yang lemah ini. Maka berjatuhanlah kepingan-kepingan itu dari atas awan terjun jauh ke bumi. Sedetik sebelum gue sempat membalas senyumnya, seseorang muncul dari belakangnya. Berdiri tegak, tak terlalu jelas namun aku bisa menangkap profilnya. Senyumku yang belum terbentuk pudar sudah, kupalingkan wajahku.
Kenapa kitaa~ bersandiwaraa~ ~
****
Quote:
Siang itu gue dan Anto sedang nongkrong di persewaan kaset. Gue rasanya pengen minjem beberapa film karena rasanya BeTe seharian di sekolah. Sedangkan Anto bermaksud meminjam CD game. Aku pun sibuk tenggelam mencarai-cari film apa yang bagus untuk ditonton. Film romance? Ah ntar bikin galau lagi. Film Horor? Wah gak seru. Film action aja kali ya. Sedang asyik-asyik browsing film manual bahu gue ditowel.
Quote:
****
Quote:
0
