- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#164
ORANG-ORANG SAKIT
Spoiler for :
Masihkah kau ingat Sheila? Gadis muda berkursi roda yang menginspirasi dunia dengan karya-karyanya itu terpaksa menanggung derita menjadi tunawisma, setelah sertifikat rumah dan seluruh hartanya dicuri lalu dijual kepada orang lain. Ia hidup berpindah-pindah dari satu koong jembatan ke kolong jembatan berikutnya sambil menghitung hari, menunggu tanggal pembayaran royalti dari penerbit. Untunglah pertolongan itu datang. Sheila sangat terharu ketika menyadari ternyata diluar sana masih ada sepasang tangan yang peduli, masih ada sepasang sayap yang siap mengangkatnya ke langit tinggi.
Hujan turun deras ketika sebuah sedan berhenti di hadapannya. Pengemudinya berkata
“Masuk,”
“Siapa ya?”
“Namaku Anya, hanya orang biasa yang menyukai semua karyamu,”
“Baiklah. Tetapi kalau kau berniat jahat, aku akan teriak maling,”
Tetapi tangan dan sayap itu, bukanlah milik sesosok malaikat.
“Sheil, kaki prostetikmu bagaimana?”
“Program adaptasinya sudah selesai, jadi mulai hari ini bisa dipakai diluar lab,”
“Kudengar kau bisa berlari lebih cepat dari orang normal kalau memakai kaki itu,”
“Makanya itu, Mbak Anya harus coba juga,”
“Nanti saja, aku masih suka kursi ini,”
Kata Anya sambil menuang adonan roti ke dalam loyang aluminium.
“Orang yang kemarin bagaimana? Berhasil?”
“Gagal, yang ingin dia bunuh mencium kedatangannya dan berhasil melarikan diri,”
“Jadi bagaimana?”
“Terpaksa ngasih refund, kita nggak jadi dapat uang,”
“Oh jadi itu alasan mengapa sekarang bikin kue di dapur ? Mau menghibur diri? Mbak Anya bisa galau juga ternyata,”
“Memangnya kamu tidak?”
“Galau bisa, tapi bikin kue tidak,”
“Memangnya orang-orang biasanya ngapainya kalau sedang suntuk?”
“Jalan-jalan”
Mereka keluar rumah, Sheila berjalan sambil mendorong kursi roda Anya. Berdua mereka menyusuri jalanan desa dengan rerumputan dan daun-daun hijau yang diam tak bergerak. Jauh di ufuk barat matahari yang hampir tenggelam mewarnai langit senja dengan warna jingganya.
“Ada apa itu Sheil?”
Kursi roda berhenti, dari dalam sebuah rumah kecil berdinding anyaman bambu terdengar isak tangis tersedu-sedu, Dari percakapan dalam bahasa daerah yang digumamkan oleh orang-orang yang berkerumun di berandanya, sedikit banyak Sheila tahu apa yang terjadi
“Orang mati,”
“Kenapa matinya?”
“Sakit,”
“Sakit apa?”
“Kanker, keluarganya tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit,”
“Memangnya biayanya berapa?”
“Kalau di Indonesia sih setahuku ratusan juta,”
“Dibawah satu M? Murah sekali. Kemarin aku juga baca blog di internet tentang curahan hati seorang wanita yang sakit parah dan ditinggal selingkuh suaminya,”
“Oh yang katanya mau dibukukan dan dibikin film itu ya Mbak?”
“Iya yang itu,”
“Orangnya masih hidup?”
“Masih, kita harus bantu dia, ”
“Kalau cuma dia seorang nggak seru Mbak Anya, di sini kan yang sakit parah dan butuh biaya jumlahnya cukup banyak,”
“Kalau 10 orang bagaimana?”
“Iya boleh juga,”
Keesokan harinya sepuluh orang penderita penyakit kronis yang sulit diobati mendapat undangan dari sebuah yayasan. Mereka disuruh datang ke sebuah alamat dengan mendapat janji akan dikirim berobat ke Jerman jika memenuhi syarat,
Pada hari yang ditentukan, kesepuluh orang datang ke semacam aula dengan banyak tempat duduk mengelilingi sebuah panggung yang letaknya lebih tinggi.
“Syaratnya apa ya kira-kira?” Tanya penulis blog yang memakai hijab ungu.
“Uhuk, mungkin prilaku kita yang dinilai,” Jawab seorang anak remaja bertubuh kurus yang menutupi batuknya dengan sapu tangan.
“Ternyata masih ada orang baik ya di jaman ini,” Kata seorang wanita bertongkat.
“Lalu yang seperti ring tinju di atas panggung itu apa?” Tanya pria gundul yang berdiri paling kanan.
“Mungkin mereka mengadakan pertandingan tinju untuk mengumpulkan dana buat kita,”
Tiba-tiba lampu dimatikan. Semuanya gelap seperti dalam gedung bisokop. Sesaat kemudian spotlight menyorot pria bertuxedo yang sudah berdiri di tengah ring.
“Sebelum kita mulai, mohon kesepuluh orang yang mendapat undangan untuk naik ke atas panggung,”
Sepuluh orang sakit itupun memasuki ring tinju diiringi suara tepuk tangan dan dukungan dari para para hadirin.
Anya dan Sheila terlihat bercakap-cakap dengan seorang pria setengah baya di tribun VIP.
“Kaubilang ada pertunjukan bagus, eh ternyata cuma pertandingan tinju amal. Kecewa aku bayar mahal-mahal,”
Protes pria kaya itu
“Pada undangan yang dikirim ke mereka, aku bilang yang memenuhi syarat akan mendapat biaya berobat gratis ke Jerman,”
“Memang syaratnya apa?”
“Memenangkan duel tangan kosong melawan sebilan orang sakit lainnya. Tidak ada batas waktu,tidak ada aturan, bunuh lawan baik sengaja atau tidak, tetap dianggap sah,”
“Oh...Mbak Anya memang tahu selera kita,”
Kata pria itu.
“Bursa taruhan sudah dibuka, Pak Richard pegang yang mana?”
“Tentu saja yang paling muda, kalau Mbak Sheila?”
“Saya nggak suka taruhan, tapi jagoan saya, blogger wanita yang berhijab itu,”
“Sama aku juga pasang 1 M buat dia,” Jawab Anya sambil menyeruput es krim di tangannya.
Hujan turun deras ketika sebuah sedan berhenti di hadapannya. Pengemudinya berkata
“Masuk,”
“Siapa ya?”
“Namaku Anya, hanya orang biasa yang menyukai semua karyamu,”
“Baiklah. Tetapi kalau kau berniat jahat, aku akan teriak maling,”
Tetapi tangan dan sayap itu, bukanlah milik sesosok malaikat.
“Sheil, kaki prostetikmu bagaimana?”
“Program adaptasinya sudah selesai, jadi mulai hari ini bisa dipakai diluar lab,”
“Kudengar kau bisa berlari lebih cepat dari orang normal kalau memakai kaki itu,”
“Makanya itu, Mbak Anya harus coba juga,”
“Nanti saja, aku masih suka kursi ini,”
Kata Anya sambil menuang adonan roti ke dalam loyang aluminium.
“Orang yang kemarin bagaimana? Berhasil?”
“Gagal, yang ingin dia bunuh mencium kedatangannya dan berhasil melarikan diri,”
“Jadi bagaimana?”
“Terpaksa ngasih refund, kita nggak jadi dapat uang,”
“Oh jadi itu alasan mengapa sekarang bikin kue di dapur ? Mau menghibur diri? Mbak Anya bisa galau juga ternyata,”
“Memangnya kamu tidak?”
“Galau bisa, tapi bikin kue tidak,”
“Memangnya orang-orang biasanya ngapainya kalau sedang suntuk?”
“Jalan-jalan”
Mereka keluar rumah, Sheila berjalan sambil mendorong kursi roda Anya. Berdua mereka menyusuri jalanan desa dengan rerumputan dan daun-daun hijau yang diam tak bergerak. Jauh di ufuk barat matahari yang hampir tenggelam mewarnai langit senja dengan warna jingganya.
“Ada apa itu Sheil?”
Kursi roda berhenti, dari dalam sebuah rumah kecil berdinding anyaman bambu terdengar isak tangis tersedu-sedu, Dari percakapan dalam bahasa daerah yang digumamkan oleh orang-orang yang berkerumun di berandanya, sedikit banyak Sheila tahu apa yang terjadi
“Orang mati,”
“Kenapa matinya?”
“Sakit,”
“Sakit apa?”
“Kanker, keluarganya tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit,”
“Memangnya biayanya berapa?”
“Kalau di Indonesia sih setahuku ratusan juta,”
“Dibawah satu M? Murah sekali. Kemarin aku juga baca blog di internet tentang curahan hati seorang wanita yang sakit parah dan ditinggal selingkuh suaminya,”
“Oh yang katanya mau dibukukan dan dibikin film itu ya Mbak?”
“Iya yang itu,”
“Orangnya masih hidup?”
“Masih, kita harus bantu dia, ”
“Kalau cuma dia seorang nggak seru Mbak Anya, di sini kan yang sakit parah dan butuh biaya jumlahnya cukup banyak,”
“Kalau 10 orang bagaimana?”
“Iya boleh juga,”
Keesokan harinya sepuluh orang penderita penyakit kronis yang sulit diobati mendapat undangan dari sebuah yayasan. Mereka disuruh datang ke sebuah alamat dengan mendapat janji akan dikirim berobat ke Jerman jika memenuhi syarat,
Pada hari yang ditentukan, kesepuluh orang datang ke semacam aula dengan banyak tempat duduk mengelilingi sebuah panggung yang letaknya lebih tinggi.
“Syaratnya apa ya kira-kira?” Tanya penulis blog yang memakai hijab ungu.
“Uhuk, mungkin prilaku kita yang dinilai,” Jawab seorang anak remaja bertubuh kurus yang menutupi batuknya dengan sapu tangan.
“Ternyata masih ada orang baik ya di jaman ini,” Kata seorang wanita bertongkat.
“Lalu yang seperti ring tinju di atas panggung itu apa?” Tanya pria gundul yang berdiri paling kanan.
“Mungkin mereka mengadakan pertandingan tinju untuk mengumpulkan dana buat kita,”
Tiba-tiba lampu dimatikan. Semuanya gelap seperti dalam gedung bisokop. Sesaat kemudian spotlight menyorot pria bertuxedo yang sudah berdiri di tengah ring.
“Sebelum kita mulai, mohon kesepuluh orang yang mendapat undangan untuk naik ke atas panggung,”
Sepuluh orang sakit itupun memasuki ring tinju diiringi suara tepuk tangan dan dukungan dari para para hadirin.
Anya dan Sheila terlihat bercakap-cakap dengan seorang pria setengah baya di tribun VIP.
“Kaubilang ada pertunjukan bagus, eh ternyata cuma pertandingan tinju amal. Kecewa aku bayar mahal-mahal,”
Protes pria kaya itu
“Pada undangan yang dikirim ke mereka, aku bilang yang memenuhi syarat akan mendapat biaya berobat gratis ke Jerman,”
“Memang syaratnya apa?”
“Memenangkan duel tangan kosong melawan sebilan orang sakit lainnya. Tidak ada batas waktu,tidak ada aturan, bunuh lawan baik sengaja atau tidak, tetap dianggap sah,”
“Oh...Mbak Anya memang tahu selera kita,”
Kata pria itu.
“Bursa taruhan sudah dibuka, Pak Richard pegang yang mana?”
“Tentu saja yang paling muda, kalau Mbak Sheila?”
“Saya nggak suka taruhan, tapi jagoan saya, blogger wanita yang berhijab itu,”
“Sama aku juga pasang 1 M buat dia,” Jawab Anya sambil menyeruput es krim di tangannya.
THE END
Diubah oleh reloaded0101 23-07-2014 03:41
0
Kutip
Balas