"Kenapa tiba tiba banget sih Put?" protesku pada Putri setelah dia berhenti menangis dan pikiranku kembali tenang

"Ibu mau nikah lagi yan, nenek juga mau diikutin pindah kesana, ibu kasihan ngeliat nenek makin sering kumat penyakitnya." terangnya

Sepanjang perjalanan pulang kerumahnya aku hanya bisa terdiam, kenapa kebahagiaanku selalu hanya bertahan sebentar saja? Aku tidak membahas tentang laki laki yang ada dirumahnya tadi. Rencana kepergian Putri sudah cukup mengecewakanku. Aku tidak ingin mengetes hati ku lebih jauh lagi.

Keesokan harinya, Putri datang kesekolah, 5 hari aku habiskan waktu memuaskan kebersamaan kami yang hanya tinggal sebentar lagi.

Aku akan merindukanmu Put, merindukan senyum manismu, merindukan kegilaanmu akan hujan, merindukan segala hal tentangmu.

Aku turut mengantarkan Putri ke bandara disaat hari keberangkatannya. Hari itu hatiku dirundung mendung. Perpisahan ini terlalu berat untukku.

Putri memelukku erat saat dia akan boarding, pelukan hangat darinya, kurasa aku tak akan bisa merasakannya lagi.

"Kamu baik baik disini ya Iyan, jangan bandel! Jangan lupain aku juga" katanya, aku hanya menganggukkan kepala tak mampu berkata kata

"Kamu percaya jodoh itu diatur oleh Tuhan kan?" kata kata terakhir Putri di bandara saat itu membekas di benakku. Terakhir, dibisikkannya aku sebuah kalimat "I Love You" ditelingaku. Aku rela melepas kepergiannya