- Beranda
- B-Log Personal
Diam.....Merenung.....Menulis.....
...
TS
arxpratama
Diam.....Merenung.....Menulis.....

Quote:
permisi gan, nubi numpang bikin coretan coretan isi hati 
cuman sekedar share, katanya sih di sini enak bisa chit chat
all about seni aja lah
terutama sastra
oke lah kalo gtu 
monggo baca baca gan
sapa tau jodoh 

cuman sekedar share, katanya sih di sini enak bisa chit chat

all about seni aja lah
terutama sastra
oke lah kalo gtu 
monggo baca baca gan
sapa tau jodoh 
Quote:
Spoiler for peraturan:
selebihnya:
1. Boleh OOT
2. Boleh junk, tapi mesti berhubungan sama isi trit

3. Boleh memperebutkan TS

4. DILARANG COPAS, kecuali dengan izin TS

5. Selebihnya terserah

Quote:
Spoiler for izin momod:

Quote:
INDEKS
kumpulan tulisan bodoh
kumpulan tulisan bodoh
PUISI
1. Bintang Gelap
2. Gaun Hitam
3. Secret Admirer
4. Tanpa Langit Tanpa Bumi
5. Tuhan Mencintaiku, Atau??
6. Tanpa Dia
7. DEAR...
8. Mengais Air Mata
9. Tahun Kelulusan
10. Inilah Kau
11. Metamorfosis
12. Pecandu Aspal
13. Tentang Senin Pagi
14. Bangau Senja
15. Otak Bukan Hati
16. Dua Sisi
17. Belum Saatnya
18. Semenjak
19. Mahadewi
20. Tentang Minggu Pagi
CERPEN
1. Tentang Diane
WACANA OPINI
1. Mahluk PHP Itu Bernama Cowok??
2. Lupa Menikmati Saat Mengalami
1. Bintang Gelap
2. Gaun Hitam
3. Secret Admirer
4. Tanpa Langit Tanpa Bumi
5. Tuhan Mencintaiku, Atau??
6. Tanpa Dia
7. DEAR...
8. Mengais Air Mata
9. Tahun Kelulusan
10. Inilah Kau
11. Metamorfosis
12. Pecandu Aspal
13. Tentang Senin Pagi
14. Bangau Senja
15. Otak Bukan Hati
16. Dua Sisi
17. Belum Saatnya
18. Semenjak
19. Mahadewi
20. Tentang Minggu Pagi
CERPEN
1. Tentang Diane
WACANA OPINI
1. Mahluk PHP Itu Bernama Cowok??
2. Lupa Menikmati Saat Mengalami
Diubah oleh arxpratama 26-06-2014 16:27
someshitness dan tata604 memberi reputasi
2
2.9K
Kutip
64
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal 
6.7KThread•13.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
arxpratama
#41
halooo, i come back with shit things
Semua orang tidak terkecuali pasti suka dengan moment indah dalam hidupnya, misalnya saja, sedang rekreasi ke alam atau tempat wisata, atau juga melihat konser band yang dia idolakan. Sungguh suatu moment yang sangat diharapkan sering terjadi di kehidupan semua orang. Dalam mengalami atau melakukan “moment indah” tersebut tak jarang kita sering kali mengabadikan moment tersebut, terlebih lagi kita yang notabenenya orang timur begitu memiliki kebudayaan untuk mengabadikan moment tersebut. Seakan sudah menjadi suatu hal yang sahih untuk mengabadikan moment tersebut, hingga kita lupa untuk menikmatinya. Ya, menikmatinya…
Yap, seperti yang saya katakan tadi sudah menjadi suatu aturan yang tak tertulis bagi orang timur untuk mengabadikan setiap moment dalam hidup mereka, entah siapa yang memulai tapi berwisata tanpa mengabadikan moment bagaikan makan soto tanpa kuah, bagi mereka. Bahkan ada yang menjadikan kebiasaan ini menjadi suatu yang aneh, seperti mengabadikan makanan. What the hell, you want to show all of people that you’re pig or what?? Ada juga yang memfoto diri mereka pada saat menangis, atau ketika mereka melukai tangan mereka sampai berdarah darah. Saya tidak habis pikir, apa motivasi mereka untuk melakukan semua kegilaan ini? Tapi saya tidak akan membahas ini disini, mungkin untuk tulisan saya selanjutnya.
Kembali lagi ke pokok masalah, ada sebuah cerita tentang masalah mengabadikan moment. Sebut saja si A dan si B. mereka berdua adalah penggemar grup band terkenal di kota mereka, dan akan melihat konsernya malam ini. Si A adalah seorang anak bertipe seperti yang saya sebutkan diatas, sedangkan si B adalah kebalikannya. Sesampainya di stage konser mereka pun yang langsung semarak dengan euforia konser tersebut. Si A dengan caranya mengabadikan konser, si B dengan caranya menikmati konser.
Keesokan harinya, sekembalinya dari konser tersebut merekapun ditanya oleh teman teman mereka perihal konser tersebut, seperti kebiasaan orang timur juga, budaya bercerita memang begitu lekat. Merekapun bercerita, namun ada yang beda disini. Si A terlihat tergagap gagap saat bercerita sedangkan si B lancar, mengapa? Ya, si A lupa untuk menikmati moment. That’s it..
Namun bagaimana ketika teman- teman mereka ingin melihat bukti konser tersebut? Mungkin itu yang ada dalam benak kalian. Kita buat mudah saja, si A bisa menunjuk kan foto mereka (si A dan si B) ketika berada di konser tersebut. See? B people got two point, A people just got one.
Itulah mengapa saya katakan di sini menikmati moment jauh lebih penting daripada mengabadikan moment. Toh mata kita dapat menangkap keindahan daripada sebuah lensa kamera…
Sekarang mungkin timbul sebuah pertanyaan besar, mengapa mereka sampai begitu? Pastinya kalo kita bisa menjawab dengan mudah, yang keluar adalah, “ya terserah mereka lah, wong hidup-hidup mereka”semudah itu. Namun disini saya akan mengutarakannya secara logika dan realita.
Hal yang paling memungkinkan mengapa mereka sampai seperti itu adalah, mereka, kita orang-orang timur cenderung suka dengan hal-hal yang baru dan suka pamer. Akan menjadi suatu kehormatan besar jika kita bisa menunjukkan betapa kerennya kita yang telah mengalami suatu moment indah yang orang lain pun jarang mengalami. Namun ada hal yang kritis di sini yang kebanyakan tidak di dapat orang-orang seperti itu demi mendapatkan kepuasan batin dengan pamer, apa itu? Ya, lupa untuk menikmati moment tersebut, kita sibuk membuat orang lain terkesan sedangkan kita melupakan diri kita yang sejatinya lebih perlu untuk di bahagiakan. Ironis..
Lantas bagaimana solusi untuk masalah seperti ini? Mungkin kalian sudah bisa menyimpulkan sendiri solusinya. Ya tentu saja nikmatilah moment, jangan terlalu terpaku untuk mengabadikan moment, lalu kalian berkata, “bagaimana dengan mengabadikan moment, bagaimana kalau saya ingin mengingat moment tersebut kembali?”
Kita ambil saja contoh sebuah pagelaran konser band terkenal, untuk mengabadikan moment, sudah ada orang yang di tugaskan untuk melakukan itu, seperti merekamnya. Mengapa kita tidak memanfaatkan mereka saja, kita bisa melihat lagi moment tersebut melalui jasa mereka. Toh kualitas gambar mereka lebih bagus daripada kita.
Tapi yang ada saat ini adalah, most of people, lebih suka mengangkat ponsel mereka tinggi-tinggi, lalu merekam konser, lalu melihat konsernya melalui layar ponsel yang sedang merekam itu, dengan alasan untuk menjaga agar moment itu tidak terlewat.
Namun bagaimana kalau ada seorang yang saat konser, benar-benar menikmati moment tanpa ada intervensi dari “sesi mengabadikan” dan pada saat dia ingin melihat konser tersebut lagi, dia tinggal mendownload video hasil rekaman orang-orang yang memang di tugaskan untuk itu. Fair enough, right?
Ya, ini kembali lagi dengan pendapat kalian masing-masing tentang opini ini, saya sebagai seorang penulis hanya menuliskan wacana tanpa ada hak persuasi yang terlalu besar.
-end-by.arxpratama
Quote:
Lupa Menikmati Saat Mengalami
Semua orang tidak terkecuali pasti suka dengan moment indah dalam hidupnya, misalnya saja, sedang rekreasi ke alam atau tempat wisata, atau juga melihat konser band yang dia idolakan. Sungguh suatu moment yang sangat diharapkan sering terjadi di kehidupan semua orang. Dalam mengalami atau melakukan “moment indah” tersebut tak jarang kita sering kali mengabadikan moment tersebut, terlebih lagi kita yang notabenenya orang timur begitu memiliki kebudayaan untuk mengabadikan moment tersebut. Seakan sudah menjadi suatu hal yang sahih untuk mengabadikan moment tersebut, hingga kita lupa untuk menikmatinya. Ya, menikmatinya…
Yap, seperti yang saya katakan tadi sudah menjadi suatu aturan yang tak tertulis bagi orang timur untuk mengabadikan setiap moment dalam hidup mereka, entah siapa yang memulai tapi berwisata tanpa mengabadikan moment bagaikan makan soto tanpa kuah, bagi mereka. Bahkan ada yang menjadikan kebiasaan ini menjadi suatu yang aneh, seperti mengabadikan makanan. What the hell, you want to show all of people that you’re pig or what?? Ada juga yang memfoto diri mereka pada saat menangis, atau ketika mereka melukai tangan mereka sampai berdarah darah. Saya tidak habis pikir, apa motivasi mereka untuk melakukan semua kegilaan ini? Tapi saya tidak akan membahas ini disini, mungkin untuk tulisan saya selanjutnya.
Kembali lagi ke pokok masalah, ada sebuah cerita tentang masalah mengabadikan moment. Sebut saja si A dan si B. mereka berdua adalah penggemar grup band terkenal di kota mereka, dan akan melihat konsernya malam ini. Si A adalah seorang anak bertipe seperti yang saya sebutkan diatas, sedangkan si B adalah kebalikannya. Sesampainya di stage konser mereka pun yang langsung semarak dengan euforia konser tersebut. Si A dengan caranya mengabadikan konser, si B dengan caranya menikmati konser.
Keesokan harinya, sekembalinya dari konser tersebut merekapun ditanya oleh teman teman mereka perihal konser tersebut, seperti kebiasaan orang timur juga, budaya bercerita memang begitu lekat. Merekapun bercerita, namun ada yang beda disini. Si A terlihat tergagap gagap saat bercerita sedangkan si B lancar, mengapa? Ya, si A lupa untuk menikmati moment. That’s it..
Namun bagaimana ketika teman- teman mereka ingin melihat bukti konser tersebut? Mungkin itu yang ada dalam benak kalian. Kita buat mudah saja, si A bisa menunjuk kan foto mereka (si A dan si B) ketika berada di konser tersebut. See? B people got two point, A people just got one.
Itulah mengapa saya katakan di sini menikmati moment jauh lebih penting daripada mengabadikan moment. Toh mata kita dapat menangkap keindahan daripada sebuah lensa kamera…
Sekarang mungkin timbul sebuah pertanyaan besar, mengapa mereka sampai begitu? Pastinya kalo kita bisa menjawab dengan mudah, yang keluar adalah, “ya terserah mereka lah, wong hidup-hidup mereka”semudah itu. Namun disini saya akan mengutarakannya secara logika dan realita.
Hal yang paling memungkinkan mengapa mereka sampai seperti itu adalah, mereka, kita orang-orang timur cenderung suka dengan hal-hal yang baru dan suka pamer. Akan menjadi suatu kehormatan besar jika kita bisa menunjukkan betapa kerennya kita yang telah mengalami suatu moment indah yang orang lain pun jarang mengalami. Namun ada hal yang kritis di sini yang kebanyakan tidak di dapat orang-orang seperti itu demi mendapatkan kepuasan batin dengan pamer, apa itu? Ya, lupa untuk menikmati moment tersebut, kita sibuk membuat orang lain terkesan sedangkan kita melupakan diri kita yang sejatinya lebih perlu untuk di bahagiakan. Ironis..
Lantas bagaimana solusi untuk masalah seperti ini? Mungkin kalian sudah bisa menyimpulkan sendiri solusinya. Ya tentu saja nikmatilah moment, jangan terlalu terpaku untuk mengabadikan moment, lalu kalian berkata, “bagaimana dengan mengabadikan moment, bagaimana kalau saya ingin mengingat moment tersebut kembali?”
Kita ambil saja contoh sebuah pagelaran konser band terkenal, untuk mengabadikan moment, sudah ada orang yang di tugaskan untuk melakukan itu, seperti merekamnya. Mengapa kita tidak memanfaatkan mereka saja, kita bisa melihat lagi moment tersebut melalui jasa mereka. Toh kualitas gambar mereka lebih bagus daripada kita.
Tapi yang ada saat ini adalah, most of people, lebih suka mengangkat ponsel mereka tinggi-tinggi, lalu merekam konser, lalu melihat konsernya melalui layar ponsel yang sedang merekam itu, dengan alasan untuk menjaga agar moment itu tidak terlewat.
Namun bagaimana kalau ada seorang yang saat konser, benar-benar menikmati moment tanpa ada intervensi dari “sesi mengabadikan” dan pada saat dia ingin melihat konser tersebut lagi, dia tinggal mendownload video hasil rekaman orang-orang yang memang di tugaskan untuk itu. Fair enough, right?
Ya, ini kembali lagi dengan pendapat kalian masing-masing tentang opini ini, saya sebagai seorang penulis hanya menuliskan wacana tanpa ada hak persuasi yang terlalu besar.
-end-by.arxpratama
Diubah oleh arxpratama 26-06-2014 16:24
0
Kutip
Balas