- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#93
PERCINTAAN PENCITRAAN
Spoiler for :
Riana menggosok-gosok saputangan yang digenggamnya. Wajahnya menunduk sebelum akhirnya tegak kembali dan dari mulutnya keluar perkataan
“Papa mulai nanya-nanya.”
“Nanya-nanya apaan?”
Tanya Rino pacarnya sambil mematikan mesin sepeda motor.
“Kamu.”
“Aku?”
“Iya, kenapa belum datang ke rumah dan ketemu sama Papa?”
“Kamu kan tahu alasannya.”
“Iya...tapi masak kita nyerah begitu saja.”
Rino terdiam. Ia terngiang-ngiang kembali kejadian-kejadian yang menimpa mantan-mantan Riana sebelumnya. Setiap kali silaturahmi ke rumah pasti ditolak dan disuruh putus dengan Riana. Total ada tiga orang, mantan Riana pertama diusir dan dilempar handphone, mantan kedua diusir dan dilempar tablet PC, mantan ketiga diusir dan dilempar laptop. Kan tidak lucu juga, kalau dirinya menjadi mantan keempat yang akan dilempar 1 set PC (monitor,CPU,keyboard) oleh Papanya Riana yang galak itu. Ih amit-amit, kata bulu kuduk Rino sambil berdiri.
Sebenarnya Papa Riana bukan orang jahat. Ia galak karena Istrinya, Ibu Riana meninggal ketika melahirkan putrinya itu. Ini berarti Riana menjadi satu-satunya putri yang harus ia proteksi baik-baik dan ketika menikah juga harus dengan pria terbaik di jagad raya ini.
“Menunda sesuatu bukan berarti menyerah kan Ri?”
“Tapi sampai kapan Mas?”
“Sampai Mas-mu ini mematangkan rencananya.”
“Rencana?”
“Ya, rencana menjadi calon menantu idaman yang takkan kuasa ditolak oleh Papamu.”
Dalam kebingungan, tiba-tiba saja Rino teringat akan acara dokumenter yang ditontonnya di TV kabel. Tentang cara memperkenalkan kucing yang baru diadopsi dengan kucing peliharaan yang sudah lebih lama dipelihara. Ketika pemiliknya mempertemukan keduanya secara langsung, yang terjadi adalah bencana. Kedua kucing berkelahi dan cakar-cakaran.
Tetapi ketika keduanya dipisahkan dan diperkenalkan perlahan-lahan tanpa bertemu muka secara langsung, yang terjadi justru sebaliknya. Kedua kucing menjadi cepat akrab. Caranya adalah dengan menempelkan aroma kucing yang satu ke mainan dan hal-hal menyenangkan milik kucing lainnya secara rutin. Setelah beberapa waktu, kedua kucing dipertemukan dalam acara makan bersama.
Selain itu ada juga sebuah penelitian yang dilakukan seorang profesor terhadap anjingnya. Ketika memberi makan sang anjing, profesor selalu membunyikan bel sebagai tanda waktu makan telah tiba. Akhirnya apa yang terjadi? Tanpa memberikan makanan, setiap kali Sang Profesor membunyikan bel maka anjing itu akan berjalan mendekat dengan air liur menetes seperti sedang menghadapi seporsi makanan kegemarannya.
Siapa tahu hal yang sama juga terjadi pada manusia. Selama ini yang diketahui Rino, kebanyakan pertemuan antara calon mertua dan calon menantu adalah situasi yang menegangkan antara dua orang asing. Sang calon menantu tegang karena takut tidak diterima orang tua kekasihnya dan orang tua juga takut kalau ternyata orang asing di ruang tamunya itu akan berlaku buruk pada anak yang akan mereka serahkan kepadanya. Selain tegang, pertemuan semacam ini juga penuh kecurigaan.
Lalu apa yang akan dilakukan Rino? Ia akan membuat Papa Riana menyukainya sebelum silaturahmi itu berlangsung.
“Bang Juki, beli pulsa.”
“Berapa ribu?”
“Satu juta.”
Rino pun memulai aksinya. Ia tahu Papa Riana punya akun jejaring sosial yang memudahkan aktivitas CSR perusahaannya. Papa Riana memang menjadi donatur tetap di beberapa yayasan dan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial secara berkala-meskipun galak, ia tetap harus melakukan aktivitas CSR agar perusahaannya diterima masyarakat.. Pertama-tama ia mengerahkan cyber armydi dunia maya. Ratusan akun setap hari mengumandangkan namanya di jejaring sosial dan forum-forum. Tidak frontal memuji-muji, hanya sekedar tanya jawab seperti
“Hari ini ada yang ketemu Rido?”
“Oh dia keluar kota. Menyerahkan sumbangan sembako ke desa Sukadisko.”
Langkah kedua Rino adalah lebih sering ikut serta blusukan mendistribusikan bantuan sosial seperti evakuasi korban banjir (khususnya di daerah yang sedang diliput media), makan bersama anak panti asuhan dan program pengumpulan bantuan makanan dan pakaian bagi kaum duafa. Untuk program pengumpulan bantuan ini, Rino mencetak spanduk-spanduk yang bertuliskan
“Bantu saudara Kita, untuk menyumbang hubungi Sdr. Rino Kusuma di nomor telepon berikut”
Tak lupa ia menyertakan fotonya di spanduk tersebut. Lalu kain-kain itu diapsangnya di jalan yang dilewati Papa Riana setiap pergi dan pulang kerja dan jalan-jalan di dekat rumah-rumah para kerabat Riana.
“Ingat kegiatan sosial ingat Rino.”
Kata Riana sedikit bertanda tanya ketika Rino menceritakan aktivitas pencitraannya itu
“Kenapa?”
“Jadi orang baik saja tidak cukup.”
“Memang, selain baik dan dikenal orang. Calon menantu juga harus memiliki taraf hidup yang mapan dan stabil.”
“Lalu?”
“Masalah ekonomi ini, serahkan saja padaku. Kamu tenang saja.”
Meskipun berkata agar Riana tenang saja, batin Rino sendiri justru tidak tenang. Sebagai mahasiswa perantauan bermodal pas-pasan, ia ketir-ketir juga dengan masalah di sektor ekonomi ini. Akhirnya ia minta bantuan Mas Adam, kakak tingkatnya di fakultas ekonomi.
“Jadi kamu sering ikut kegiatan sosial?”
“Iya Mas.”
“Kalau begitu kenapa nggak jadi sociopreneur saja?”
“Apaan tuh? Gabungan socio sama enterpreneur ya Mas?”
“Iya, tak hanya mencari untung untuk diri sendiri, sociopreneur juga berusaha mencari solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya.”
“Kira-kira masalah apa ya Mas?”
“Soal itu temukan saja sendiri.”
Rino berjalan tanpa arah di kampus. Akhirnya ia berhenti di parkiran dan ngobrol bersama teman-temannya.
“Kamu sudah nyobain watchlist belum?”
“Gila, demanding banget. Butuh OS 64 bit, Ram 6 GB sama prosesor tingkat dewa. Nggak kuat aku.”
“Nggak kuat? Thank you all. Muah muah. Eureka!”
Banyak orang yang memakai software bajakan karena tak mampu membeli software asli berharga selangit. Banyak gamer yang merana karena game-game baru hampir semuanya adalah portingan dari console next gen yang butuh spesifikasi komponen tingkat tinggi. Ia juga sering membaca banyak anak muda mencuri uang untuk membeli ponsel.
Rino punya ide. Seminggu kemudian berdirilah cyber-corps, sebuah koperasi dimana anggotanya bisa membeli software original, komponen komputer, dan gadget secara kredit. Karena unik, usahanya bersama teman-temannya ini menjadi perbincangan dan diliput oleh media kampus, hingga TV lokal dan surat kabar, termasuk surat kabar yang dibaca oleh Papa Riana.
“Rino, selain berjiwa sosial juga kreatif mencari peluan usaha. Anaknya sekampus sama kamu,Kamu kenal nggak Ri?”
“kenal Pa.”
“Cowok kamu yang mau kamu kenalin ke Papa, apa juga sehebat Nak Rino ini?”
“Ya Rino ini yang mau aku kenalin ke Papa.”
“Oh, kalau begitu besok suruh ketemu Papa.”
Setelah Riana menyampaikan respon Papanya, Rino girang bukan kepalang
“Yesss!....”
Tetapi yes-nya terhenti, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Dari cerita-cerita yang sering dibacanya, khususnya di thread cerebro, biasanya di saat-saat terakhir ada saja twist yang menggagalkan rencana tokoh utama yang hampir berhasil mencapai tujuannya. Bagaimana kalau hal itu juga terjadi atas dirinya?
Ah sudahlah, kata Rino dalam hati. Gagal atau berhasil, semuanya ada di tangan Yang Maha Kuasa. Sebagai manusia yang bisa ia lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin. Dan upaya yang dilakukan Rino satu bulan belakangan ini dirasanya sudah sangat luar biasa. Usahanya yang mati-matian untuk memiliki Riana sudah mengubahnya dari mahasiswa biasa-biasa saja menjadi seseorang yang patut diperhitungkan.
“Papa mulai nanya-nanya.”
“Nanya-nanya apaan?”
Tanya Rino pacarnya sambil mematikan mesin sepeda motor.
“Kamu.”
“Aku?”
“Iya, kenapa belum datang ke rumah dan ketemu sama Papa?”
“Kamu kan tahu alasannya.”
“Iya...tapi masak kita nyerah begitu saja.”
Rino terdiam. Ia terngiang-ngiang kembali kejadian-kejadian yang menimpa mantan-mantan Riana sebelumnya. Setiap kali silaturahmi ke rumah pasti ditolak dan disuruh putus dengan Riana. Total ada tiga orang, mantan Riana pertama diusir dan dilempar handphone, mantan kedua diusir dan dilempar tablet PC, mantan ketiga diusir dan dilempar laptop. Kan tidak lucu juga, kalau dirinya menjadi mantan keempat yang akan dilempar 1 set PC (monitor,CPU,keyboard) oleh Papanya Riana yang galak itu. Ih amit-amit, kata bulu kuduk Rino sambil berdiri.
Sebenarnya Papa Riana bukan orang jahat. Ia galak karena Istrinya, Ibu Riana meninggal ketika melahirkan putrinya itu. Ini berarti Riana menjadi satu-satunya putri yang harus ia proteksi baik-baik dan ketika menikah juga harus dengan pria terbaik di jagad raya ini.
“Menunda sesuatu bukan berarti menyerah kan Ri?”
“Tapi sampai kapan Mas?”
“Sampai Mas-mu ini mematangkan rencananya.”
“Rencana?”
“Ya, rencana menjadi calon menantu idaman yang takkan kuasa ditolak oleh Papamu.”
Dalam kebingungan, tiba-tiba saja Rino teringat akan acara dokumenter yang ditontonnya di TV kabel. Tentang cara memperkenalkan kucing yang baru diadopsi dengan kucing peliharaan yang sudah lebih lama dipelihara. Ketika pemiliknya mempertemukan keduanya secara langsung, yang terjadi adalah bencana. Kedua kucing berkelahi dan cakar-cakaran.
Tetapi ketika keduanya dipisahkan dan diperkenalkan perlahan-lahan tanpa bertemu muka secara langsung, yang terjadi justru sebaliknya. Kedua kucing menjadi cepat akrab. Caranya adalah dengan menempelkan aroma kucing yang satu ke mainan dan hal-hal menyenangkan milik kucing lainnya secara rutin. Setelah beberapa waktu, kedua kucing dipertemukan dalam acara makan bersama.
Selain itu ada juga sebuah penelitian yang dilakukan seorang profesor terhadap anjingnya. Ketika memberi makan sang anjing, profesor selalu membunyikan bel sebagai tanda waktu makan telah tiba. Akhirnya apa yang terjadi? Tanpa memberikan makanan, setiap kali Sang Profesor membunyikan bel maka anjing itu akan berjalan mendekat dengan air liur menetes seperti sedang menghadapi seporsi makanan kegemarannya.
Siapa tahu hal yang sama juga terjadi pada manusia. Selama ini yang diketahui Rino, kebanyakan pertemuan antara calon mertua dan calon menantu adalah situasi yang menegangkan antara dua orang asing. Sang calon menantu tegang karena takut tidak diterima orang tua kekasihnya dan orang tua juga takut kalau ternyata orang asing di ruang tamunya itu akan berlaku buruk pada anak yang akan mereka serahkan kepadanya. Selain tegang, pertemuan semacam ini juga penuh kecurigaan.
Lalu apa yang akan dilakukan Rino? Ia akan membuat Papa Riana menyukainya sebelum silaturahmi itu berlangsung.
“Bang Juki, beli pulsa.”
“Berapa ribu?”
“Satu juta.”
Rino pun memulai aksinya. Ia tahu Papa Riana punya akun jejaring sosial yang memudahkan aktivitas CSR perusahaannya. Papa Riana memang menjadi donatur tetap di beberapa yayasan dan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial secara berkala-meskipun galak, ia tetap harus melakukan aktivitas CSR agar perusahaannya diterima masyarakat.. Pertama-tama ia mengerahkan cyber armydi dunia maya. Ratusan akun setap hari mengumandangkan namanya di jejaring sosial dan forum-forum. Tidak frontal memuji-muji, hanya sekedar tanya jawab seperti
“Hari ini ada yang ketemu Rido?”
“Oh dia keluar kota. Menyerahkan sumbangan sembako ke desa Sukadisko.”
Langkah kedua Rino adalah lebih sering ikut serta blusukan mendistribusikan bantuan sosial seperti evakuasi korban banjir (khususnya di daerah yang sedang diliput media), makan bersama anak panti asuhan dan program pengumpulan bantuan makanan dan pakaian bagi kaum duafa. Untuk program pengumpulan bantuan ini, Rino mencetak spanduk-spanduk yang bertuliskan
“Bantu saudara Kita, untuk menyumbang hubungi Sdr. Rino Kusuma di nomor telepon berikut”
Tak lupa ia menyertakan fotonya di spanduk tersebut. Lalu kain-kain itu diapsangnya di jalan yang dilewati Papa Riana setiap pergi dan pulang kerja dan jalan-jalan di dekat rumah-rumah para kerabat Riana.
“Ingat kegiatan sosial ingat Rino.”
Kata Riana sedikit bertanda tanya ketika Rino menceritakan aktivitas pencitraannya itu
“Kenapa?”
“Jadi orang baik saja tidak cukup.”
“Memang, selain baik dan dikenal orang. Calon menantu juga harus memiliki taraf hidup yang mapan dan stabil.”
“Lalu?”
“Masalah ekonomi ini, serahkan saja padaku. Kamu tenang saja.”
Meskipun berkata agar Riana tenang saja, batin Rino sendiri justru tidak tenang. Sebagai mahasiswa perantauan bermodal pas-pasan, ia ketir-ketir juga dengan masalah di sektor ekonomi ini. Akhirnya ia minta bantuan Mas Adam, kakak tingkatnya di fakultas ekonomi.
“Jadi kamu sering ikut kegiatan sosial?”
“Iya Mas.”
“Kalau begitu kenapa nggak jadi sociopreneur saja?”
“Apaan tuh? Gabungan socio sama enterpreneur ya Mas?”
“Iya, tak hanya mencari untung untuk diri sendiri, sociopreneur juga berusaha mencari solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya.”
“Kira-kira masalah apa ya Mas?”
“Soal itu temukan saja sendiri.”
Rino berjalan tanpa arah di kampus. Akhirnya ia berhenti di parkiran dan ngobrol bersama teman-temannya.
“Kamu sudah nyobain watchlist belum?”
“Gila, demanding banget. Butuh OS 64 bit, Ram 6 GB sama prosesor tingkat dewa. Nggak kuat aku.”
“Nggak kuat? Thank you all. Muah muah. Eureka!”
Banyak orang yang memakai software bajakan karena tak mampu membeli software asli berharga selangit. Banyak gamer yang merana karena game-game baru hampir semuanya adalah portingan dari console next gen yang butuh spesifikasi komponen tingkat tinggi. Ia juga sering membaca banyak anak muda mencuri uang untuk membeli ponsel.
Rino punya ide. Seminggu kemudian berdirilah cyber-corps, sebuah koperasi dimana anggotanya bisa membeli software original, komponen komputer, dan gadget secara kredit. Karena unik, usahanya bersama teman-temannya ini menjadi perbincangan dan diliput oleh media kampus, hingga TV lokal dan surat kabar, termasuk surat kabar yang dibaca oleh Papa Riana.
“Rino, selain berjiwa sosial juga kreatif mencari peluan usaha. Anaknya sekampus sama kamu,Kamu kenal nggak Ri?”
“kenal Pa.”
“Cowok kamu yang mau kamu kenalin ke Papa, apa juga sehebat Nak Rino ini?”
“Ya Rino ini yang mau aku kenalin ke Papa.”
“Oh, kalau begitu besok suruh ketemu Papa.”
Setelah Riana menyampaikan respon Papanya, Rino girang bukan kepalang
“Yesss!....”
Tetapi yes-nya terhenti, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Dari cerita-cerita yang sering dibacanya, khususnya di thread cerebro, biasanya di saat-saat terakhir ada saja twist yang menggagalkan rencana tokoh utama yang hampir berhasil mencapai tujuannya. Bagaimana kalau hal itu juga terjadi atas dirinya?
Ah sudahlah, kata Rino dalam hati. Gagal atau berhasil, semuanya ada di tangan Yang Maha Kuasa. Sebagai manusia yang bisa ia lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin. Dan upaya yang dilakukan Rino satu bulan belakangan ini dirasanya sudah sangat luar biasa. Usahanya yang mati-matian untuk memiliki Riana sudah mengubahnya dari mahasiswa biasa-biasa saja menjadi seseorang yang patut diperhitungkan.
THE END
bd.xvi dan jwbali memberi reputasi
0
Kutip
Balas