Hari ini aku off, aku dirumah seharian membantu Ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah, bersih-bersih, memasak, sudah lama rasanya aku tidak pernah meluangkan waktu untuk ‘quality time’ dengan Ibu, aku terlalu sibuk bekerja, lebih tepatnya ‘menyibukkan diri’ agar kenangan dengan bapak bisa perlahan tertutup dengan begitu.

Mas Agung hari ini ga bisa kerumah, ada lemburan katanya, sudah beberapa hari ini kami ga ketemu karena jam kerja kami yang tidak pernah klop, aku masuk pagi dia masuk sore, aku masuk sore dia masuk pagi, hampir seperti itu terus, kali ini aku libur dia lembur.

Aku sih tidak begitu mempermasalahkannya, aku bukan tipe cewek yang menginginkan untuk dapat ketemu terus tiap hari dalam berpacaran, kalo memang kesibukkan pekerjaan membuat kami tidak dapat bertemu, ya kenapa tidak?



Desi namanya, janda tetangga dekat rumahku, dia menikah di usia yang terbilang masih muda, 20 taun, tapi sayang suaminya tidak bertanggung jawab, dia ditinggalkan begitu saja, sudah empat taun ini dia menjanda. Dengan statusnya sebagai janda di usia yang masih terbilang muda, bentuk badan yang bagus, dan wajah yang menarik, tak heran bila beberapa lelaki di dekat-dekat rumahku banyak yang meliriknya ketika dia berjalan melewati mereka.

Kata orang sekitar, dia sekarang berprofesi sebagai ‘instruktur’ senam, iya, instruktur dalam tanda petik. Aku yang dasarnya tidak suka mencampuri urusan orang tidak pernah begitu memperdulikan soal itu.



eh tapi tunggu, kayaknya tadi aku sekilas ngeliat pengendara mega pro merah dengan helm biru dan jaket kulit hitam, kendaraan helm dan jaket yang biasa dipake mas Agung, apa memang dia? Mau kerumahku kah? Bukannya hari ini dia lembur dan kemaren bilang kalo ga bisa ketemu? Masa iya dia mau bikin surprise buat aku? Ah, dia kan bukan tipe cowok romantis seperti itu, mungkin aku hanya salah lihat saja..



Benarkah itu? Mas Agung sering main ke tempat mbak Desi? Memang sih mereka kenal, karena beberapa kali waktu mas Agung main kerumah sempet ketemu dan aku kenalin sama mbak Desi waktu mbak Desi juga pas main kerumahku.. kalo memang bener apa yang dilihat fanni, berarti tadi motor yang aku liat? Jangan-jangan?



Aku buru-buru menyelesaikan semua belanjaan yang mau aku beli, sudah ga sabar pengen segera pulang untuk memastikan penglihatanku di jalan tadi.
Selesai semua belanja keperluan untuk memasak nanti siang, aku dan fanni berjalan pulang, agak terburu-buru aku berjalan, berbeda dengan waktu berangkat tadi yang santai dan masih bisa ngobrol serta bercanda sama fanni.

Sampai di depan pagar rumah mbak Desi, aku melihat motor mega pro merah, tapi jaket dan helm nya ga ada, mungkin dibawa masuk. W 26*3 LV, ga salah lagi, itu plat nomor motornya mas Agung! Eh, punya mas Agung depannya 26 apa 25 ya? Duhh, aku udah ga bisa berpikir!

Jantungku berdegup kencang, disatu sisi aku takut melihat kenyataan seandainya memang benar itu mas Agung, tapi disisi lain aku ragu kalo mas Agung setega itu sama aku, aku harus tau kebenarannya!
Kita masuk ke halaman rumahnya, karena pagarnya waktu itu tidak dkunci, kita melangkah sampai di depan pintu



Ga lama terdengar ada seseorang yang sedang membukakan pintu dari dalam, jantungku semakin berdebar, tanganku berkeringat dingin, pandanganku terpaku pada pintu yang tidak lama lagi akan segera terbuka, harap-harap cemas siapakah yang akan muncul dibalik pintu itu..