Hari ini aku shift pagi, jam 7 pagi tadi aku sudah meluncur ke tempat kerja, ga jauh sih sebenernya hotel tempatku bekerja dengan rumahku, tapi aku masih harus dandan dan briefing dulu di kantor, maka aku harus berangkat lebih awal.


Aku deg-deg’an, selama ini aku hanya bertugas sebagai receptionist, tugas yang sederhana menurutku, kini aku ditugaskan untuk mendampingi seorang manager area sebuah perusahaan airlines yang cukup besar di Indonesia.
Bagaimana kalau aku nanti tidak bisa? Gimana nanti kalau aku berbuat salah? Ah.. pikiran-pikiran negative dan ketakutan-ketakutan yang belum tentu akan terjadi sudah menghantuiku.

Selesai briefing, semua karyawan langsung menuju ke posisinya masing-masing, sepertinya tamu kali ini memang cukup penting, selama dua taun aku bekerja di hotel ini baru sekali hotel ini kedatangan tamu penting, yaitu rombongan DPRD dari Jakarta, dan hari ini adalah tamu penting yang kedua kalinya.



Jam 10 kurang, tampak dua mobil mewah dan beberapa mobil lainnya berhenti di depan pintu masuk hotel, kemudian beberapa pria berpakaian seperti pilot dan sekitar 7 wanita yang sekilas tampak seperti pramugari, turun dari mobil, yang lainnya mengenakan jas dan blazer biasa.

Seorang wanita cantik yang menurutku sekitar usia 36’an turun dari salah satu mobil mewah itu, penampilannya yang anggun dan elegan langsung membuatku menebak bahwa beliaulah ibu Lolyta.

Setiap orang yang sudah ditugaskan tadi pagi untuk menyambut mereka sudah siap di posisi masing-masing, manager kami, pak Donny pun ikut turun untuk menyambut mereka.



Rombongan yang lain sudah berpencar menuju kamarnya masing-masing dengan didampingi room boy dan room girl, kini tinggal empat orang saja, aku, pak Andik, pak Donny, dan Bu Lolyta di dalam lift menuju ke lantai tiga, kamarnya bu Lolyta. “Gimana ya seandainya waktu di dalam lift gini tiba-tiba aku kentut”, ah, geblek..kenapa pikiranku malah mikirin hal konyol kayak gitu, batinku sambil menahan ketawa.

Kita sudah sampai di depan kamar president suite, hanya ada 3 kamar type itu di hotel ini, aku membukakan pintu kamar untuk mereka.



Pramugari.. salah satu impianku sejak SMA.
Tapi belum ada kesempatan untuk membawaku menuju kesana, apakah hari ini salah satu jalan yang disediakan Tuhan bagiku untuk mencapainya? “Ah.. jangan terlalu berharap Din” ucapku dalam hati ketika turun dari lantai tiga.