- Beranda
- Stories from the Heart
1998 [cerpen ane gan]
...
TS
moneyengineer
1998 [cerpen ane gan]
Halo Man teman, agan-agan dan agan wati sekalian,
kenalin ane anak cupu namanya Jikun.


Ane punya cerpen dan, mudah-mudahan suka.
Cerpennya ada yang pake bahasa daerah gan. Maklum ane orang udik.
Tapi ane terjemahin ko. Kalau suka minta cendolnya ya

Hullabaloo
Di dalam GOR beratapkan asbes itu suara berisik terdengar. GOR indoor sebesar lapangan volley dengan ubin untuk penonton dudukini sudah dibangun panggung di tengahnya. Dengan ventilasi seadanya dan banyaknya penonton suasananya sangat panas sekali. Setiap dijadwalkan band lokal terkenal yang bealiran punk seperti Turtle jr, Runtah, Keparat, band Hardcore seperti Sick of it all, and ska seperti Noin bullet dan band grind core yang saya kurang tahu namanya. Gor ini dipastikan penuh sesak. Semuanya akan turun ke gor dari bangku penonton untuk melakukan moshing setiap band kesukaannya dipanggung. Tapi biasanya akan diam dibangku penonton waktu band lainnya manggung. Dengan sound sistem yang seadanya ini terdengar suara kencang yang tidak beraturan tapi masih enak untuk dinikmati dengan suasana riuh seperti ini.
“Ieu lagu keur kabeh jawara, aparat, jeung barudak nu pikaanjingeun (ini lagu untuk semua jagoan, aparat dan anak-anak yang menyebalkan)”. Kata vokalis band Turtle Jr diatas panggung. Dalam hitungan detik suara drum berbunyi memulai lagu. “Aya hiji kuya rea duitna. Awakna bau, da siga tai.hirupna oge, geus pi anjingeun Kuya ngora. Anjing (ada satu kura-kura, badannya bau, seperti kotoran, hidupnya juga, sudah menyebalkan.kuya muda)”. Lantun vokalis tersebut disertai teriakan penonton saat kata Anjing.
Dalam keramaian ini saya menggerakan kaki dan dangan saya ke kiri-dan kekanan, sambil berterial keras-keras “Anjing”, waktu reff lagunya. tentu saja bertubrukan dengan yang lain (moshing). Hampir seperti pukul pukulan. Ada beberapa orang yang meloncat dari panggung (stage diving). Setelah lagu selesai ga ada yang berkelahi karena tersenggol, atau kena pukul. Karena memang begitu lah moshing.
Selesai band tampil akan ada waktu break untuk menunggu band selanjutnya tampil, saat persiapan ini biasanya penonton kembali ke bangku penonton.
“Njing, rame pisan heeuh, si Niko tadi luncat ti panggung. Kumaha tadi Ko (seru sekali, tadi Niko loncat dari panggung, gimana rasanya Ko?)”kata Diki. “ Anjing aing tadi palalaur eweuh no nyepengan, karek keudeung urang geus menta turun (tadi saya takut ga ada yang megangin, baru bentar udah minta turun).” Ujar niko.
Dengan berpakaian kompak kami berempat berpakaian kompak, saya dan teman-teman mengenakan Celana jeans, gesper di pinggang, sepatu boot atau converse yang selutut dan baju kaos dan rambut botak. Cukup untuk berdandan ala skin head. Niko memakai jaket jeans yang ditambal tambalan seperti gambar tengkorak eksploited, logo nofx dan tutle jr. Diki mengenakan jaket parasut dengan emblem Oi di lengannya. Dani penggemar hardcore mengunakan celana sontok dan kaos Pupen. Ogi dan saya memakai pakaian skin head biasa.
“Aing tadi ti WC, njing marake kabeh tah, geus bau cimeng, obat , sagala lah.Garila (tadi saya ke wc, duh pada mabuk semua).” Kata dani. “Jreng”. Suara gitar keras terdengar lagi. “Anjing, Rotten to the core euy, turun yu ah.( Wow, rotten to the core tampil, turun yu)” Kata Niko. Tanpa komando kamipun berdiri mendekati panggung. “Police, police on my back” riuh penonton di panggung saat penyanyi menyanyikan reffnya.
Waktu berlalu cepatnya saat kamu merasa senang. Begitupun hari ini. Setelah band penutup tadi kami keluar gor beramai-ramai. Udara dingin bandung mulai terasa. Sudah jam 9 malam. Kami kemudian memasuki mobil niko.
Hijet tahun 80 an. Karena bapaknya udah ga pake, Niko sekarang bebas bawa kemana-mana. Hijet ini udah jadi kendaraan kami setiap ada acara. Ga ada AC. Kaca bisa ditarik kaya angkot. Tapi bisa jalan, dan itu udah cukup.
Sambil melihat jalanan bandung dimaam hari, tiba-tiba Niko yang menyetir mengeluarkan sesuatu dari jaketnya.“ Aing tadi meuli paket 20 rebu yeuh, barang aceh, masih aya dahan jeung bijina. Manteb ieu mah. Aya nu boga masbram teu. Maraneh nu ngalinting urang keur nyopiran?. (saya tadi beli paket 20 ribu, Asli aceh, manteb loh, ada yang unya pahpir ga? Kalian aja yang ngelinting ya, saya nyetir.). “ Semua yang dimobil bersorak gembira.
“Dieu urang aya (sini saya ada)”, kata Diki sambil mengeluarkan pahpir dari sakunya. Dengan khusuk sambil memakai lampu kaca depan diki melinting, seperti berdoa kataku dalam hati. Dari semua yang sudah kami coba, cimeng yang paling oke. Membuat ketawa-ketiwi kalau rame-rame.
Setelah jadi 4 linting, Diki mulai menyalakan lintingan pertama, asap denga bau khas mulai tercium. Dalam satu hisap Diki terbatuk-batuk, “Njing , heuras pisan ieu, langsung najong kieu (wow keras sekali, langsung terasa).” Katanya.
“Mana dieu mana (mana sini)”, kata yang lainnya, setelah mencoba beberapa hisap, yang lainnya pun mulai terlihat sayu matanya. “Jing, eta aya bencong di dekeut rel kareta, hereuyan yu ( itu ada bencong dideket kereta becandain yu.”Kata Niko, “Njing,Ulah Ko, baradag eta (jangan ko, gede –gede itu”. Kata Dani dan Ogi. Tapi Niko sudah mulai menepi, Waktu sudah mendekati bencong yang berada disisi setelah lajur kereta api jalan sumatra, Niko memelankan kendaraan, lalu berteriak, “Kang resep ** SENSOR **, yeuh didieu loba Njing (Sensor).”
“Gooblook, sia (sialan)”, bencong tersebut berteriak dengan suara laki-laki yang sangar, “Njing ko tarik ko tarik, mawa bata eta (Ko, buruan kabur, bawa bata itu)”, kata Diki. Bencong tersebut melemparkan bata sekeras-kerasnya kearah mobil. Karena mobil sudah keburu melaju, bata tersebut hanya mengenai pintu belakang mobil. “Plak”. Suara terdengar.
“Whahahaha, Gooblok sia Ko,Anjing sia( Hahaha, Sialan kamu Ko)”, serempak anak anak didalam mobil tertawa terbahak-bahak dan memukuli pelan-pelan Niko. “Hahahaha”, Niko tertawa, sambil membelokan mobil kekiri dan kekanan. Kendaraan jadi berjalan zig zag, tanpa sengaja, Cimeng yang belum dilinting tumpah ke bawah mobi;l. “Jing Ko, gelo siah, tarumpah eiu, euuuh Kampret sia (Duh Ko kadi tumpah ini)”. Kata Diki sambil memunguti tumpahan yang jatuh sebisanya.
“Hahahaha, Njing gelo pisan (Sensor), Garilaaaaa ”, teriak Niko, saya mulai melihat sepertinya Nio sudah mulai mabuk. “ Geus Ko Urang wae nu nyupir dieulah, jeprut maneh ( Udah ko, saya aja yang nyetir lah. Bahaya)”, kataku.
“Waah, teu nanaon, urang ngan hereuy Njing (ga papa , saya Cuma bercanda), Kata Niko.
Niko memang paling gampang tinggi. Kalau udah mabuk matanya sayu, Bibirnya yang lebar bergerak-gerak aneh, dan dengan kepala botak yang nongnong semakin memperjelas kesannya yang urakan. Seperti Mick Jagger. True Metal dari orok.
Teman dari SD, kami besar bersama. Kami tetangga, Niko di komplek A, saya dan Diki di Blok G, Dani dan Ogi di blok D. Masing-masing cuma terpisah 500 meteran rumahnya dari blok yang lain. Samar-samar saya teringat bagaimana kami bertemu di persewaan playstation saat naik sepeda. Kami bertemu disana dan mengobrol, dan langsung cocok. Sama-sama hobi bola, boy-boyan, dan kami biasa main kartu Remi menunggu Magib waktu bulan puasa di rumah Niko.
Waktu SMP Diki dengan memegang gitarnya dikamarnya menyanyikan lagu kuya ngora turtle jr dirumahnya. Sambil mendengarkan kaset band-band underground sperti Pupen, pas band, dan lainya. Kami menghabiskan banyak waktu juga ke semua Bazar-bazar sekolah dimana band ini tampil.
Kalau tidak naik F1ZR nya Diki dan RX-kingnya Dani, ya naik mobilnya Niko. Dengan menyisihkan uang saku sehari-hari, setiap minggu kami bisa datang ke semua bazar dan acara di saparua dibawah sepuluh ribuan, sambil beli pernak pernik seperti spike, stiker, kaos, kaset, sampai pisau lipat.
Hidup tidak pernah sesantai ini, Kita ga pernah berpikir tentang masa depan. Fuck it. Di Jaman Suharto, kita sudah dikelompokan menjadi kelas-kelas, kamu miskin kalau orang-tua dan nenek mu miskin. Jadi kenapa susah payah. Relaks, santai aja. Memang apa sih yang akan terjadi dihidupmu.
Orang biasa kayak saya ga akan jadi istimewa juga seberat-apapun mencoba. Sistem sudah terbentuk.. Harus ada golongan kecil dan pekerja. Untuk melayani orang sukses dan kaya. Mau jadi orang sukses. Mimpiii. Dari kecil kami sekolah di sekolah jelek dekat rumah. Sampai kelas tiga saya belum bisa baca tulis. Sampai dilesin ke guru tua yang tinggal deket rumah untuk bisa nulis. Ya gimana. SPPnya juga Cuma 3000.
Waktu SMP kami sekolah di pinggiran, yang disekitarannya banyak premannya. Jadinya sering nongkrong sama preman. Untung premannya baik ga pernah malakin. (Ini Bandung bukan Jakarta, preman malakin toko ama sopir angkot bukan anak sekolahan).
Dan SMA, dengan SPP 6 ribu perak, guru ogah-ogahan ngajar, dan Cuma nulis dipapan tulis yang harus dicatat (saya tentu saja ga pernah nyatat). Kita sudah direncanakan oleh negara untuk jadi pekerja kelas bawah. Itu terlihat jelas oleh saya. Ah sekolah, apa itu? Basi.
Jadi kami mulai ikut-ikutan audisi musik, latihan band di studio murah. Dengerin dan mainin musik kesukaan kita. Kami ingin jadi anak band, tampil di Saparua, dimana fans meneriakan nama band kami disana. Lihat saja nanti. Nanti tapinya. Nyimeng dulu ah. hehee
Sesampainya di Rumah Niko, kami pun turun untuk jalan kaki kerumah.
Sambil melihat punggung Diki saya melihat bagaimana teman kecil saya ini sudah berubah. Diki yang dulu culun sekarang sudah jadi seram seperti skin head. Diki teman dekat saya. Rumah kami bersebelahan dan kami sudah kenal dari umur satu tahun. Gila kan, 15 tahun temenan. Ya itu dia, kami kenal sifat-sifat masing-masing, kekurangan dan kelebihan masing-masing, ya teman. Saya anggap teman sejati. Walaupun Skin head. Diki , Niko , dan Saya diam-diam suka britpop. Kalau Dani dan Ogi metal asli, senengnya Spultura, metalica. Diki, niko dan saya senang lagu Morrisey, James, Blur,Stone Roses dan kami senang memainkan musik bersama. Diam-diam kami terpukau dengan Brit-pop. Baju ngetatnya yang warna-warna cerah, gelang karetnya. Diam-diam saja, soalnya malu kalau ketahuan.
“Kun, Isuk mabal yu, urang luncat wae. Trus maen biliard nyak (Kun besok main biliard yu).” Kata diki Pelan. “Hayu”, Jawabku. Tak terasa kami sudah sampai dirumah, “Kun, ti heulanya (Kun, duluan ya)”, kata Diki. Dia lalu masuk ke kamarnya yang tepat disamping Rumahnya.Begitu pula kamarku, sama persis, soalnya bawaan developernya begitu. Maklum kami tinggal di komplek terpadat dibandung. Jadi bentuk rumahnya mirip.
Begitu masuk rumah aku langung merebahkan badan dikasur.Sambil termenung tiduran melihat atap rumahku didalam kamar. Aku melihat sekeliling kamar ku. Kamar ku dindingnya dipenuhi stiker dan Poster-poster punk dan bedera Inggris. Kamar 3 x 3 ini kusulap menjadi mini studio. Ada radio dan tumpukan kaset. Radio Sonny ini juga isa disambung dengan mikrophone yang juga bisa dipakai merekam. Seakan sudah ditakdirkan menjadi untuk musisi, saya juga mempunyai buku belajar not balok, majalah Hai yang banyak berisi kunci-kunci lagu. Aku ingin menjadi musisi, itu saja, Cuma itu saja di pikiranku.
Sudah jam 12. Aku mulai tutup mata ku. Lalu tertidur.
Minta Komentarnya ya gan
1998 Part 1 Hullabaloo
1998 Part 2 Too Cool For School
1998 Part 3 Binatang Jalang
1998 Part 4 Mr Good For Nothing
1998, part 5 Gorilla must Die
1998 Part 6 Energetic Drummer
1998 Part 7 Underacheiver
1998 Part 8 Love is in the Air
1998 Part 9 Teenage Angst
1998 Part 10, What's in a name
1998 Part 11 First show
1998 Part 12 Professional
1998 Part 13 College girls are easy
kenalin ane anak cupu namanya Jikun.


Ane punya cerpen dan, mudah-mudahan suka.
Cerpennya ada yang pake bahasa daerah gan. Maklum ane orang udik.
Tapi ane terjemahin ko. Kalau suka minta cendolnya ya


Quote:
Hullabaloo
Di dalam GOR beratapkan asbes itu suara berisik terdengar. GOR indoor sebesar lapangan volley dengan ubin untuk penonton dudukini sudah dibangun panggung di tengahnya. Dengan ventilasi seadanya dan banyaknya penonton suasananya sangat panas sekali. Setiap dijadwalkan band lokal terkenal yang bealiran punk seperti Turtle jr, Runtah, Keparat, band Hardcore seperti Sick of it all, and ska seperti Noin bullet dan band grind core yang saya kurang tahu namanya. Gor ini dipastikan penuh sesak. Semuanya akan turun ke gor dari bangku penonton untuk melakukan moshing setiap band kesukaannya dipanggung. Tapi biasanya akan diam dibangku penonton waktu band lainnya manggung. Dengan sound sistem yang seadanya ini terdengar suara kencang yang tidak beraturan tapi masih enak untuk dinikmati dengan suasana riuh seperti ini.
“Ieu lagu keur kabeh jawara, aparat, jeung barudak nu pikaanjingeun (ini lagu untuk semua jagoan, aparat dan anak-anak yang menyebalkan)”. Kata vokalis band Turtle Jr diatas panggung. Dalam hitungan detik suara drum berbunyi memulai lagu. “Aya hiji kuya rea duitna. Awakna bau, da siga tai.hirupna oge, geus pi anjingeun Kuya ngora. Anjing (ada satu kura-kura, badannya bau, seperti kotoran, hidupnya juga, sudah menyebalkan.kuya muda)”. Lantun vokalis tersebut disertai teriakan penonton saat kata Anjing.
Dalam keramaian ini saya menggerakan kaki dan dangan saya ke kiri-dan kekanan, sambil berterial keras-keras “Anjing”, waktu reff lagunya. tentu saja bertubrukan dengan yang lain (moshing). Hampir seperti pukul pukulan. Ada beberapa orang yang meloncat dari panggung (stage diving). Setelah lagu selesai ga ada yang berkelahi karena tersenggol, atau kena pukul. Karena memang begitu lah moshing.
Selesai band tampil akan ada waktu break untuk menunggu band selanjutnya tampil, saat persiapan ini biasanya penonton kembali ke bangku penonton.
“Njing, rame pisan heeuh, si Niko tadi luncat ti panggung. Kumaha tadi Ko (seru sekali, tadi Niko loncat dari panggung, gimana rasanya Ko?)”kata Diki. “ Anjing aing tadi palalaur eweuh no nyepengan, karek keudeung urang geus menta turun (tadi saya takut ga ada yang megangin, baru bentar udah minta turun).” Ujar niko.
Dengan berpakaian kompak kami berempat berpakaian kompak, saya dan teman-teman mengenakan Celana jeans, gesper di pinggang, sepatu boot atau converse yang selutut dan baju kaos dan rambut botak. Cukup untuk berdandan ala skin head. Niko memakai jaket jeans yang ditambal tambalan seperti gambar tengkorak eksploited, logo nofx dan tutle jr. Diki mengenakan jaket parasut dengan emblem Oi di lengannya. Dani penggemar hardcore mengunakan celana sontok dan kaos Pupen. Ogi dan saya memakai pakaian skin head biasa.
“Aing tadi ti WC, njing marake kabeh tah, geus bau cimeng, obat , sagala lah.Garila (tadi saya ke wc, duh pada mabuk semua).” Kata dani. “Jreng”. Suara gitar keras terdengar lagi. “Anjing, Rotten to the core euy, turun yu ah.( Wow, rotten to the core tampil, turun yu)” Kata Niko. Tanpa komando kamipun berdiri mendekati panggung. “Police, police on my back” riuh penonton di panggung saat penyanyi menyanyikan reffnya.
Waktu berlalu cepatnya saat kamu merasa senang. Begitupun hari ini. Setelah band penutup tadi kami keluar gor beramai-ramai. Udara dingin bandung mulai terasa. Sudah jam 9 malam. Kami kemudian memasuki mobil niko.
Hijet tahun 80 an. Karena bapaknya udah ga pake, Niko sekarang bebas bawa kemana-mana. Hijet ini udah jadi kendaraan kami setiap ada acara. Ga ada AC. Kaca bisa ditarik kaya angkot. Tapi bisa jalan, dan itu udah cukup.
Sambil melihat jalanan bandung dimaam hari, tiba-tiba Niko yang menyetir mengeluarkan sesuatu dari jaketnya.“ Aing tadi meuli paket 20 rebu yeuh, barang aceh, masih aya dahan jeung bijina. Manteb ieu mah. Aya nu boga masbram teu. Maraneh nu ngalinting urang keur nyopiran?. (saya tadi beli paket 20 ribu, Asli aceh, manteb loh, ada yang unya pahpir ga? Kalian aja yang ngelinting ya, saya nyetir.). “ Semua yang dimobil bersorak gembira.
“Dieu urang aya (sini saya ada)”, kata Diki sambil mengeluarkan pahpir dari sakunya. Dengan khusuk sambil memakai lampu kaca depan diki melinting, seperti berdoa kataku dalam hati. Dari semua yang sudah kami coba, cimeng yang paling oke. Membuat ketawa-ketiwi kalau rame-rame.
Setelah jadi 4 linting, Diki mulai menyalakan lintingan pertama, asap denga bau khas mulai tercium. Dalam satu hisap Diki terbatuk-batuk, “Njing , heuras pisan ieu, langsung najong kieu (wow keras sekali, langsung terasa).” Katanya.
“Mana dieu mana (mana sini)”, kata yang lainnya, setelah mencoba beberapa hisap, yang lainnya pun mulai terlihat sayu matanya. “Jing, eta aya bencong di dekeut rel kareta, hereuyan yu ( itu ada bencong dideket kereta becandain yu.”Kata Niko, “Njing,Ulah Ko, baradag eta (jangan ko, gede –gede itu”. Kata Dani dan Ogi. Tapi Niko sudah mulai menepi, Waktu sudah mendekati bencong yang berada disisi setelah lajur kereta api jalan sumatra, Niko memelankan kendaraan, lalu berteriak, “Kang resep ** SENSOR **, yeuh didieu loba Njing (Sensor).”
“Gooblook, sia (sialan)”, bencong tersebut berteriak dengan suara laki-laki yang sangar, “Njing ko tarik ko tarik, mawa bata eta (Ko, buruan kabur, bawa bata itu)”, kata Diki. Bencong tersebut melemparkan bata sekeras-kerasnya kearah mobil. Karena mobil sudah keburu melaju, bata tersebut hanya mengenai pintu belakang mobil. “Plak”. Suara terdengar.
“Whahahaha, Gooblok sia Ko,Anjing sia( Hahaha, Sialan kamu Ko)”, serempak anak anak didalam mobil tertawa terbahak-bahak dan memukuli pelan-pelan Niko. “Hahahaha”, Niko tertawa, sambil membelokan mobil kekiri dan kekanan. Kendaraan jadi berjalan zig zag, tanpa sengaja, Cimeng yang belum dilinting tumpah ke bawah mobi;l. “Jing Ko, gelo siah, tarumpah eiu, euuuh Kampret sia (Duh Ko kadi tumpah ini)”. Kata Diki sambil memunguti tumpahan yang jatuh sebisanya.
“Hahahaha, Njing gelo pisan (Sensor), Garilaaaaa ”, teriak Niko, saya mulai melihat sepertinya Nio sudah mulai mabuk. “ Geus Ko Urang wae nu nyupir dieulah, jeprut maneh ( Udah ko, saya aja yang nyetir lah. Bahaya)”, kataku.
“Waah, teu nanaon, urang ngan hereuy Njing (ga papa , saya Cuma bercanda), Kata Niko.
Niko memang paling gampang tinggi. Kalau udah mabuk matanya sayu, Bibirnya yang lebar bergerak-gerak aneh, dan dengan kepala botak yang nongnong semakin memperjelas kesannya yang urakan. Seperti Mick Jagger. True Metal dari orok.
Teman dari SD, kami besar bersama. Kami tetangga, Niko di komplek A, saya dan Diki di Blok G, Dani dan Ogi di blok D. Masing-masing cuma terpisah 500 meteran rumahnya dari blok yang lain. Samar-samar saya teringat bagaimana kami bertemu di persewaan playstation saat naik sepeda. Kami bertemu disana dan mengobrol, dan langsung cocok. Sama-sama hobi bola, boy-boyan, dan kami biasa main kartu Remi menunggu Magib waktu bulan puasa di rumah Niko.
Waktu SMP Diki dengan memegang gitarnya dikamarnya menyanyikan lagu kuya ngora turtle jr dirumahnya. Sambil mendengarkan kaset band-band underground sperti Pupen, pas band, dan lainya. Kami menghabiskan banyak waktu juga ke semua Bazar-bazar sekolah dimana band ini tampil.
Kalau tidak naik F1ZR nya Diki dan RX-kingnya Dani, ya naik mobilnya Niko. Dengan menyisihkan uang saku sehari-hari, setiap minggu kami bisa datang ke semua bazar dan acara di saparua dibawah sepuluh ribuan, sambil beli pernak pernik seperti spike, stiker, kaos, kaset, sampai pisau lipat.
Hidup tidak pernah sesantai ini, Kita ga pernah berpikir tentang masa depan. Fuck it. Di Jaman Suharto, kita sudah dikelompokan menjadi kelas-kelas, kamu miskin kalau orang-tua dan nenek mu miskin. Jadi kenapa susah payah. Relaks, santai aja. Memang apa sih yang akan terjadi dihidupmu.
Orang biasa kayak saya ga akan jadi istimewa juga seberat-apapun mencoba. Sistem sudah terbentuk.. Harus ada golongan kecil dan pekerja. Untuk melayani orang sukses dan kaya. Mau jadi orang sukses. Mimpiii. Dari kecil kami sekolah di sekolah jelek dekat rumah. Sampai kelas tiga saya belum bisa baca tulis. Sampai dilesin ke guru tua yang tinggal deket rumah untuk bisa nulis. Ya gimana. SPPnya juga Cuma 3000.
Waktu SMP kami sekolah di pinggiran, yang disekitarannya banyak premannya. Jadinya sering nongkrong sama preman. Untung premannya baik ga pernah malakin. (Ini Bandung bukan Jakarta, preman malakin toko ama sopir angkot bukan anak sekolahan).
Dan SMA, dengan SPP 6 ribu perak, guru ogah-ogahan ngajar, dan Cuma nulis dipapan tulis yang harus dicatat (saya tentu saja ga pernah nyatat). Kita sudah direncanakan oleh negara untuk jadi pekerja kelas bawah. Itu terlihat jelas oleh saya. Ah sekolah, apa itu? Basi.
Jadi kami mulai ikut-ikutan audisi musik, latihan band di studio murah. Dengerin dan mainin musik kesukaan kita. Kami ingin jadi anak band, tampil di Saparua, dimana fans meneriakan nama band kami disana. Lihat saja nanti. Nanti tapinya. Nyimeng dulu ah. hehee
Sesampainya di Rumah Niko, kami pun turun untuk jalan kaki kerumah.
Sambil melihat punggung Diki saya melihat bagaimana teman kecil saya ini sudah berubah. Diki yang dulu culun sekarang sudah jadi seram seperti skin head. Diki teman dekat saya. Rumah kami bersebelahan dan kami sudah kenal dari umur satu tahun. Gila kan, 15 tahun temenan. Ya itu dia, kami kenal sifat-sifat masing-masing, kekurangan dan kelebihan masing-masing, ya teman. Saya anggap teman sejati. Walaupun Skin head. Diki , Niko , dan Saya diam-diam suka britpop. Kalau Dani dan Ogi metal asli, senengnya Spultura, metalica. Diki, niko dan saya senang lagu Morrisey, James, Blur,Stone Roses dan kami senang memainkan musik bersama. Diam-diam kami terpukau dengan Brit-pop. Baju ngetatnya yang warna-warna cerah, gelang karetnya. Diam-diam saja, soalnya malu kalau ketahuan.
“Kun, Isuk mabal yu, urang luncat wae. Trus maen biliard nyak (Kun besok main biliard yu).” Kata diki Pelan. “Hayu”, Jawabku. Tak terasa kami sudah sampai dirumah, “Kun, ti heulanya (Kun, duluan ya)”, kata Diki. Dia lalu masuk ke kamarnya yang tepat disamping Rumahnya.Begitu pula kamarku, sama persis, soalnya bawaan developernya begitu. Maklum kami tinggal di komplek terpadat dibandung. Jadi bentuk rumahnya mirip.
Begitu masuk rumah aku langung merebahkan badan dikasur.Sambil termenung tiduran melihat atap rumahku didalam kamar. Aku melihat sekeliling kamar ku. Kamar ku dindingnya dipenuhi stiker dan Poster-poster punk dan bedera Inggris. Kamar 3 x 3 ini kusulap menjadi mini studio. Ada radio dan tumpukan kaset. Radio Sonny ini juga isa disambung dengan mikrophone yang juga bisa dipakai merekam. Seakan sudah ditakdirkan menjadi untuk musisi, saya juga mempunyai buku belajar not balok, majalah Hai yang banyak berisi kunci-kunci lagu. Aku ingin menjadi musisi, itu saja, Cuma itu saja di pikiranku.
Sudah jam 12. Aku mulai tutup mata ku. Lalu tertidur.
Minta Komentarnya ya gan

Quote:
1998 Part 1 Hullabaloo
1998 Part 2 Too Cool For School
1998 Part 3 Binatang Jalang
1998 Part 4 Mr Good For Nothing
1998, part 5 Gorilla must Die
1998 Part 6 Energetic Drummer
1998 Part 7 Underacheiver
1998 Part 8 Love is in the Air
1998 Part 9 Teenage Angst
1998 Part 10, What's in a name
1998 Part 11 First show
1998 Part 12 Professional
1998 Part 13 College girls are easy
Diubah oleh moneyengineer 21-08-2014 10:33
anasabila memberi reputasi
1
6.5K
Kutip
36
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
moneyengineer
#11
Halo agan agan sekalian,
Ceritanyan lanjut ini.
Mudahmudahan agan suka

Gorilla Must Die.
Malam itu, sekitar jam 7 an. Terdengar sura ketukan kencang dikamarku. “Duk duk duk, Kun.”terdengar suara Niko dari luar. “Nya keudeung Ko (Ya bentar Ko),” jawabku.Akupun berdiri dari kasur dan membuka pintu. Waktu ku buka pintu terlihat Niko dan Diki sudah berdiri didepan rumahku. Terlihat Niko dan Diki terengah-engah seperti habis berlari.
“Aya naon, asup (ada apa , Masuk),”kataku. “Kun, Si Ogi Diteunggeulan ku barudak XTC (Kun, si Ogi dipukulin anak XTC),” Kata niko sambil terngeh-engah. “Hah! Dimana ayeuna si Ogi (Hah! Dimana Ogi sekarang)? Tanyaku kaget terperanjat.
“Di Imahna, Ayu gancang kaditu ( Dirumahnya, Hayu cepetan kita kesana)”, sahut Niko. “Hayu”< kata ku sambil “memakai sendal keluar. Kami pun berjalan cepat kerumahnya Ogi.
“Serius ieu budak XTC? Kumaha caritana (Serius ini anak XTC, gimana ceritanya).”tanyaku sambil berjalan.
“Enya, tadi si Ogi keur nongrong di warung hareup, trus Konvoi XTC lewat. Katewak trus diteunggelan. Untung teu lami, dibubarkeun ku tukang Beca ( Tadi si Ogi nongkrong di warung depan. Ada konvoi anak XTC, trus ketangkep dan dipukulin, untung ga lama. Soalnya ditolongin sama tukang-tukang beca yang deket situ).
Anjing, kata ku dalam hati. Warung depan memang tempat nongkrong anak M2R musuh XTC. Tapi Kami bukan anak M2R. Ketua disitu Dion, itu temen kami dari SD. Lagian kenapa anak XTC. Sapto ketua XTC komplek sebelah itu temen kami nongkrong juga.
Sesampainya di rumah Ogi, kami terbelalak melihat kondisi Ogi, Mukanya lebam, hampir ga berbentuk karena bengkak. Gigi gerahamnya kanannya patah, kaki dan tangannya terdapat beka s memar karena pukulan seperti tongkat kayu dan rantai. Di dalam kamar sudah ada Dani disitu.
“Kumaha caritana Gi (gimana ceritanya Gi),” Nanya Niko setengah teriak. “Tadi urang keur nongkrong, datang konvoi XTC nyerang, urang keur sorangan. Rek lumpat telat. Urang ditenggeulan, pas rek dibeset ku samurai, datang tukang-tukang Beca bubarkeun jeung nulungan rang ka Imah (Waktu saya lagi nongkrong, dateng konvoi XTC, saya lagi sendiri. Mau lari telat. Saya dipukulin, waktu mau disabit samurai, dateng tukang-tukang beca nolongin saya).”jawab Ogi.
“Tapi XTC mana, mun dieu kan teu mungkin?( Tapi XTC mana, kalau yang sinikan ga mungkin),” Tanya ku geram.
“Sigana mah ti sokala maraneh, aya nu badak jangkung teua, jagoanna. Urang apal (kayaknya dari sekolah kalian, ada yang tinggi besar, jagoannya, Saya Hapal).” Jawab Ogi.
“Anjing, si Fajar Tai.”jawab Niko teriak. Aku menggengamkan tanganku karena marah, nafasku tersengal-sengal dan adrenalinku memuncak. Fajar, anak kelas satu yang jadi salah satu pemimpin XTC ini memang jagoan sekolahan. Badan tinggi besar,karate sabuk hitam dengan motor Tiger hitamnya kalau kesekolah.
Saya pribadi ga ada masalah dengan gangster-gangster ini. Teman-teman dekat kami gangster. Kami bahkan pernah bertemu dengan Boni, ketua XTC , waktu lagi dateng ketempat Nongkrong XTC disebelah komplek. Orangnya Sopan dan berwibawa.
Tapi anak-anak ini. Masa sih mereka ga tau kalau ketua-ketua mereka dari XTC, M2R dan lainnya itu suka nongkrong dan mabok bareng. Benar-benar keterlaluan.
Dani kemudian berdiri, sambil berkata,” Urang kaluar heula, rek neangan si Sapto, menta tolong manehna (saya keluar dulu ya, nyari Sapto. Minta tolong dia).”
“Ko, Ki, Nu kieu mah kudu diberi, ulah di cicingkeun. Isuk disakola urang bales heuh (Ko, Ki, yang kayak gini ga bisa didiemin, besok disekolah kita bales).” Kataku.
Diki kemudian berkata ke Dani,”Dan, isuk maneh bawa si Sapto ka sakolah pas bubaran, di warung hareup sakola tempat XTC sakola urang nongkron. ulah telat. Urang-urang rek ngaberesan ieu disakola. Ulah telat. (Dan, Besok kamu bawa Sapto ke sekolah waktu pulang. Di warung depan sekolah kita tempat XTC nongkrong. Kita mau beresin ini juga di sekolah. Jangan telat).
Dani mengangguk, dia langsung keluar dari kamar Ogi, dan pergi keluar dengan motor RX Kingnya.
“Isuknya barudak,” kata Diki. Saya dan Niko mengangguk.
Esoknya disekolah saya ga bisa konsentrasi, dalam setiap pelajaran saya menggerutu menunggu waktu istirahat. Dalam saku saya sudah ada Knuckle (gelang besi yang bisa digegam). Saya beli waktu acara Hullabalo buat hiasan, siapa sangka saya akan membawanya untuk berkelahi sekarang. Fajar Tai, awas kamu. Kataku dalam hati mengamuk.
Kriing, bunyi bel istirahat berbunyi. Sekarang saatnya. Diki dan Niko melirik kepadaku, memberi isyarat untuk jalan. Niko dengan rambut botak dan celana natung mrecet dan sepatu konversenya memakai Jaket parasut pilot. Seperti hendak berperang. Diki pun terlihat garang didengan kepala plontosnya, kami pun keluar dari kelas.
Tempat yang kami tuju. WC dipojok timur sekolah, sebelah tembok tempat kami suka kabur keluar sekolah. Disitu anak XTC biasa ngeroko.
Sesampainya disana kami melihat Fajar dan temannya sedang berjalan ke WC. Langsung adrenalinku naik, Anjing tu orang. Niko orang paling panasan langsung lari kearah mereka. Disusul Diki. Setelah melihat mereka berlari akupun berlari.
Begitu mendekati mereka, Niko berteriak keras,”Anjiing”, sambil mengepalkan tangannya dan meloncat. Tanpa persiapan fajar dan teman-temanna kaget. Pok, bunyi pukulan Niko terdengar, Fajar bisa menghindar, tapi mengenai pelipis kiri dekat telinga teman sebelahnya. Temannya langsung pingsan.Niko pun terjatuh tertabrak badan Fajar.
Tepat dibelakang Niko Diki menedang Fajar yang sedang menunduk menghindari Niko.”Buk”, suara kaki Diki mengenai kepala Fajar, seperti bola yang sedang ditendang. Diki memakai sepatu kulit hitam dikakinya. Fajar langung Jatuh.
Saat saya akan memukul dia yang sedang terlentang terjatuh. Tiba-tiba dengan refleks Fajar menendangku dipangkal perut.
“Euh”, Anjing sakit sekali, kataku dalam hari, Sejenak aku tak bisa bernafas. lututku langsung lemas dan ake terjatuh dengan bersandarkan betisku. Harus kuat, kataku dalam hati mencoba untuk berdiri. Kalau tersungkur habis kita ditendangin.
Niko yang sudah terjatuh mulai ditendangi teman-teman Fajar yang mulai awas, aku melihat Diki sedang Ditinju dimuka oleh Fajar yang sudah berdiri. Pasti sakit sekali dipukul pemegang sabuk hitam karate.
Aku mulai merogoh sakuku, apa boleh buat. Kupasangkan Knuckle besi di gengaman tangan kananku. Saat kulihat Diki tersungkur ditendang Fajar di perutnya. Aku berdiri dan melompat ke arah Fajar sambil memukul Fajar sekuat tenaga dengan tangan kananku. “Buk”, suara keras terdengar. Fajar bisa menghindar, tapi pukulanku mengenai tangkan kanannya.” AAAH”, Fajar Berteriak keras kesakitan, tangkan kirinya memegang tangan kanannya menahan nyari, teman-temannya seketika berhenti. Melihat kesempatan ini, aku langsung ambil kesempatan, aku pukulkan tangan kananku kemukanya, Fajar sedikit menghindar, Tapi pukulanku mengenai jidat diatas mata makannya”Buk”. Seketika Fajar tersungkur pingsan.
Teman-temannya berdiri melongo melihat Fajar tersungkur terlentang ditanah.
Saat itu kemarahanku berada dipuncaknya. Aku teringat muka Ogi yang bengap dipukuli monyet ini.
Aku ayunkan kaki kanan ke untuk menendang muka Fajar yang pingsan ditanah. Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangan ku keras-keras. Hilang keseimbangakn aku mau jatuh tapi ditahan orang itu. Ternyata Diki. “Ngeus Kun, mun tereuskeun paeh manehna. (Udah Kun, kalu diterusin mati dia),’ Katanya berteriak.
Dengan nafas terengah-engah aku menahan amarah ku,”Maju, sia Hiji-hiji lawan aing Anjing, atawa bawa ieu setan ka UKS (Maju, satu-satu lawan saya, atau bawa ini setan ke UKS). “ Teriak Diki menunjuk ke teman-temannya Fajar menantang. Aku di belakangnya terengah-engah mengatur nafasku, tiba-tiba perih sekalu didaerah dadaku. Tendangan Fajar tadi baru terasa di badanku.
Melihat Fajar yang KO, teman-temannya ketakutan, mereka sambil memanggil temannya mereka menggotong Fajar dan satu temanya yang pingsan ke arah UKS.
Niko terlihat berusaha berdiri, sepertinya dia sedang berusaha mengembalikan kesadarannya.
Kami semua terdiam, Niko kemudian berjalan kearah saya dan Diki, dan kami pun berjalan ke arah kelas kami.
Niko, Diki dan saya membasuh bekas-bekas luka dan memar diwajah kami di mushola.
Dari belakang saya melihat kerumunan orang Fajar digotong anak PMR ke UKS.
Walaupun kami semua tau ada perkelahian, semuanya kompak bilang Fajar pingsan waktu ketendang temannya main bola. Kita ga pengen ada masalah sama guru.
Kamipun kembali dan duduk di bangku kami. Semua orang yang masuk kekelas kami mulai menatap kami dengan tatapan yang aneh. Entah tatapan curiga atau kasihan.
Saat spike masuk kelas dan duduk dibangkunya sebelah Diki. Dia mulai berbicara,” Anjing Ko, Kun, tadi di kantin anak-anak XTC dari kelas satu, dua dan tiga kumpul. Banyaak banget. Saya dengar mereka mau bunuh kalian bertiga.” Muka spike terlihat serius sekali tidak seperti biasanya.
Sepanjang sisa pelajaran kami duduk dibangku kami, sambil menahan sait didadaku akibat tendangan fajar. Aku berusaha mengatur nafas suapa tidak pingsan. Niko dan Diki pun terlihat kecapaian dan kesakitan dimukanya. Anjing si Fajar nih. Kataku dalam hati.
“Kriing” bel sekolah untuk pulang pun berbunyi. Kami sengaja diam menunggu dikelas sampai semua anak-anak lain keluar. Kimi menunggu 15 menitan, sampai semua bubar supaya ga ada ribut didalam sekolah lagi.
Spike yang duduk disebelah Diki pun bingung, dia ingin membantu kami tapi dia takut. Akan ada banyak orang didepan sekolah mencegat kami dan bersenjata. Kamipun menyuruhnya pulang dan bilang kami akan menyelesaikan masalahnya bertiga.
Begitu sudah mulai sepi, kami bertiga pun keluar kelas. Aku berjalan dibelakang Diki dan Niko, aku masih merasakan nyeri didadaku. Dari belakang terlihat Niko dan Diki yang memakai jaket parasit, terlihat gagah sekali. Kita bertiga akan melawan puluhan anak XTC karena teman kami.
Keluar dari gerbang sekolah sudah terdengar ribut-ribut suara motor berderum, 100 meter dari gang keluar sekolah ini, puluhan anak XTC akan memukuli atau membunuh kami. Bulu kudukku berdiri setiap aku ingat ini. Tapi ga ada jalan lain.
Waktu berbelok kekanan keluar gang sekolah dari jauh terlihat sekitar 30 puluhan orang dengan motor mereka berkumpul didepan warung. Saat melihat kami berjalan dari jauh, mereka mulai memanggil temannya. Terlihat juga Fajar sudah berdiri dengan luka di jidatnya yang dibalut kapas.
Aduh gawat mana si Dani nih,mati aku sekarang. kataku dalam hati melihat Sapto dan Dani tidak ada disana.
Sambil terus berjalan menuju warung tersebut aku mulai berpikir. Inikah akhirnya. Akhir dari hidupku. Terlihat beberapa orang didepan dengan membawa samurai ditangannya mendekati kami. Aku merogoh sakuku untuk memegang knuckleku. Apa yang haru kita lakukan, lari. Percuma, banyak dari mereka sudah diatas motornya untuk mengejar kami kalau berlari.
Brum-brum, suara motor terdengar. Fajar dan teman-temannya mulai berlari membawa rantai, stik bisbol dan samurai kearah kami. Sepertinya dia dan temannya marah sekali diperlakukan seperti tadi.
Tiba-tiba terdenganr suara “Tret-tet tet tet” dari belakang kami. Kami kenal suara khas motor RX king itu. Ah sedikit lega dalam hati ku. Dari jauh terlihat Dani membonceng Sapto untuk menolong kami. Tapi kok Cuma Sapto sendirian. Duh pikiranku mulai cemas memikirkan gimana Sapto menolong kami.
Wueng dengan cepat motor dan melewati kami menuju puluhan orang didepan.
Begitu mendekat Dani mengerem, dan sebelum berhenti sepenuhnya, Sapto meloncat dari motornya.
Dari belakang terlihat punggung Sapto yang memakai Jaket dengan tulisan XTC besar untuk memperlihatkan pangkatnya. Sapto dengan badan tinggi besar sekitar 1,8 meter telihat gagah sendirian menghadapi puluhan orang didepannya.
“Eureun Anjing Sia (Berhenti Kalian semua).” Teriak Sapto, kami pun berlari mendekati Sapto.
Anak-anak XTC mulai kebingunan, beberapa dari mereka mengenali Sapto, dan berhenti.
Dengan muka marah Sapto Berteriak,”Maraneh aranjing rek ngabunuh dulur aing. Hah? (Kalain semua mau bunuh saudara saya apa?)” Tanya Sapto.
Dengan membawa stik besi di tangannya Sapto mendekati mereka dan berkata.” Mana nu namana Fajar (Mana yang namanya Fajar?),” Tanya Sapto.
Dengan gemetar Fajar yang sudah didepan berkata,”Abdi kang (saya kang).”Dengan marah dan sekuat tenaga Sapto memukul Fajar dengan Stik besi ditanggannya sambil berteriak,”Anjing sia, maneh ngagulung dulur aing sia Anjing.” (Sialan, kamu yang mukulin saudara saya Anjing)”.
Setelah memukul Fajar beberapa kali, dia betanya,”Saha deui nu kamari ngagulung dulur aing.” (siapa lagi yang kemarin mukulin saudara saya).
Setelah saling berkata-kata pelan, maju sekitar 15 orang kedepan dengan muka tertunduk.
Sapto marah sehabis-habisnya.”Maneh dek kuaing dilaporkeun ka Boni sia anjing (Mau saya laporin kamu ke Boni hah)?” tanya Sapto sambil memukuli sereka satu satu sekeras-kerasnya denga stik besi ditangannya. Beberapa dari mereka langsung terseungkur ketanah kesakitan. Tapi Sapto dengan kejamnya terus-terusan memukili mereka tanpa henti.
Melihat Sapto dari belakang, dalam hatiku aku terheran-heran. 30-an orang lengkap dengan senjata tajam dan motor diam dipukuli satu orang yang pakai jaket gengnya karena ketakukan Sapto akan melapor ke ketuanya. Apa-apaan ini. Baru saya lihat anak yang disekolah begitu ditakutinya disekolah berteriak minta ampun ke satu orang yang memukulinya dengan stik besi tanpa melawan.
Inikah gangster sebenarnya? Dalam hatiku tak habis pikir bertanya. Dalam hatiku aku bersumpah tidak akan terlibat dengan kegiatan yang penuh kekerasan seperti ini.Rasa nyeri didadaku akibat ditendang Fajar yang memakai doc Martin besi saja samapi sekarang belum sembuh, aku melihat niko yang memar di pipikanannya, dan Diki yang dipukul Ffajar di pelipis dekat matanya. Apa kerennya ini. Aku benci kekerasan.
“Maneh milu jeung aing menta maaf ka dulur urang (kamu , ikut saya minta maaf ke saudara saya.” Kata Sapto ke Fajar.
“Iya kang.” Jawab Fajar lirih tertunduk menahan sakit.
Fajar naik ke motor tigernya, Sapto kemudian naik lagi ke motor Dani.
Dani melihat kami yang bengap, tersenyum sambil berkata. “Ka iamah Ogi nyak (Kerumah Ogi ya).”
Kami mengangkuk.
Tak beberapa lama berjalan, kami memasuki rumah Ogi, terlihat Fajar tertunduk dimarahi Sapto.
Ogi melihat Fajar luka-luka, langsung memaafkannya.
Kami ini punkrocker bukan penjahat, terbisik kata-kata itu dalam hatiku.
Setelah melihat kami berkumpul dan luka-luka, Sapto mengeluarkan sebotol whiskey dan bungkus rokok dari dalam jaketnya.
“Peurihnya, yeuh nginum, aya genep linting dijero, cokot we (sakit ya. Nih minum, ada 6 linting didalam, ambil aja,” tawar Sapto.
Kamipun mulai meminum dan menghisap barang tersebut
Fajar hanya menunduk terdiam dipojok kamar.
Melihat itu Ogi, menawarkannya untuk duduk dan menghisap lintingan tersebut bersama kami.
“Heh, Gorila, sini duduk, isep nih.” Kata Ogi.
Dengan segan Fajar duduk dan menghisap lintingan gele itu.
Bisa kamu bayangkan hal itu? Sekitar satu jam yang lalu orang ini ingin membunuh kami, dan sekaran dia tinggi bersama kami. Tapi itulah kami, kami bukan gangster, kami rocker.
Setela tertawa-tawa nyimeng sambil dengar rekaman kang Ibing di kamar Ogi. Tak terasa sudah malam.
Sekitar jam sepuluhan saya dan Diki pamit pulang.
Begitu sampai kamar, aku rebahkan badanku dikasur. Mendengar aku sudah pulang,’dari belakang kamarku adikku masuk den berteriak. “Kun tadi ada cewe nelpon kerumah nyariin kamu,” Kata ida adik perempuanku yang kaget kakaknya ini bisa ditelepon perempuan.
“Siapa?” tanyaku. “Katanya sih namanya Anita, dueh siapa tuh, ampe dua kali nelpon loh” goda Ida.
Wah, Anita ampe nelpon. Kata ku dalam hati. Sambil mencoba tenang aku berkata,”Cuma temen aja, udah ah, mau tidur.” Kataku mengusir.
Sambil menutup pintu adikku menggoda cie,cie. Dan tertawa.
Ceritanyan lanjut ini.
Mudahmudahan agan suka


Quote:
Gorilla Must Die.
Malam itu, sekitar jam 7 an. Terdengar sura ketukan kencang dikamarku. “Duk duk duk, Kun.”terdengar suara Niko dari luar. “Nya keudeung Ko (Ya bentar Ko),” jawabku.Akupun berdiri dari kasur dan membuka pintu. Waktu ku buka pintu terlihat Niko dan Diki sudah berdiri didepan rumahku. Terlihat Niko dan Diki terengah-engah seperti habis berlari.
“Aya naon, asup (ada apa , Masuk),”kataku. “Kun, Si Ogi Diteunggeulan ku barudak XTC (Kun, si Ogi dipukulin anak XTC),” Kata niko sambil terngeh-engah. “Hah! Dimana ayeuna si Ogi (Hah! Dimana Ogi sekarang)? Tanyaku kaget terperanjat.
“Di Imahna, Ayu gancang kaditu ( Dirumahnya, Hayu cepetan kita kesana)”, sahut Niko. “Hayu”< kata ku sambil “memakai sendal keluar. Kami pun berjalan cepat kerumahnya Ogi.
“Serius ieu budak XTC? Kumaha caritana (Serius ini anak XTC, gimana ceritanya).”tanyaku sambil berjalan.
“Enya, tadi si Ogi keur nongrong di warung hareup, trus Konvoi XTC lewat. Katewak trus diteunggelan. Untung teu lami, dibubarkeun ku tukang Beca ( Tadi si Ogi nongkrong di warung depan. Ada konvoi anak XTC, trus ketangkep dan dipukulin, untung ga lama. Soalnya ditolongin sama tukang-tukang beca yang deket situ).
Anjing, kata ku dalam hati. Warung depan memang tempat nongkrong anak M2R musuh XTC. Tapi Kami bukan anak M2R. Ketua disitu Dion, itu temen kami dari SD. Lagian kenapa anak XTC. Sapto ketua XTC komplek sebelah itu temen kami nongkrong juga.
Sesampainya di rumah Ogi, kami terbelalak melihat kondisi Ogi, Mukanya lebam, hampir ga berbentuk karena bengkak. Gigi gerahamnya kanannya patah, kaki dan tangannya terdapat beka s memar karena pukulan seperti tongkat kayu dan rantai. Di dalam kamar sudah ada Dani disitu.
“Kumaha caritana Gi (gimana ceritanya Gi),” Nanya Niko setengah teriak. “Tadi urang keur nongkrong, datang konvoi XTC nyerang, urang keur sorangan. Rek lumpat telat. Urang ditenggeulan, pas rek dibeset ku samurai, datang tukang-tukang Beca bubarkeun jeung nulungan rang ka Imah (Waktu saya lagi nongkrong, dateng konvoi XTC, saya lagi sendiri. Mau lari telat. Saya dipukulin, waktu mau disabit samurai, dateng tukang-tukang beca nolongin saya).”jawab Ogi.
“Tapi XTC mana, mun dieu kan teu mungkin?( Tapi XTC mana, kalau yang sinikan ga mungkin),” Tanya ku geram.
“Sigana mah ti sokala maraneh, aya nu badak jangkung teua, jagoanna. Urang apal (kayaknya dari sekolah kalian, ada yang tinggi besar, jagoannya, Saya Hapal).” Jawab Ogi.
“Anjing, si Fajar Tai.”jawab Niko teriak. Aku menggengamkan tanganku karena marah, nafasku tersengal-sengal dan adrenalinku memuncak. Fajar, anak kelas satu yang jadi salah satu pemimpin XTC ini memang jagoan sekolahan. Badan tinggi besar,karate sabuk hitam dengan motor Tiger hitamnya kalau kesekolah.
Saya pribadi ga ada masalah dengan gangster-gangster ini. Teman-teman dekat kami gangster. Kami bahkan pernah bertemu dengan Boni, ketua XTC , waktu lagi dateng ketempat Nongkrong XTC disebelah komplek. Orangnya Sopan dan berwibawa.
Tapi anak-anak ini. Masa sih mereka ga tau kalau ketua-ketua mereka dari XTC, M2R dan lainnya itu suka nongkrong dan mabok bareng. Benar-benar keterlaluan.
Dani kemudian berdiri, sambil berkata,” Urang kaluar heula, rek neangan si Sapto, menta tolong manehna (saya keluar dulu ya, nyari Sapto. Minta tolong dia).”
“Ko, Ki, Nu kieu mah kudu diberi, ulah di cicingkeun. Isuk disakola urang bales heuh (Ko, Ki, yang kayak gini ga bisa didiemin, besok disekolah kita bales).” Kataku.
Diki kemudian berkata ke Dani,”Dan, isuk maneh bawa si Sapto ka sakolah pas bubaran, di warung hareup sakola tempat XTC sakola urang nongkron. ulah telat. Urang-urang rek ngaberesan ieu disakola. Ulah telat. (Dan, Besok kamu bawa Sapto ke sekolah waktu pulang. Di warung depan sekolah kita tempat XTC nongkrong. Kita mau beresin ini juga di sekolah. Jangan telat).
Dani mengangguk, dia langsung keluar dari kamar Ogi, dan pergi keluar dengan motor RX Kingnya.
“Isuknya barudak,” kata Diki. Saya dan Niko mengangguk.
Esoknya disekolah saya ga bisa konsentrasi, dalam setiap pelajaran saya menggerutu menunggu waktu istirahat. Dalam saku saya sudah ada Knuckle (gelang besi yang bisa digegam). Saya beli waktu acara Hullabalo buat hiasan, siapa sangka saya akan membawanya untuk berkelahi sekarang. Fajar Tai, awas kamu. Kataku dalam hati mengamuk.
Kriing, bunyi bel istirahat berbunyi. Sekarang saatnya. Diki dan Niko melirik kepadaku, memberi isyarat untuk jalan. Niko dengan rambut botak dan celana natung mrecet dan sepatu konversenya memakai Jaket parasut pilot. Seperti hendak berperang. Diki pun terlihat garang didengan kepala plontosnya, kami pun keluar dari kelas.
Tempat yang kami tuju. WC dipojok timur sekolah, sebelah tembok tempat kami suka kabur keluar sekolah. Disitu anak XTC biasa ngeroko.
Sesampainya disana kami melihat Fajar dan temannya sedang berjalan ke WC. Langsung adrenalinku naik, Anjing tu orang. Niko orang paling panasan langsung lari kearah mereka. Disusul Diki. Setelah melihat mereka berlari akupun berlari.
Begitu mendekati mereka, Niko berteriak keras,”Anjiing”, sambil mengepalkan tangannya dan meloncat. Tanpa persiapan fajar dan teman-temanna kaget. Pok, bunyi pukulan Niko terdengar, Fajar bisa menghindar, tapi mengenai pelipis kiri dekat telinga teman sebelahnya. Temannya langsung pingsan.Niko pun terjatuh tertabrak badan Fajar.
Tepat dibelakang Niko Diki menedang Fajar yang sedang menunduk menghindari Niko.”Buk”, suara kaki Diki mengenai kepala Fajar, seperti bola yang sedang ditendang. Diki memakai sepatu kulit hitam dikakinya. Fajar langung Jatuh.
Saat saya akan memukul dia yang sedang terlentang terjatuh. Tiba-tiba dengan refleks Fajar menendangku dipangkal perut.
“Euh”, Anjing sakit sekali, kataku dalam hari, Sejenak aku tak bisa bernafas. lututku langsung lemas dan ake terjatuh dengan bersandarkan betisku. Harus kuat, kataku dalam hati mencoba untuk berdiri. Kalau tersungkur habis kita ditendangin.
Niko yang sudah terjatuh mulai ditendangi teman-teman Fajar yang mulai awas, aku melihat Diki sedang Ditinju dimuka oleh Fajar yang sudah berdiri. Pasti sakit sekali dipukul pemegang sabuk hitam karate.
Aku mulai merogoh sakuku, apa boleh buat. Kupasangkan Knuckle besi di gengaman tangan kananku. Saat kulihat Diki tersungkur ditendang Fajar di perutnya. Aku berdiri dan melompat ke arah Fajar sambil memukul Fajar sekuat tenaga dengan tangan kananku. “Buk”, suara keras terdengar. Fajar bisa menghindar, tapi pukulanku mengenai tangkan kanannya.” AAAH”, Fajar Berteriak keras kesakitan, tangkan kirinya memegang tangan kanannya menahan nyari, teman-temannya seketika berhenti. Melihat kesempatan ini, aku langsung ambil kesempatan, aku pukulkan tangan kananku kemukanya, Fajar sedikit menghindar, Tapi pukulanku mengenai jidat diatas mata makannya”Buk”. Seketika Fajar tersungkur pingsan.
Teman-temannya berdiri melongo melihat Fajar tersungkur terlentang ditanah.
Saat itu kemarahanku berada dipuncaknya. Aku teringat muka Ogi yang bengap dipukuli monyet ini.
Aku ayunkan kaki kanan ke untuk menendang muka Fajar yang pingsan ditanah. Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangan ku keras-keras. Hilang keseimbangakn aku mau jatuh tapi ditahan orang itu. Ternyata Diki. “Ngeus Kun, mun tereuskeun paeh manehna. (Udah Kun, kalu diterusin mati dia),’ Katanya berteriak.
Dengan nafas terengah-engah aku menahan amarah ku,”Maju, sia Hiji-hiji lawan aing Anjing, atawa bawa ieu setan ka UKS (Maju, satu-satu lawan saya, atau bawa ini setan ke UKS). “ Teriak Diki menunjuk ke teman-temannya Fajar menantang. Aku di belakangnya terengah-engah mengatur nafasku, tiba-tiba perih sekalu didaerah dadaku. Tendangan Fajar tadi baru terasa di badanku.
Melihat Fajar yang KO, teman-temannya ketakutan, mereka sambil memanggil temannya mereka menggotong Fajar dan satu temanya yang pingsan ke arah UKS.
Niko terlihat berusaha berdiri, sepertinya dia sedang berusaha mengembalikan kesadarannya.
Kami semua terdiam, Niko kemudian berjalan kearah saya dan Diki, dan kami pun berjalan ke arah kelas kami.
Niko, Diki dan saya membasuh bekas-bekas luka dan memar diwajah kami di mushola.
Dari belakang saya melihat kerumunan orang Fajar digotong anak PMR ke UKS.
Walaupun kami semua tau ada perkelahian, semuanya kompak bilang Fajar pingsan waktu ketendang temannya main bola. Kita ga pengen ada masalah sama guru.
Kamipun kembali dan duduk di bangku kami. Semua orang yang masuk kekelas kami mulai menatap kami dengan tatapan yang aneh. Entah tatapan curiga atau kasihan.
Saat spike masuk kelas dan duduk dibangkunya sebelah Diki. Dia mulai berbicara,” Anjing Ko, Kun, tadi di kantin anak-anak XTC dari kelas satu, dua dan tiga kumpul. Banyaak banget. Saya dengar mereka mau bunuh kalian bertiga.” Muka spike terlihat serius sekali tidak seperti biasanya.
Sepanjang sisa pelajaran kami duduk dibangku kami, sambil menahan sait didadaku akibat tendangan fajar. Aku berusaha mengatur nafas suapa tidak pingsan. Niko dan Diki pun terlihat kecapaian dan kesakitan dimukanya. Anjing si Fajar nih. Kataku dalam hati.
“Kriing” bel sekolah untuk pulang pun berbunyi. Kami sengaja diam menunggu dikelas sampai semua anak-anak lain keluar. Kimi menunggu 15 menitan, sampai semua bubar supaya ga ada ribut didalam sekolah lagi.
Spike yang duduk disebelah Diki pun bingung, dia ingin membantu kami tapi dia takut. Akan ada banyak orang didepan sekolah mencegat kami dan bersenjata. Kamipun menyuruhnya pulang dan bilang kami akan menyelesaikan masalahnya bertiga.
Begitu sudah mulai sepi, kami bertiga pun keluar kelas. Aku berjalan dibelakang Diki dan Niko, aku masih merasakan nyeri didadaku. Dari belakang terlihat Niko dan Diki yang memakai jaket parasit, terlihat gagah sekali. Kita bertiga akan melawan puluhan anak XTC karena teman kami.
Keluar dari gerbang sekolah sudah terdengar ribut-ribut suara motor berderum, 100 meter dari gang keluar sekolah ini, puluhan anak XTC akan memukuli atau membunuh kami. Bulu kudukku berdiri setiap aku ingat ini. Tapi ga ada jalan lain.
Waktu berbelok kekanan keluar gang sekolah dari jauh terlihat sekitar 30 puluhan orang dengan motor mereka berkumpul didepan warung. Saat melihat kami berjalan dari jauh, mereka mulai memanggil temannya. Terlihat juga Fajar sudah berdiri dengan luka di jidatnya yang dibalut kapas.
Aduh gawat mana si Dani nih,mati aku sekarang. kataku dalam hati melihat Sapto dan Dani tidak ada disana.
Sambil terus berjalan menuju warung tersebut aku mulai berpikir. Inikah akhirnya. Akhir dari hidupku. Terlihat beberapa orang didepan dengan membawa samurai ditangannya mendekati kami. Aku merogoh sakuku untuk memegang knuckleku. Apa yang haru kita lakukan, lari. Percuma, banyak dari mereka sudah diatas motornya untuk mengejar kami kalau berlari.
Brum-brum, suara motor terdengar. Fajar dan teman-temannya mulai berlari membawa rantai, stik bisbol dan samurai kearah kami. Sepertinya dia dan temannya marah sekali diperlakukan seperti tadi.
Tiba-tiba terdenganr suara “Tret-tet tet tet” dari belakang kami. Kami kenal suara khas motor RX king itu. Ah sedikit lega dalam hati ku. Dari jauh terlihat Dani membonceng Sapto untuk menolong kami. Tapi kok Cuma Sapto sendirian. Duh pikiranku mulai cemas memikirkan gimana Sapto menolong kami.
Wueng dengan cepat motor dan melewati kami menuju puluhan orang didepan.
Begitu mendekat Dani mengerem, dan sebelum berhenti sepenuhnya, Sapto meloncat dari motornya.
Dari belakang terlihat punggung Sapto yang memakai Jaket dengan tulisan XTC besar untuk memperlihatkan pangkatnya. Sapto dengan badan tinggi besar sekitar 1,8 meter telihat gagah sendirian menghadapi puluhan orang didepannya.
“Eureun Anjing Sia (Berhenti Kalian semua).” Teriak Sapto, kami pun berlari mendekati Sapto.
Anak-anak XTC mulai kebingunan, beberapa dari mereka mengenali Sapto, dan berhenti.
Dengan muka marah Sapto Berteriak,”Maraneh aranjing rek ngabunuh dulur aing. Hah? (Kalain semua mau bunuh saudara saya apa?)” Tanya Sapto.
Dengan membawa stik besi di tangannya Sapto mendekati mereka dan berkata.” Mana nu namana Fajar (Mana yang namanya Fajar?),” Tanya Sapto.
Dengan gemetar Fajar yang sudah didepan berkata,”Abdi kang (saya kang).”Dengan marah dan sekuat tenaga Sapto memukul Fajar dengan Stik besi ditanggannya sambil berteriak,”Anjing sia, maneh ngagulung dulur aing sia Anjing.” (Sialan, kamu yang mukulin saudara saya Anjing)”.
Setelah memukul Fajar beberapa kali, dia betanya,”Saha deui nu kamari ngagulung dulur aing.” (siapa lagi yang kemarin mukulin saudara saya).
Setelah saling berkata-kata pelan, maju sekitar 15 orang kedepan dengan muka tertunduk.
Sapto marah sehabis-habisnya.”Maneh dek kuaing dilaporkeun ka Boni sia anjing (Mau saya laporin kamu ke Boni hah)?” tanya Sapto sambil memukuli sereka satu satu sekeras-kerasnya denga stik besi ditangannya. Beberapa dari mereka langsung terseungkur ketanah kesakitan. Tapi Sapto dengan kejamnya terus-terusan memukili mereka tanpa henti.
Melihat Sapto dari belakang, dalam hatiku aku terheran-heran. 30-an orang lengkap dengan senjata tajam dan motor diam dipukuli satu orang yang pakai jaket gengnya karena ketakukan Sapto akan melapor ke ketuanya. Apa-apaan ini. Baru saya lihat anak yang disekolah begitu ditakutinya disekolah berteriak minta ampun ke satu orang yang memukulinya dengan stik besi tanpa melawan.
Inikah gangster sebenarnya? Dalam hatiku tak habis pikir bertanya. Dalam hatiku aku bersumpah tidak akan terlibat dengan kegiatan yang penuh kekerasan seperti ini.Rasa nyeri didadaku akibat ditendang Fajar yang memakai doc Martin besi saja samapi sekarang belum sembuh, aku melihat niko yang memar di pipikanannya, dan Diki yang dipukul Ffajar di pelipis dekat matanya. Apa kerennya ini. Aku benci kekerasan.
“Maneh milu jeung aing menta maaf ka dulur urang (kamu , ikut saya minta maaf ke saudara saya.” Kata Sapto ke Fajar.
“Iya kang.” Jawab Fajar lirih tertunduk menahan sakit.
Fajar naik ke motor tigernya, Sapto kemudian naik lagi ke motor Dani.
Dani melihat kami yang bengap, tersenyum sambil berkata. “Ka iamah Ogi nyak (Kerumah Ogi ya).”
Kami mengangkuk.
Tak beberapa lama berjalan, kami memasuki rumah Ogi, terlihat Fajar tertunduk dimarahi Sapto.
Ogi melihat Fajar luka-luka, langsung memaafkannya.
Kami ini punkrocker bukan penjahat, terbisik kata-kata itu dalam hatiku.
Setelah melihat kami berkumpul dan luka-luka, Sapto mengeluarkan sebotol whiskey dan bungkus rokok dari dalam jaketnya.
“Peurihnya, yeuh nginum, aya genep linting dijero, cokot we (sakit ya. Nih minum, ada 6 linting didalam, ambil aja,” tawar Sapto.
Kamipun mulai meminum dan menghisap barang tersebut
Fajar hanya menunduk terdiam dipojok kamar.
Melihat itu Ogi, menawarkannya untuk duduk dan menghisap lintingan tersebut bersama kami.
“Heh, Gorila, sini duduk, isep nih.” Kata Ogi.
Dengan segan Fajar duduk dan menghisap lintingan gele itu.
Bisa kamu bayangkan hal itu? Sekitar satu jam yang lalu orang ini ingin membunuh kami, dan sekaran dia tinggi bersama kami. Tapi itulah kami, kami bukan gangster, kami rocker.
Setela tertawa-tawa nyimeng sambil dengar rekaman kang Ibing di kamar Ogi. Tak terasa sudah malam.
Sekitar jam sepuluhan saya dan Diki pamit pulang.
Begitu sampai kamar, aku rebahkan badanku dikasur. Mendengar aku sudah pulang,’dari belakang kamarku adikku masuk den berteriak. “Kun tadi ada cewe nelpon kerumah nyariin kamu,” Kata ida adik perempuanku yang kaget kakaknya ini bisa ditelepon perempuan.
“Siapa?” tanyaku. “Katanya sih namanya Anita, dueh siapa tuh, ampe dua kali nelpon loh” goda Ida.
Wah, Anita ampe nelpon. Kata ku dalam hati. Sambil mencoba tenang aku berkata,”Cuma temen aja, udah ah, mau tidur.” Kataku mengusir.
Sambil menutup pintu adikku menggoda cie,cie. Dan tertawa.
0
Kutip
Balas