- Beranda
- Stories from the Heart
THIS IS SO GRAY
...
TS
akelhaha
THIS IS SO GRAY
Spoiler for Intro:
INTRODUCTION
"Well, you know, life started with good things, your mama fed you, smiled
at you. Your papa played with you. Or, maybe some of us were having another
scene, like your mama just left you on your bed when you were crying, and
your papa? He left the house. But, you can't decide their life in the
future by looking at their childhood. No, man. They have their life, not
their parents'. They decide everything, even their future." –Anggina
***
"Alat musik gitar dimainkan dengan cara di petik, suling dimainkan dengan
cara di tiup..." Terdengar suara Augray yang sedang belajar kesenian.
"Sedang apa nak?" Tanya sang mama.
"Besok ulangan kesenian, ma." Jawab Augray yang pada saat itu masih duduk
di kelas 2 Sekolah Dasar.
"Kalau belajar terus nilainya bisa bagus dong ya?" Tanya mama yang hanya di
jawab Augray dengan senyuman.
***
Terdengar suara tamparan kuat dari ruang keluarga, dan terdengar suara
tangisan yang keluar dari mulut seorang bocah berusia 8 tahun. Televisi
menyala dan bervolume keras sekali, tapi seakan suara Televisi tersebut
kalah dengan tangisannya.
"Sabu! Kalau aku bilang cuci piring, cuci baju, dan mengepel rumah tolong
diturutin dong!!! Kamu gak punya telinga atau gak sayang mama? Kalau aku
tampar, kamu baru beri respon!" Teriak seorang ibu setelah menampar anaknya.
"Sabu ingin menonton kartun ma, Sabu sudah bosan setiap hari sehabis
sekolah mengerjakan semua pekerjaan dirumah. Sabu tidak sempat belajar
juga, apalagi kalau Sabu melihat mama sedang nonton TV dan tertawa, Sabu
juga ingin, ma." Jawab Sabu sambil menangis.
"Heh?! Ngejawab lagi! Ngerjain pekerjaan rumah tuh gak seberapa daripada
waktu aku mau melahirkan kamu ya! RASANYA HAMPIR MATI! Aku sama bapakmu
yang kurang ajar itu menamai kamu Sabu karena kami pikir kamu akan membuat
kami bahagia seperti sabu-sabu yang waktu itu suka kami konsumsi, sekarang?
KAMU CUMA BIKIN SUSAH!" Omel mamanya dengan nada tinggi sambil pergi
meninggalkan Sabu yang sedang menangis, sendirian.
***
17 tahun kemudian...
"Damn, man! Why do you work in here? I mean, you're so good looking to be a
cleaning service." Merupakan ucapan yang terlontar ketika Augray mendapati
salah satu cleaning servicenya di dalam kantornya, sedang membersihkan
lantai, sofa, dan meja. Percakapan monolog Augray terdengar cukup kuat di
ruang kantornya tersebut.
"Excuse me, sir. I am not good looking as you are. Thank you for letting me
have this job, it means a lot to me." Jawab sang cleaning service kepada
Augray.
Kontan Augray pun ternganga kemudian berkata, "Are you really my cleaning
service person? Your English is good. Pretty good. Your pronunciation and
the way you talking to me, the tone."
"I am. I learned it from movies I watched and from music I always hear. Saya
sekolah hanya sampai SMA kelas 2, pak. Saya belajar hanya sekedarnya, tapi
Alhamdulillah nilai saya tak pernah gagal. Termasuk bahasa asing." Jawab
sang cleaning service.
Augray pun mengangguk sambil keheranan. "Ok, nama kamu siapa? Memangnya gak ada
pekerjaan lain yang kamu bisa ambil di kantor ini?"
"Saya Sabu, pak. Zassabu Fattir. Saya tidak mengambil pekerjaan lain karena
saya tidak lulus SMA, tidak ada yang mau menerima saya jika saya melamar
pekerjaan yang lebih tinggi lagi dari pekerjaan ini pak, paling saya bisa
jadi office boy dan cleaning service, pak." Jawab Sabu.
Augray pun tersenyum, "Hey, I like you. Let's hangout sometime and talk
about things. Kalau sekarang kita kerjakan dulu pekerjaan masing-masing ya.
Bagaimana kalau sehabis Maghrib, saya dan kamu off, lalu kita pergi makan
malam bareng? Like a close friend?"
"Maaf, pak. Tapi nanti yang lain..." Jawab Sabu yang langsung di potong
Augray dengan, "Alah, sudah jangan dengarkan yang lain. My office, I decide.
"
Sabu hanya terdiam menandakan setuju, dan Augray terus tersenyum kagum
melihat Sabu yang pintar. Ya, Augray sangat senang sekali melihat
orang-orang yang pintar. Semasa sekolah dan kuliahnya dulu, teman-temannya
semua pintar. Pintar dalam pelajaran maupun pergaulan, maksudnya pintar
menjadi seperti sosok malaikat padahal dirinya sendiri... ya hanya Tuhan
yang bisa menilai.
Augray selalu saja pergi ke club-club malam, minum minuman beralkohol.
Sholat? Augray lupa akan hal itu. Ada satu hal yang di rahasiakan Augray
dari orang tuanya, Augray adalah seorang DJ, dengan nama panggung Kogreya.
Sebenarnya untuk sukses dengan meneruskan usaha ayahnya, ini adalah pilihan
orang tuanya. Sedangkan Augray? Dia bercita-cita ingin menjadi seseorang
yang bisa menghibur orang lain, termasuk nge-DJ.
Lain halnya dengan Sabu, dia memiliki banyak pilihan dalam hidupnya, dana?
Dia tak punya. Ingin sekali dia membuka usaha sehingga dia dapat
melanjutkan sekolahnya, tapi dana? Hanya cukup untuk keperluan sehari-hari.
Orang tuanya? Meninggalkannya semenjak dia mulai memasuki masa SMA.
Sebelumnya ane minta izin naro titipan temen buat om mod dan om min sekalian, juga buat temen temen kaskuser di sini.
THIS IS SO GRAY

Angginanggi
Fiksi remaja
*Maaf kalo berantakan, next bakal ane rapihin deh
Spoiler for INDEKS:
Diubah oleh akelhaha 08-12-2014 18:19
anasabila memberi reputasi
1
7.6K
Kutip
69
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akelhaha
#34
Spoiler for PART X!.b:
Keesokan harinya...
Pagi hari ini, Augray dan Sabu sudah berada di rumah Giesta. Menunggu Giesta dan Shaulia
bersiap-siap untuk pergi ke Bandung. Mereka menunggu Giesta dan Shaulia di ruang tamu
bersama Ren. Terdiam. Suasana pagi itu tampak aneh. Tidak ada satu pun yang berbicara.
Augray dan Sabu tidak berbicara karena memang mereka was-was terhadap Ren, sedangkan Ren
tidak berbicara karena melihat gelagat Augray dan Sabu yang aneh.
"Yuk, pergi." Kata Giesta tiba-tiba yang memecah keheningan di ruang tamu tersebut.
Kemudian mereka berlima pun pergi menuju mobil. Menuju Bandung.
Selama di perjalanan, Sabu dan Augray selalu memperhatikan gelagat Ren. Mereka menebak-
nebak wanita yang Ren sukai. Akan tetapi tidak terlihat. Ren sangat lihai menyembunyikan
perasaannya. Oleh karena itu pula kenapa selama perjalanan, Augray dan Sabu merasa resah
meskipun mereka sedang berada dekat dengan Shaulia dan Giesta.
"Hey, kalian kok dari tadi sepanjang perjalanan aku perhatiin diam saja?" Tanya Shaulia ke arah
Sabu dan Augray. Akan tetapi Sabu dan Augray hanya tersenyum dan mengisyaratkan bahwa
tidak ada apa-apa.
Sesampainya di Bandung, mereka langsung makan ke daerah burangrang. Kemudian lanjut ke
daerah gedung sate. Setelah itu mereka menuju hotel, dengan Sabu dan Augray yang tidak terlalu
banyak bicara pastinya. Mereka terlalu sibuk memperhatikan Ren.
Akhirnya mereka pun sampai di hotel daerah dago dan menyewa dua kamar. Satu untuk berdua
dan yang satu lagi untuk bertiga. Sesampainya di kamar, Ren langsung bertanya kepada Sabu
dan Augray mengenai kenapa mereka bertingkah aneh hari ini. Tidak seakrab biasanya.
"Kita..." Kata Augray yang kemudian di sanggah oleh Sabu.
"Gini. Kita bingung. Penasaran mengenai siapa yang kamu suka di antara Giesta dan Shaulia."
Kata Sabu.
"Saya tidak ingin memberi tahu sekarang, kayaknya saya ingin membuat hal ini menjadi kejutan
untuk kalian." Jawab Ren yang kemudian berjalan menuju ke arah kamar mandi untu mandi,
setelah itu beristirahat.
Augray dan Sabu hanya bisa terdiam. Mereka sudah terlihat kalah start dengan Ren untuk
mengakui bahwa Sabu sedang dekat dengan Giesta dan Augray sedang dekat dengan Shaulia.
Mereka sangat ingin memberi tahu Ren, akan tetapi mereka terlalu takut untuk membuat Ren
kecewa. Apalagi jika mengingat semangat Ren datang ke Indonesia, dan tingkah malunya pada
saat dia mengakui bahwa dia menyukai salah satu dari Giesta dan Shaulia. Sangat rumit, pikir
mereka.
***
Sekembalinya dari Bandung, Augray dan Sabu kembali ke aktifitas mereka. Yaitu kembali ke
tempat usahanya Sabu. Betapa kagetnya mereka ketika mereka datang siang itu, ternyata Ibu
yang berdandan nyentrik tersebut benar-benar datang kembali ke tempat usahanya Sabu. Sabu
dan Augray pura-pura tidak melihat ibu tersebut, akan tetapi percuma. Pada saat Augray dan
Sabu sedang santai, disitulah Ibu tersebut memanggil mereka.
"Jadi kalian tidak berminat datang nih ketempat usaha saya? Banyak wanita cantiknya loh." Kata
Ibu tersebut begitu berhadapan dengan Sabu dan Augray.
"Tidak sempat, bu. Belakangan ini kami sibuk." Jawab Augray.
"Ah, pejabat saja mampir ke tempat saya. Masa kalian tidak bisa?" Kata Ibu tersebut, akan tetapi
Augray dan Sabu hanya tersenyum sambil saling berpandangan, merasa aneh.
"Yaudah deh, saya mau pesan ya." Kata Ibu tersebut melanjutkan.
***
Di siang yang sama. Rumah Giesta...
Ren sudah menyiapkan makan siang ala Jepang. Dia ingin membuat Giesta dan Shaulia merasa
senang, dia merasa tidak enak karena sudah cukup merepotkan mereka.
"Giesta, Shaulia. Ke bawah yuk makan." Teriaknya dari ruang makan ke arah kamar Giesta dan
Shaulia yang memang bersebelahan.
"Kamu masak?" Tanya Shaulia begitu keluar dari kamarnya.
Ren pun mengangguk. "Cepat, keburu dingin." Katanya.
Setelah sampai di ruang makan, wajah Giesta dan Shaulia tampak senang. Kebetulan mereka pun
memang sedang lapar. "Masakan Ibu!" Kata Giesta. "Aku masih ingat, ini kan masakan yang ibu
masak dan ibu juga jual di tempat makannya kan?" Tambah Giesta. Ibu yang dia sebutkan adalah
Ibunya Ren. Nyonya Katou.
"Iya, lekas makan." Jawab Ren. Kemudian mereka bertiga menyantap hidangan yang telah di
sediakan oleh Ren.
Setelah mereka menyelesaikan makanan mereka, Giesta dan Shaulia pun berterima kasih kepada
Ren. Tetapi Shaulia langsung pergi lagi menuju kamarnya, dia bilang dia hendak menyelesaikan
pembukuan butik yang dia dan Giesta kelola. Tinggallah Giesta dan Ren berdua di ruang makan.
Ren merasa canggung, dia pun segera membersihkan meja makan dan kembali ke dapur. Giesta
yang tidak bisa membiarkan Ren mengerjakan itu sendirian pun ikut membantunya.
Di dapur, sambil mencuci piring, Ren berusaha mengajak Giesta berbincang. "Gies, kamu sudah
makin cantik aja ya. Terakhir bertemu kan 2 tahun yang lalu ya? Sudah lama, kamu juga berubah
banyak. Makin terlihat dewasa dan anggun." Katanya kepada Giesta.
"Eh, kamu apaan sih Ren tiba-tiba." Jawab Giesta sambil tersipu malu. "Kamu juga kan makin
berwibawa kelihatannya, makin dewasa juga." Tambahnya.
"Kamu tunggu disini, ada yang mau saya berikan ke kamu. Sebentar." Ren pun pergi
meninggalkan Giesta yang masih di dapur menuju ke kamarnya dan bergegas kembali ke dapur.
"Ini, buat kamu." Kata Ren sambil memberikan sebuah buku yang cukup tebal ke Giesta. "Kamu
baca nanti saja. Malam sehari sebelum aku kembali ke Jepang." Tambahnya.
Giesta memegang buku tersebut dan dia pun berjanji akan membacanya nanti sebelum Ren
kembali ke Jepang. Kemudian Giesta dan Ren berbincang ringan di ruang tamu, sesekali
bercanda. Tak lama kemudian Shaulia pun datang, ikut berbincang, dengan Giesta yang masih
memegang buku yang diberikan Ren di tangannya. Ini hari kelima Ren di Indonesia, berarti baru
bisa aku buka besok bukunya. Katanya dalam hati, penasaran. Baca malam ini sajalah, nanti
pura-pura tidak tahu saja. Katanya lagi dalam hati. Sangat penasaran.
0
Kutip
Balas